Semakin lama Amora semakin susah bernapas, kesadaran perlahan mulai menghilang.
Melihat Amora terkulai lemas, Tiara melepas cekikannya.
"Bryan, bawa Amora kebawah. Kita selesaikan dia di tempat lain, aku gak mau dia mati di apartemen aku," perintah Tiara.
"Kemana kita bawa dia, apa gak nunggu tengah malam aja? Jam segini udah mulai ramai, kita tunggu saat sepi baru kita bawa Amora keluar. Gimana?" usul Bryan
"Benar juga sih apa kata kamu, ya udah bawa aja ke gudang. Jangan lupa ikat tangan dan kakinya serta lakban mulutnya,"
Bryan segera membawa Amora ke dalam gudang yang penuh debu. Mengikat tangan dan kaki Amora kemudian menutup mulut Amora dengan lakban.
Selesai dengan urusannya, Bryan keluar dari gudang dan mengunci pintu gudang kembali.
Dilihatnya Tiara sedang menyantap sarapannya dengan santai, seperti tidak ada apapun yang terjadi sebelumnya.
Detik demi detik berlalu, entah pukul berapa Amora sadar dari pingsannya. Mencoba bergerak tapi tak bisa karena tangan dan kakinya terikat kuat.
Mencoba dengan segala cara agar bisa duduk saja susah, tapi Amora tak menyerah dia terus berusaha.
Walau usahanya tak membuahkan hasil, dalam keadaaan yang kepayahan derit pintu gudang memberi harapan. Sangat disayangkan harapan Amora sirna berganti dengan tatapan benci yang di tujukan pada orang yang membuka pintu tersebut.
"Rupanya putri Amora masih bernapas, masih bernyawa kamu." Tiara berjongkok dan memegang dagu Amora.
"Ya gak masalah sih buat aku, toh nanti malam cerita tentang kamu juga akan ditutup. Dan hanya aku yang akan memiliki semua yang kamu miliki, hahaha,"
"Jangan menangis Amora sayang, anggap aja yang aku lakukan ini adalah pertolongan dariku agar kamu bisa bertemu dengan kedua orang tuamu." Kata Tiara sambil menghapus air mata Amora.
"Karena kamu akan mati juga pada akhirnya, aku gak harus repot-repot kasih makan kamu kan. Hmm sepertinya begitu, baiklah nikmati sisa waktumu Amora karena mati atau tak mati pun kamu, nanti malam kamu harus mati!" Tiara berdiri dan berlalu pergi.
Setelah Tiara pergi, Amora tak berusaha lagi dia hanya pasrah dan mengutuk apa yang terjadi pada dirinya.
Ini pertama kalinya dalam hidup Amora merasakan kebencian yang teramat sangat, berharap semua yang baru saja di alaminya mimpi. Jika mimpi mengapa rasa sakit dihatinya begitu nyata?
Mengutuk, mencaci dan memendam dendam pada mereka yang telah membohongi dirinya.
Entah berapa lama Amora menangis hingga jatuh tertidur, pintu gudang kembali terbuka. Suara decitan pintu membuat Amora terbangun.
"Masih sadar juga kamu Amora, gak masalah sih. Seperti yang aku katakan tadi kamu harus mati malam ini, jadi bersiaplah aku akan mengantarmu menemui malaikat maut hahaha," Tiara tertawa senang.
"Bius dan bawa dia ke mobil, lalu kita pergi ke tempat yang aku katakan tadi." lanjut Tiara sambil melirik Bryan.
Bryan pun segera membius Amora, setelah itu membawanya ke mobil sesuai dengan apa yang di katakan Tiara. Apartemen Tiara terlihat sepi karena sebagian orang telah tertidur nyenyak.
Dengan arahan dari Tiara, mereka sampai di tengah hutan yang lebat.
