Sambil berlari menuju ruangan tunggu pemain hanya ada satu pertanyaan yang sudah pasti akan Gauri tanyakan pada Kak Bagas, yaitu kenapa bisa kalah. Anak kecil berumur 6 tahun itu tidak memikirkan kemungkinan perasaan yang sedang dirasakan bagas setelah kalah, yang paling penting adalah apa alasannya bisa kalah dalam pertandingan itu. Karena Gauri sudah membanggakan kakak sepupunya itu didepan anak lelaki yang ternyata menjuarai pertandingan itu. Sambil terus berlari meninggalkan ayahnya, tujuan Gauri hanya satu yaitu segera menuju ruangan tunggu itu.
Setelah sampai didepan pintu tiba-tiba seseorang dari dalam yang lebih dulu membuka pintu itu. Dengan kaget Gauri mundur satu langkah kebelakang untuk meghindari wajahnya tertabrak pintu. Ternyata yang keluar adalah anak lelaki yang sebelumnya telah menolongnya. Gauri yang kaget segera mengenali wajah itu sama halnya dengan anak lelaki itu, mata keduanya melotot seperti akan keluar.
“Oh maaf, kamu gapapa?” tanya anak lelaki itu.
Gauri kemudian menjawab, “Gapapa ... gapapa ... kakak yang tadi nunjukin ruangan Kak Bagas ke aku ya?”
Anak lelaki itu seperti biasa tidak banyak berbicara, hanya menjawab pertanyaan Gauri dengan senyuman dan
anggukan.
“Makasih ya sudah bantuin tadi ... ” omongan Gauri sejenak terhenti dan terfikir sesuatu. “Kakak kok yang menang tadi sih bukannya Kak Bagas?” lanjut Gauri dengan ekspresi yang tadinya merasa berterima kasih seketika berubah sedikit jengkel.
“Maksudnya? Aku ga boleh menang?” jawab anak lelaki itu kebingungan.
Gauri tetap pada pendiriannya yang menang harus Kak Bagas bukan orang lain, ketika hendak menjawab pertanyaan anak itu tiba-tiba ayah gauri sudah berada dibelakangnya dan menghentikan obrolan keduanya dengan segera menarik tangan gauri masuk ke ruangan tunggu itu.
“Maaf ya, anak Bapak terlalu banyak bicara,” kata Ayah Gauri.
Anak lelaki itu hanya tersenyum dan berlalu menuju ke suatu tempat.
Setelah masuk kedalam Gauri segera mencari kakak sepupunya itu untuk menanyakan pertanyaan penting yang sudah ada dikepalanya sejak dari arena kolam renang. Ternyata tidak jauh dari pintu adalah tempat duduk dan loker milik Bagas yang terlihat sedang bersama dengan orang tuanya membereskan sesuatu. Gauri yang menyadari itu segera berjalan menuju mereka.
“Kak Bagas ... ” sapa Gauri.
“Eh, kamu udah disini aja ... gimana tadi liat pertandinganku keren gak,” jawab Bagas.
Dengan wajah sedikit kesal Gauri menjawab, “Gak keren, soalnya gak juara satu. Kak Bagas kok juara dua sih bukan satu?”
Bagas yang melihat kekesalan pada wajah adik sepupunya itu kemudian menjawab dengan senyuman, “Lawannya susah Ri, Kak Bagas dari awal juga udah tau kalo engga akan bisa juara satu.”
Masih belum puas dengan jawaban kakak sepupunya itu gauri kemudian bertanya lagi, “Kok susah? Kak Bagas kan selalu menang di pertandingan sebelumnya ... kalo latihan juga selalu paling cepet.”
“Pertandingan sebelumnya ga ada Caraka jadi Kak Bagas bisa menang,” jawab Bagas.
“Caraka? Yang juara satu itu namanya Kak Caraka?” Gauri bertanya.
“Iya ... tadi kalo gasalah sebelum Gauri masuk, Caraka keluar deh ... ga ketemu ya?" kata Bagas.
“Oh Kakak yang bantuin aku tadi itu namanya Kak Caraka, terus dia juga yang berani-berani ngalahin Kak Bagas,” kata Gauri dalam hati diikuti dengan wajah kesalnya yang bisa terlihat jelas diwajahnya.
“Yaudah deh daripada mukanya kesel terus gitu aku ajak keliling-keliling sekitar sini yuk, diluar kalo
gasalah ada bazar kan nanti kita sekalian jajan-jajan disana biar kamu ga kesel terus,” ajak Bagas kepada adik sepupunya itu.
