Hari ini tiba hari pernikahan Raka Wijaya dan Aruna Chaesa. Acara pernikahan di gelar di sebuah ballroom hotel ternama di kota itu dengan mengundang hampir dua ribu tamu. Pernak pernik hiasan lampu dan bunga hidup membuat dekorasi tampak sangat indah.
Beberapa menit lalu Raka berhasil mempersunting Aruna dengan sekali tarikan lafaz ijab qobul. Kini mereka sedang berganti pakaian untuk melanjutkan acara resepsi.
Aruna nampak sangat cantik dengan di balut gaun berwarna putih seperti putri di negeri dongeng, sedangkan Raka nampak sangat tampan dengan memakai jas hitam. Keduanya nampak serasi berjalan beriringan dengan Aruna mengapit lengan Raka menuju altar pernikahan. Senyuman terus tersungging di bibir Raka dan Aruna.
Aruna dan Raka duduk bersanding di kursi pelaminan menghadap para tamu yang hadir. Ucapan selamat dan doa restu, tamu berikan kepada mereka berdua silih berganti.
Sampai....
" Papa... "
Seorang anak perempuan sekitar empat tahunan berlari mendekati Raka.
Deg....
Jantung Aruna berdetak sangat kencang.
" Papa? Bukankah tuan Raka bilang dia belum pernah menikah? Lalu apa ini? Papa? Anak ini memanggilnya Papa? Ya Tuhan... Ada apa ini? Apa dia anak tuan Raka? Apa aku di bohongi olehnya? Apa aku.... " Ujar Aruna dalam hatinya.
Anak perempuan itu menubruk Raka.
" Anak Papa." Ucap Raka menggendongnya.
Aruna menatap Raka dengan tatapan menyelidik.
" Fara, kenalin ini mama Aruna. Beri salam untuk mama Aruna!" Ucap Raka.
" Hai Ma, namaku Fara. Aku anak papa Raka yang paling papa sayang." Ucap Fara menatap Aruna.
Aruna hanya tersenyum saja. Ia mengedarkan pandangan ke depan sampai sepasang suami istri berjalan mendekati mereka.
" Fara turun sayang, kasihan papa pasti capek menggendongmu seperti itu." Ucap Ercha.
" Nggak mau, Fara kangen sama papa." Sahut Fara mengalungkan tangannya ke leher Raka.
Ercha menatap Aruna yang menampakkan wajah bingungnya.
" Maaf Kak, anakku memang suka begitu kalau sudah ketemu papanya." Ucap Ercha.
" Apa tidak ada yang mau menjelaskan tentang ini padaku?" Tanya Aruna menatap Ercha dan Raka bergantian.
" Memangnya apa yang perlu di jelaskan Kak? Ini Fara, putrinya kak Raka."
Jeduarrr....
Aruna merasa di permainkan oleh mereka semua, ia mengepalkan erat tangannya menahan rasa sesak di dadanya. Ingin sekali ia menangis namun ia menahan air mata sekuat tenaga.
Tiba tiba kepalanya berdenyut nyeri, pandangannya kabur sampai...
Brugh.....
Tubuh Aruna ambruk di kursi pelaminan. Hal itu membuat semua orang terkejut.
" Aruna." Ucap Raka.
Raka segera memberikan Fara kepada Ercha.
" Aruna, bangun!" Raka menepuk pelan pipi Aruna.
" Kita bawa ke kamarmu aja Kak. Aku akan panggilkan dokter." Ujar Ercha.
Tanpa membuang waktu, Raka segera menggendong Aruna ala bridal style menuju kamar pengantinnya di ikuti Ercha dan Aksa dari belakang.
Sampai di dalam kamar, Raka segera membaringkan tubuh Aruna di atas ranjang.
" Aku sudah menghubungi dokter Kak, dia sedang dalam perjalanan kemari." Ucap Ercha.
" Baiklah terima kasih." Ucap Raka.
Raka duduk di tepi ranjang, ia menggosok tangan Aruna dengan tangannya.
" Aruna sadarlah! Maafkan aku!" Ucap Taka nampak khawatir.
" Kalian keluarlah! Aku akan mengganti pakaiannya biar tidak gerah." Ucap Raka.
" Baik Kak." Sahut Ercha.
Ercha dan Aksa keluar dari kamar Raka sambil menggendong Fara.
" Mami, mama kenapa?" Tanya Fara polos.
" Mama kecapekan sayang." Sahut Ercha.
" Tapi mama baik baik saja kan Mi?" Tanya Fara.
" Iya sayang, mamamu baik baik saja." Sahut Ercha.
" Mas apa aku keterlaluan ya bercandanya sama kakak ipar? Apa kakak ipar pikir Fara beneran anaknya kak Raka?" Ujar Ercha.
" Bisa jadi seperti itu sayang, lagian kamu bercandanya gitu sih. Pasti syok lah dia." Ucap Aksa.
