"Vraka, papa ingin kamu berjanji sesuatu sebelum papa pergi, nak," ucap Verdinan sambil menatap wajah putranya yang tampan.
"Papa, pasti sembuh, jangan katakan hal tersebut, pa," kata Vraka berusaha menyemangati sang papa.
Namun Verdinan menggelengkan kepalanya. Dia merasa waktunya sudah tidak lama lagi. Dan dia ingin putranya melakukan sesuatu untuk dirinya.
"Papa tahu kamu hidup bergelimang harta dan kemewahan selama ini. Tetapi nak, semua itu tidak ada artinya jika kamu memilih hidup seorang diri. Kamu pasti akan kesepian nantinya. Papa tidak ingin kamu memilih jalan tersebut," ucap Verdinan menatap dalam sang putra.
Vraka terdiam mendengarkan. Ternyata papanya sudah mengetahui jalan hidup yang akan dia pilih. Vraka memang tidak berniat untuk menjalin hubungan dengan siapapun. Mona saja hanya partner dalam pekerjaan. Tidak lebih dari itu. Vraka tidak berniat untuk berumah tangga.
"Papa ingin kamu menjadi seseorang yang orang lain tak kenal siapa dirimu. Berkelana lah selama sembilan puluh hari. Temukan orang-orang yang benar-benar setia kepadamu. Dengan dunia yang kamu pilih papa berharap kamu didampingi orang-orang yang setia tanpa memandang siapa kamu nak," harapan Verdinan untuk putranya.
"Pa, tapi..."
"Berjanjilah Vraka, kamu akan melakukan hal itu. Berjanjilah kepada papa, nak," ucap Verdinan memohon kepada Vraka.
Melihat tatapan memohon dari Verdinan membuat Vraka tidak tega. Dia pun menyetujui apa yang ayahnya inginkan.
"Terimakasih, terimakasih anakku," ucap Verdinan tersenyum lega. Akhirnya Vraka mau menuruti permintaan terakhirnya tersebut.
......................
Sore itu tampak beberapa orang datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada seorang pria yang sudah dimakamkan di pemakaman khusus keluarga Lewis.
Tampak Liliana yang masih menangisi kepergian suami tercintanya. Seorang pria yang sudah menemani dirinya selama tiga puluh tahun tersebut telah meninggalkan dirinya seorang diri. Kini Liliana hanya memiliki Vraka, buah cintanya dengan Verdinan.
Beberapa pelayan sudah meninggalkan area pemakaman. Tampak Liliana masih tampak enggak untuk beranjak dari sana. Dia masih ingin bersama sang suami di peristirahatan terakhirnya.
"Ma, hari menjelang malam. Kita harus pulang. Mama juga butuh istirahat. Kalau mama sakit, papa juga akan sedih melihat mama di sana," bujuk Vraka kepada sang mama.
Air mata Liliana masih menetes di pipinya. Dia mendengarkan apa yang putranya katakan. Dia membenarkan apa kata Vraka.
"Baiklah," jawab Liliana lirih.
Keduanya pun meninggalkan area pemakaman yang masih baru tersebut. Meninggalkan sang kepala keluarga yang sudah berpulang terlebih dahulu. Vraka mendekap erat tubuh sang mama dari seminggu. Pria itu tampak memberikan semangat kepada mamanya. Bahwa masih ada dirinya yang akan menemani sang mama. Liliana tersenyum dengan perhatian putranya.
Asap mengepul keluar dari mulut dan hidung Vraka. Pria itu tampak sedang duduk santai di balkon kamarnya. Banyak hal yang sedang dipikirkan oleh pria pemimpin dari Venom. Vraka tidak menyangka bahwa berpulangnya sang papa akan secepat ini. Padahal dia merasa bahwa papanya sehat-sehat saja. Ternyata Verdinan mengidap penyakit yang cukup parah.
Drrtt
Drrtt
Vraka melihat nama yang tertera di handphone pribadinya. Mona, untuk apa wanita itu menghubungi dirinya.
Tut
Vraka menekan tombol merah di layar handphonenya. Dia sedang malas meladeni Mona saat ini. Lagipula untuk apa wanita itu menghubungi dirinya. Vraka tidak suka ketenangannya diganggu oleh orang lain. Apalagi wanita itu hanyalah seorang Mona.
"Sepertinya aku harus mengganti nomor handphone dengan yang baru," ujar Vraka berbicara pada dirinya sendiri.
❤️❤️❤️
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Muhamad Bardi
awal perjalanan vraka akan dimulai semoga kamu bisa menjalankan amanah terakhir papa kamu vraka..
2023-05-28
2
Stefy
papanya mau kemana 🫢🫢🫢🫢
2023-05-23
2