“Oke deh ... Ayah, aku sama Kak Bagas keluar jalan-jalan dulu ya,” kata Gauri kepada ayahnya.
“Iya hati-hati ... jangan jauh-jauh dari Bagas ya nanti hilang lagi kamu,” jawab ayahnya Gauri.
Mereka berdua kemudian keluar dari ruangan tunggu menuju luar arena pertandingan untuk melihat lihat bazar
yang diadakan oleh panitia. Acara bazar itu sudah sangat meriah berbeda dari saat Gauri dan ayahnya datang pagi tadi. Karena mereka datang dari sebelum acara dimulai dan pagi-pagi sekali acara bazar itu hanya ada tenda-tendanya saja.
Siapapun yang tidak mengenal mereka berdua pasti mengiranya mereka adalah Kakak dan Adik kandung, karena hubungan mereka yang sangat dekat dan baik satu sama lain. Gauri yang awalnya sangat kesal dengan hasil pertandingan kakak sepupunya itu sedikit demi sedikit tersenyum melihat banyaknya hiburan yang diadakan di bazar itu, belum aneka jajanan yang menarik semakin membuat Gauri melupakan kekesalannya tadi.
Dari parade kostum-kostum sampai penjual balon-balon sabun yang memainkan alat pembuat sabunnya ke langit semakin memeriahkan acara bazar tersebut. Mereka berdua terus berjalan sambil bergandengan tangan mengitari acara bazar semakin dalam. Langkah mereka terhenti pada salah satu penjual permen kapas yang dibentuk aneka bentuk boneka dan hewan lucu untuk menarik perhatian anak-anak disekitar untuk membeli.
“Kak aku mau beli itu satu boleh?” tanya Gauri pada Bagas.
“Boleh dong, ” jawab Bagas yang kemudian segera memesan permen kapas itu kepada sang penjual. “Pak, beli yang bentuk boneka satu ya.”
“Siap Dek tunggu sebentar ya,” jawab penjual permen kapas itu.
Sambil menunggu, mata Gauri terus melihat ke sekeliling untuk memilih jenis jajanan apalagi yang dia inginkan. Namun matanya kemudian melihat sosok yang familiar ditengah-tengah kerumunan orang yang sedang melihat parade. Ternyata yang dilihat Gauri adalah sosok anak lelaki itu, anak lelaki yang selalu tampak diam dengan wajahnya yang terlihat dingin namun juga hangat disaat yang bersamaan.
“Kak Bagas ... itu Kak Caraka bukan sih?” tanya Gauri.
“Iya bener itu Caraka ... udah beli ini kita samperin yuk,” ajak Bagas.
Setelah pesanan permen kapas mereka selesai, mereka pun segera berjalan mendekati Caraka yang tampak serius melihat parade yang sedang berlangsung. Semakin mendekat Gauri kemudian menepuk pundak Caraka untuk menyapa.
“Kak ... ketemu lagi ya kita,” sapa Gauri.
Caraka yang sedang serius lalu membalikkan badannya sambil melihat kearah Gauri dan Bagas dengan tatapan kaget dan bingung.
“Heh bingung gitu mukanya Ka,” kata Bagas.
“Iya maaf tadi lagi serius langsung ada yang nepuk pundak, hai ... kalian lagi jalan-jalan disini juga,” jawab Caraka.
“Iya Kak, Kakak sendiri aja disini?” tanya Gauri.
“Iya sendiri, Kakek sama Nenek lagi pergi dulu nanti katanya mau kesini lagi,” jawab Caraka.
“Yaudah nanti kita kelilingnya bertiga aja, masa kamu sendiri aja kelilingnya nyasar loh,” ajak Bagas.
“Oh iya dari tadi kan udah ketemu ya kalian tapi pasti belum bener-bener kenalan,” lanjut Bagas
Gauri pun langsung mengulurkan tangannya sambil tersenyum, “hai aku Gauri, salam kenal ya Kak Caraka”.
“Iya,” jawab Caraka singkat namun membalas uluran tangan Gauri.
“Yuk kak kita jalan-jalan kearah sana,” ajak Gauri yang tangannya masih bersalaman dengan Caraka.
“Aku kan belum jawab iya ... ” kata Caraka dengan suara yang sudah pasti tidak terdengar oleh Gauri yang sudah semangat menarik tangannya sambil sedikit berlari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments