CHAPTER 1: Wish

><><><><><

Kreeek.

Suara renyah terdengar dari tulang milik anak yang dibanting ke lantai oleh orang dewasa. 

Anak laki-laki tersebut meringis kesakitan sembari menatap kaki kirinya yang sakit. 

"Sammuel, duduklah dengan manis di sini oke?" Ucap pria yang membanting tubuh Samm.

Sammuel diam menahan rasa sakitnya. Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan sang ibu.

Pria dengan dua tindik di hidungnya tadi pergi keluar dari ruangan. Mengunci pintu ruangan tanpa jendela dari luar. 

Langkah kakinya yang berat pergi menuju suatu ruangan lain. Melihat perempuan meringkuk lemas di atas ubin yang dingin. Perempuan tersebut menarik napas dalam ketika mendengar tawa dari pria bertindik.

Berusaha untuk beranjak, namun kakinya masih terasa lemas untuk menopang tubuhnya ketika berdiri.

"Ck. Kau tidak perlu begitu, duduklah dengan tenang dan tetaplah berharap suamimu datang."

"Apa Samm baik-baik saja, Ed?"

"Putramu? Entahlah, dia sangat pintar karena hanya diam, Rubby" 

Ed menyungingkan senyumnya yang menyeramkan, dia mengulum senyumnya.

Menggeleng pelan kemudian berlutut di hadapan Rubby. Ed berjalan pergi, melambaikan tangannya ke arah Rubby sebelum pintu ruangan kembali ditutup.

Pintu ruangan perlahan tertutup, membuat satu-satunya cahaya yang menerangi ruangan tersebut menghilang.

Ruangan kembali menjadi gelap.

Rubby memejamkan matanya, merapalkan doa di dalam lubuk hatinya. 

'Aku harap kamu baik, semoga Tuhan mengirimmu kemari.Dan semoga Tuhan membantu kita.'

><><><><><

Matanya perlahan tertutup, telinganya berdenging lama sampai ia benar benar tidak memikirkan apapun. Kosong dan gelap. 

Lama tidak ada yang membantu laki-laki yang terkulai lemas itu, karena jalanan yang sepi di tengah malam. 

Hingga waktu telah menunjukkan pukul dua pagi, sepasang suami istri yang belum lama menikah turun dari mobilnya hendak mengecek sosok yang terbaring di jalan.

"Harry, dia tidak sadar. Lukanya sangat banyak, kita harus membawanya ke rumah sakit secepatnya."

"Hilda, buka pintu mobilnnya. Aku akan mengangkat laki-laki ini masuk." 

 

Wanita bernama Hilda tersebut segera membuka pintu mobil penumpang. Membantu suaminya untuk memasukkan laki-laki yang mereka temukan. 

Mobil tersebut melaju menuju rumah sakit, segera sesampainya mereka di sana para perawat yang berjaga membantu untuk memindahkan laki-laki tadi ke atas brankar rumah sakit. 

"Apa kalian keluarganya?" Hilda dan Harry kompak menggeleng. 

Perawat meminta mereka untuk ikut masuk. 

Salah seorang dari mereke memanggil dokter yang hendak keluar dari rumah sakit untuk pulang setelah lembur. 

Dokter dengan tag name Damian tersebut mengangguki permintaan si perawat untuk memeriksa pasien.

Dokter Damian membelalakkan matanya melihat siapa yang terbaring di atas branker.

"Hubungi tuan Laurent, minta dia datang kemari dan beritahukan kondisi tuan Masson." 

Ucap Damian pada pria yang mengikuti dirinya, pria tersebut memisahkan diri dari mereka untuk melaksanakan tugasnya. 

Masson dibawa masuk ke dalam instalasi gawat darurat, perawat segera memasangkan alat bantu bernapas.

Dia memeriksa denyut jantung Masson. Memberikan beberapa suntikan melalui infusnya yang telah dipasang oleh perawat.

Damian bernapas lega saat melihat elektrokardiograf yang kembali berjalan normal. 

Dia berjalan keluar, melihat pasangan suami istri yang membawa Masson ke rumah sakit, melempar senyumnya. Ia sedikit iba pada Hilda yang tertidur di kursi tunggu.

"Terima kasih pada kalian yang mau membantu Tuan kami. Membawanya datang kemari, syukurlah Tuhan mengirim orang baik seperti kalian." Damian menyalami Harry dengan senang.

"Tidak, ini memang sudah kewajiban sesama. Apakah laki-laki itu baik-baik saja?"  Harry tampak khawatir.

"Tuan baik-baik saja, itu karena kalian membawa  pasien lebih cepat. Akan beda ceritanya jika tuan terlambat di bawa kemari."

"Tuan akan sadar dalam waktu dua sampai tiga jam. Tolong beristirahatlah di penginapan milik kami."

"Terima kasih atas tawarannya, kami akan melanjutkan perjalanan saja."

Damian menggeleng,  membujuk Harry untuk mau menginap. Melihat istri Harry yang nampak sangat lelah, serta tuannya yang pasti ingin bertemu dengan mereka setelah dia tersadar nanti. 

Harry mengangguk pelan, membangunkan istrinya dengan lembut.

"Kita istirahat sebentar. Nanti saja kita lanjutkan perjalanannya." 

Hilda mengangguk mengikuti Harry yang menuntunnya karen masih mengantuk.

Damian segera memanggil asistennya, memintanya untuk mengantar Harry dan Hilda ke penginapan yang tidak jauh dari gedung rumah sakit. 

Tak berselang lama setelah mobil asisten Damian pergi meninggalkan rumah sakit,  sebuah mobil berhenti di ahdaoan Damian.

Pria berkaos dan jaket denim serta jeans menyapa Damian dengan wajah pucat pasi. Dia meminta Damian mengantarnya untuk melihat kondisi Masson. 

"Laurent, kau sudah menyelidikinya bukan?"

"Ya, sekarang anak-anak sedang menelusuri keberadaan nyonya dan tuan muda."

"Syukurlah jika tuan berada dalam kondisi baik. Seharusnya aku mengikuti tuan meski dilarang."

Damian  menepuk bahu Laurent. Dia duduk di sofa,  membiarkan Laurent untuk duduk di kursi samping ranjang Masson.

><><><><><

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!