Setelah obrolan terakhir dirinya dengan Sam, Aruna tidak pernah berinteraksi dengan Sam kecuali untuk urusan pekerjaan. Selama bisa menyampaikan pekerjaan lewat pesan chat atau email, Aruna tidak akan pernah menemui Sam.
Wanita yang sudah tidak perawan lagi itu benar-benar begitu marah terhadap pria itu, dia merasa jika Sam terlalu sombong dan terlalu pengecut sebagai seorang pria.
Walaupun Sam melakukannya dalam keadaan tidak sadar, tetapi pria itu sudah merenggut kesucian Aruna. Setidaknya dia harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah dia lakukan.
Kejadian ini berlangsung sampai satu bulan lamanya, keduanya sama-sama terlihat saling menghindari. Steven bahkan bisa merasakan ada yang tidak beres di antara keduanya.
"Aruna!" panggil Steven ketika mereka berpapasan di lobi perusahaan.
"Eh? Iya, Tuan. Ada apa?" tanya Aruna seraya menatap Steven.
Padahal, di samping Steven ada Sam. Akan tetapi, Aruna tidak menyapa pria itu. Bahkan, Aruna tidak menolehkan wajahnya sama sekali ke arah Sam.
"Aku ingin pergi makan siang di luar, sepertinya aku ingin kamu ikut."
Steven mengajak dirinya untuk makan siang bersama, itu artinya dia juga akan makan bersama dengan Sam. Rasanya Aruna benar-benar merasa tidak sudi jika harus pergi dengan pria itu.
"Tidak usah, Tuan. Saya akan makan siang di kantin kantor saja," jawab Aruna.
"Kamu tidak boleh menolak, Aruna. Projects yang kamu dan Sam handle waktu itu membuat aku untung banyak, jadi... sekarang saatnya aku memberikan kamu bonus dan mengajak kamu makan siang," ujar Steven.
"Eh? Iya, kah?" tanya Aruna bersemangat ketika mendengar akan diberikan bonus.
"Hem! Bonus akan aku berikan setelah kita makan siang," jawab Steven.
"Makan siang di mana?" tanya Aruna yang kini mulai terlihat bersemangat.
"Di Resto jepang," jawab Steven.
"Aku mau!" jawab Aruna cepat.
Steven sengaja mengajak Aruna untuk makan siang di Resto Jepang, karena pria itu masih sangat ingat ketika dia dan Aruna mengadakan meeting penting di Resto Jepang.
Aruna sangat senang sekali menyantap makanan yang ada di Resto tersebut, sampai-sampai gadis muda itu sibuk dengan makanan yang terhidang di sana.
Kini, di saat Steven mendapatkan keuntungan yang begitu besar, dia ingin memberikan bonus kepada gadis muda itu. Tentunya memberikan bonus juga kepada Sam, karena mereka berdua adalah karyawan kesayangan dari Steven.
"Masuklah ke mobil," titah Steven.
Aruna menurut, dengan cepat dia masuk ke dalam mobil milik Steven yang terparkir di depan lobi. Sam hanya bisa menggelengkan kepalanya tanpa suara, lalu dia dan juga Steven ikut masuk ke dalam mobil yang sudah dibukakan oleh sopir.
Steven duduk di samping pak sopir, sedangkan Sam dan juga Aruna duduk di bangku penumpang. Aruna merasa tidak suka duduk berdekatan dengan pria itu, Aruna bahkan sampai menempelkan tubuhnya pada pintu mobil agar sedikit lebih jauh dari Sam.
Sam yang paham jika wanita itu tidak suka dekat dengan dirinya hanya bisa menghela napas berat, lalu dia pura-pura tidak mengerti dengan Aruna yang berusaha untuk menghindari dirinya.
'Kalau saja bukan karena menghargai tuan Steven, aku nggak bakalan mau duduk deket-deket sama pria brengsek itu.'
Kalau saja dia tidak takut jika Steven akan curiga, rasanya dia lebih baik naik taksi saja. Berdekatan dengan Sam membuat dirinya merasa mual, tiba-tiba saja perutnya bergejolak dan ingin muntah.
Saat tiba di Resto, ketiga orang tersebut langsung masuk ke dalam Resto Jepang. Tentunya Steven memilih ruang privat untuk mereka makan siang kali ini, agar tidak ada yang mengganggu acara makan siang mereka.