Tak lama dokter Reva datang bersamaan dengan Raka yang telah selesai mengganti Aruna. Dokter Reva segera memeriksanya.
" Bagaimana keadaan istriku Reva?" Tanya Raka menatap dokter Reva yang merupakan sahabatnya.
" Dia hanya syok saja, sepertinya dia terlalu banyak tekanan sehingga tekanan darahnya begitu rendah. Dia akan segera sadar, setelah sadar nanti berikan vitamin ini padanya." Ucap dokter Reva memberikan satu kaplet obat kepada Raka.
" Terima kasih." Ucap Raka.
" Sama sama." Sahut dokter Reva.
" Aku ucapkan selamat atas pernikahan kalian, semoga bahagia. Tapi aku juga turut prihatin karena malam ini kau harus melewatkan malam pengantinmu. Fisiknya belum kuat jika kau pakai malam ini." Ujar dokter Reva.
" Sialan lo, tapi terima kasih atas doanya." Ucap Raka.
Dokter Reva segera berlalu dari sana. Kini tinggal Taka, Ercha, Aksa dan Fara yang sedang menunggu Aruna sadar. Beruntung tadi pak Fandi sudah pulang duluan karena ada pekerjaan yang harus ia kerjakan, kalau tidak pasti beliau sangat khawatir.
" Papa, kapan mama sadar?" Tanya Fara mendekati Raka.
" Kita tunggu ya sayang." Ucap Raka memangku Fara.
" Kak aku minta maaf! Karena aku kakak ipar jadi seperti ini." Ucap Ercha.
" Bukan salah kamu, Kakak aja yang kurang cepat menjelaskannya padanya." Sahut Raka.
" Engh... " Aruna membuka matanya.
" Shhh... " Desis Aruna saat merasakan kepalanya berdenyut nyeri.
" Sayang mana yang sakit?" Tanya Raka.
Aruna menoleh menatap Raka dan Fara bergantian. Ia nampak diam saja.
" Aruna maafkan aku yang telah membuatmu syok hingga kamu seperti ini. Aku akan memberitahumu yang sebenarnya. Kenalkan, dia Ercha adikku dan itu suaminya." Raka menunjuk Ercha dan Aksa.
" Dan putri kecil ini adalah putri mereka. Sejak kecil Fara memanggilku Papa, bagi Fara aku lah papanya dan Aksa papinya." Ucap Raka.
Aruna lega mendengarnya namun ia tidak menampakan reaksi apa apa.
" Aku juga minta maaf Kakak ipar! Aku memang suka jahil begini. Aku juga ingin mengucapkan selamat atas pernikahan kalian. Semoga kalian hidup bahagia dan bisa saling mencintai satu sama lain. Dan yang utama adalah semoga kalian cepat di beri momongan." Ucap Ercha mendekati Aruna di ranjangnya.
" Terima kasih." Ucap Aruna.
" Momongan? Aku bahkan tidak terpikir sampai ke sana. Membayangkan di sentuh oleh pria tua itu saja aku sudah geli, apalagi kalau di sentuh beneran. Ya Tuhan... Semoga ada jalan untuk aku meloloskan diri dari pernikahan ini." Ujar Aruna dalam hati.
" Mama... Apa Mama baik baik saja?" Tanya Fara menatap Aruna.
" Heh Mama... Bahkan aku geli dengan sebutan itu. Masa' iya gadis muda sepertiku di panggil Mama olehnya." Batin Aruna.
" Aruna, Fara bertanya padamu." Ucap Raka.
" Ah iya, kakak baik baik saja." Sahut Aruna membuat Fara terkejut.
" Fara nggak mau panggil kakak, kamu istrinya papa jadi aku harus memanggilmu mama." Ujar Fara protes.
" Fara... Mama Aruna belum siap kamu panggil mama. Kamu yang sabar ya, sampai mama Aruna siap di panggil Fara dengan sebutan mama." Ujar Ercha memberi pengertian pada Fara.
Fara nampak cemberut tidak suka. Ia berjalan mendekati Ercha sambil menghentakkan kakinya.
" Kamu membuat putriku bersedih Aruna." Ucap Raka tidak suka.
" Ini kesempatanku untuk membuatnya marah padaku. Ayo Aruna, cari ide biar bikin dia marah." Batin Aruna.
Aruna tersenyum setelah menemukan ide di kepalanya.
" Aku tidak suka anak kecil, jadi jauhkan dia dariku."
Ucapan Aruna membuat Raka dan yang lainnya melongo.
" Mas tahu kan sekarang alasannya." Ujar Aruna.
Raka tersenyum sambil terkekeh menatap Aruna.
" Kau tidak pandai berbohong sayang, apa kau lupa dengan pertemuan pertama kita? Kau begitu peduli dengan anak kecil yang jatuh dari ayunan. Lalu bagaimana kau bilang tidak suka anak kecil hmm?"
" Sial!!!" Umpat Aruna.
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Risa Risa
lah ketauan
2023-09-07
3