"Disini cocok dijadikan tempat pemakaman-mu Amora, lihat sangat sepi dan tenang seperti kesukaanmu. Gali tanah yang cukup dalam kita akan mengubur dia di sini," kata Tiara pada Bryan.
Bryan mengambil sekop dan mulai menggali tanah, dirasa cukup Bryan berhenti dan membuang sekop di tangannya kesamping tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Lubangnya telah selesai aku gali sayang," ucap Bryan.
"Masukkan Amora kedalamnya dan tutup kembali tanahnya." Tiara menunjuk Amora.
"Tapi dia belum mati, bagaimana bisa kita kubur dia hidup-hidup Tiara?" tanya Bryan.
"Bentar lagi juga mati kalau udah dikubur, ngapain susah-susah bunuh dia kalau bisa langsung dikubur aja." Tiara merotasi matanya.
Bryan menggendong Amora dan meletakkan tubuh Amora ke dalam lubang yang digalinya.
"Maafkan aku Amora, jangan menghantuiku. Salahkan saja nasib mu, mengapa harus bertemu kami." monolog Bryan sambil mulai menutup kembali lubang dengan tanah.
Saat tanah mulai menutupi yang tubuh Amora, hujan deras turun petir menyambar dimana-mana.
"Cepat tutup lubangnya, hujannya makin deras!" kata Tiara.
Bryan menoleh ke arah Tiara kemudian berkata, "Kamu duluan aja masuk ke mobil, biar aku yang urus disini," kata Bryan. Saat berpaling kembali dan ingin menutup lubang dengan tanah, Bryan melihat mata Amora terbuka menatapnya dengan penuh kebencian.
Deg ....
Jantung Bryan berdegup kencang melihat tatapan yang tertuju kepadanya, tatapan itu seperti mengandung beribu sumpah serapah dan kutukan. Baru kali ini Bryan melihat tatapan seperti itu dari Amora.
Hanya sesaat Bryan terdiam, setelahnya dia mulai menutup lubang tersebut.
"Jangan benci aku Amora, jangan kutuk aku juga. Salahkan saja ayah dan ibumu yang meninggalkan banyak warisan sehingga orang seperti Papah Tiara berambisi memiliki semuanya." Bryan terus menutup lubang tempat Amora di kubur.
Semakin lama hujan semakin deras tanah yang lembab, udara yang dingin dan tanah yang hampir menutupi wajah Amora, tinggal beberapa galian tanah lagi Amora akan terkubur sempurna di bawah tanah itu.
Selesai menutup lubang, Bryan kembali ke mobil dengan membawa sekop di tangannya. Dilihatnya Tiara sedang duduk di dalam mobil.
"Sudah tertutup sempurna kan?" tanya Tiara.
"Sudah beres lagian kita juga gak buka ikatan di tangan dan kakinya mana bisa dia kemana mana, ayo kita pulang. Aku kedinginan karena kehujanan,"
Mobil Tiara melaju meninggalkan hutan.
Sedangkan Amora yang berada di dalam tanah, semakin kehabisan oksigen. Yang bisa dia lakukan hanya mengutuk dirinya mengapa mempercayai orang yang salah.
Ditengah rasa kesakitan dan ke putus-asaan, Amora mengharapkan adanya satu keajaiban yang terjadi. Agar dia bisa mengubah takdir yang terjadi padanya.
Hatinya terus merapalkan kalimat yang sama, "Tuhan jika aku harus mati disini, jangan biarkan mereka bahagia. Namun jika ada kesempatan untukku, izinkan aku membalas semua yang mereka lakukan," pinta Amora dalam hati sebelum kesadarannya terenggut oleh kegelapan.
TBC...
Bagaimana kelanjutannya, tunggu di bab berikutnya ya😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Ratna Kurniati
horor bnget
2021-01-30
0
yuli novelis🕊🕊
baru sampai sini keren👍👍
2021-01-18
0
Kirani Natania octaliana
sedih bgt,,😭😭
2021-01-04
1