"Aku sudah memesan sushi, sashimi, onigiri, udon dan juga Ramen. Semoga kamu mampu menghabiskannya," ujar Steven ketika mereka mulai duduk di dalam ruangan tersebut.
"Waah! Banyak sekali, pasti enak!" ujar Aruna dengan wajah yang bahagia.
Steven hanya tersenyum menanggapi ucapan dari Aruna, berbeda dengan Sam yang hanya diam tanpa ekspresi. Entah apa yang ada di dalam pikiran pria itu, tidak ada yang tahu.
"Silakan dinikmati!" ujar tiga orang pelayan yang datang dan langsung menata makanan di atas meja.
Wajah Aruna yang awalnya berbinar langsung muram, tiba-tiba saja wanita itu menutup mulut dan juga hidungnya dengan tangan kirinya. Bahkan, dia memegangi perutnya yang tiba-tiba saja bergejolak dengan tangan kanannya.
Hoek!
Rasanya Aruna sudah tidak kuat ingin muntah, dengan cepat wanita itu berlari ke dalam kamar mandi. Steven langsung mengernyitkan dahinya dengan heran saat melihat reaksi dari Aruna.
Berbeda dengan Sam, wajah pria itu berubah menjadi pucat. Dia benar-benar merasa takut jika Aruna positif hamil, jika hal itu terjadi, Sam tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
"Kenapa dengan Aruna? Dia nampak seperti wanita hamil, tapi dia itu belum menikah. Ah! Rasanya tidak mungkin kalau dia hamil," ucap Steven lirih.
Wajah Sam semakin pucat saja mendengar apa yang dikatakan oleh Steven, dia bahkan sampai menutup mulutnya karena merasa ikut mual mendengar Aruna yang sedang muntah-muntah di dalam kamar mandi.
"Sam! Yang sedang muntah itu Aruna, kenapa wajah kamu ikut pucat? Atau mungkin--"
"Saya hanya ikut mual saja, Tuan. Mendengar orang muntah saya jadi ikut-ikut mual," ujar Sam beralasan.
"Oh! Seperti itu," jawab Steven dengan raut wajah tidak percaya.
Tidak lama kemudian, Aruna keluar dari dalam kamar mandi dengan wajahnya yang begitu pucat. Ada rasa iba di dalam hati Sam, tetapi dia juga merasa takut dan kesal jika Aruna benar-benar hamil.
"Aruna, sebaiknya kamu pulang saja. Istirahat dan jangan bekerja terlebih dahulu Kalau belum pulih," ujar Steven.
Steven mempunyai 3 anak dan semuanya laki-laki, dia sangat menginginkan anak perempuan tetapi Tuhan tidak memercayakan anak perempuan kepada dirinya.
Maka dari itu, ketika melihat Aruna yang selalu gigih dalam bekerja, dia seakan begitu menyukai wanita muda itu. Bahkan, dia sudah menganggap Aruna sebagai putrinya sendiri.
"Tidak usah, Tuan. Saya masih ada pekerjaan," ujar Aruna tidak enak hati.
"Kalau begitu kamu makanlah dulu, nanti setelah makan aku akan meminta sopir untuk mengantarkan kamu pulang."
"Aku ngga mau makan, melihat semua makanan yang ada di meja rasanya aku ingin muntah lagi," tolak Aruna.
''Baiklah, kamu pulang saja kalau begitu." Steven mengambil ponselnya, dia hendak menelepon sopir tapi dengan cepat Sam mencegahnya.
"Biar aku saja yang mengantar Aruna," ujar Sam.
"Tidak usah! Aku tidak mau," tolak Aruna.
Melihat wajah Sam saja dia sudah mual, lalu bagaimana dia akan tahan jika pergi berduaan dengan pria yang dirasa brengsek itu.
"Hanya ingin memastikan kalau kamu pulang dengan selamat, kalau pingsan di jalan takutnya nggak ada yang mau nyelamatin kamu." Sam berbicara dengan ketus.
Sam menatap wajah Aruna dengan tajam, dia seolah mengancam wanita itu dengan tatapan tajamnya. Jika saja di sana tidak ada Steven, sudah dapat dipastikan jika Aruna akan menampar mulut pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Maria Hurekmaking
memang kau cewe bodok
2023-08-18
0
Pia Palinrungi
lanjut thor penasaran apa kelanjutan sikap sammaetwlah mengetahuai aruna hamil
2023-07-27
0
fifid dwi ariani
trus Semangat
2023-07-19
0