Rencana Bulan Madu

Drrrrtt Drrrrtt Drrrrtt

Getaran sebuah ponsel mengganggu tidur seorang wanita yang hanya berselimut tanpa pakaian. Ya dia adalah Anjani, malam yang berlalu begitu hangat diranjang panas malam pengantin kesekian mereka.

Dan setelah mereka berdua telah saling bertukar air cinta, keduanya pun memutuskan untuk tidur. Akan tetapi suara getaran ponsel yang ada dimeja nakas sebelah Marko yang terlelap.

Dengan perlahan dan rasa penasaran, Anjani mencoba menggapai ponsel milik Marko itu. Alisnya mengernyit heran karena disana tertera sebuah nama Suci, lebih tepatnya Sekertaris Suci. Ada apa Suci menelpon malam-malam begini, bahkan sudah memasuki waktu dini hari? pertanyaan-pertanyaan janggal membuat Anjani sejenak berpikir. Hingga Marko mengerang dan memeluk erat tubuh istrinya sehingga membuat Anjani melepaskan ponsel Marko.

''Aku mau satu kali lagi…'' ucap Marko dengan menyeret.

''Marko, Suci menelpon,'' ujar Anjani membuat Marko menatap kearahnya.

''Biarkan saja, aku hanya ingin kamu. Dia menelpon mungkin untuk melaporkan pekerjaan yang ku berikan sudah dikerjakannya.'' Tanpa menunggu sahutan Anjani, Marko melakukan itu lagi kepada Anjani.

Dan ranjang pun bergoyang kembali untuk ketiga kalinya dimalam itu. Anjani, ia melupakan begitu saja pertanyaan yang sempat terlontar dihatinya sendiri tentang Suci.

Ya rupanya, Marko terbangun setelah mendengar gumaman Anjani, dan segera mungkin mengalihkan perhatian Anjani dan berkahir untuk melakukan olahraga malam lagi, padahal dia sendiri sebenarnya sudah lelah dan mengantuk tapi demi tidak meninggalkan rasa curiga dihati Anjani ia pun melakukan itu.

Sedangkan disebuah apart, Suci tengah kesal karena panggilannya tidak kunjung dijawab Marko. Ya seharusnya malam ini mereka menghabiskan waktu berdua, tapi entah kenapa Marko malah berubah pikiran dan justru pulang kerumah Anjani.

"Kamu bohongin aku, Marko!" gerutu Suci dengan tidak tau dirinya.

Duduk ditepi ranjang den menggunakan gaun malam yang bahkan lebih tebal kulit bawang. Ia sudah bersiap menyambut kedatangan Marko, tapi yang ditunggu ternyata malah asik berolahraga bersama istri sah nya.

"Apa lebihnya Anjani, katamu aku lebih enak!" Suci terus mengomel sendiri seperti ora g yang sudah kehilangan akal.

Dan akhirnya Suci tidur den rasa kecewanya.

Malam sudah berlalu. Dan pagi ini kedua manusia yang baru beberapa Minggu telah melegalkan hubungan mereka, sedang duduk dimeja makan. Hari ini Anjani tidak sempat memasakkan makanan untuk Marko sarapan, karena kesiangan. Tapi pekerja Anjani bagian perdapuran sudah sangat mengerti, kalau nyonya nya bangun terlambat, tugas mereka lah yang akan mengambil alih dapur kotor.

"Maaf sudah merepotkan,'' ucap sungkan Anjani, yang seharusnya tidak perlu mengatakan itu, karena memang sudah sepantasnya mereka yang mengerjakan itu semua.

Marko melirik kearah Anjani dan dua pembantu yang berdiri tak jauh dari mereka. Ada dua sisi yang berpendapat dengan sangat bertolak belakang.

''Dia *terlalu naif!"

"Tapi aku bangga, memiliki istri berhati lembut seperti nya*."

Marko bersikap acuh, ia memakan sarapannya tanpa memperdulikan sekitar. Dan tiba-tiba ia teringat Suci yang menghubunginya tadi malam.

Diam-diam ia meraih ponselnya dari saku jas, lalu mengirimkan pesan untuk simpanannya itu, yang berisikan.

'Sayang. Maafkan aku. Sampai jumpa dikantor'

Send!

Marko segera memasukkan kembali ponselnya kedalam saku. Dan buru-buru menyelesaikan makannya.

"Pelan-pelan, Marko."

Marko tersenyum dan mengangguk. "Aku baru ingat, ada meeting pagi ini.''

"Sepagi ini? meeting dimana, sama siapa?"

Entah kenapa tiba-tiba pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Anjani, membuat Marko mengehentikan makannya dan menatap Anjani dengan heran.

"Kamu kenapa?'' tanya Marko dengan suara yang dingin.

Menyadari sang suami tersinggung akan pertanyaan nya. Anjani pun segera memberikan alasan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

"Bukan, hanya saja. Biar aku siapkan bekal untuk mu," kilah Anjani.

''Ooh, ini meeting bersama para karyawan, untuk membicarakan tentang penjualan produk kita yang mulai diluncurkan dipasaran,'' papar Marko. Anjani menganggukkan kepalanya, merasa masuk akal dengan alasan Marko.

Tapi, entah kenapa hatinya merasa ada yang aneh, tapi sebisa mungkin Anjani menghiraukan nya.

''Kalau gitu aku pergi ya, kamu enggak ada jadwal bepergian 'kan?''

''Enggak ada. Aku juga ingin istirahat dirumah,'' jawab Anjani dan tanpa ia tahu jawabannya itu membuat Marko merasa terkena angin segar.

Seperti biasa, ia akan mengecup pipi kiri dan kanan lalu turun kebibir setelah itu ke kening Anjani, sebelum pergi kekantor. Anjani yang mendapatkan perlakuan hangat itu tentu merasa tersipu.

''Hati-hati!'' seru Anjani dan Marko hanya tersenyum dan melambaikan tangannya.

''Semoga kau tidak akan berubah sampai kapanpun,'' gumam Anjani melihat mobil Marko yang sudah menghilang dari pandangan.

Harapan seorang istri cukup sederhana, ia hanya berharap sang suami tidak akan berubah dan akan seperti suami yang sama dengan suami yang ia nikahi itu. Tidak berharap lebih, semua istri hanya menginginkan kasih sayang dan perhatian, untuk yang lainnya akan dinomor sekian kan. Bukan begitu reader?

Marko bersenandung kecil, bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis, mengingat malam tadi yang mana, Anjani sudah mulai aktif melawan permainan ranjangnya. Dan bahkan Anjani lebih mengambil alih permainan tadi malam.

Entah belajar dari mana, tapi Marko cukup puas mendapatkan servisan dari istrinya.

Tapi pertanyaannya, kalau ia merasa puas, lantas kenapa masih mencari Suci? seakan Marko adalah seorang pria yang tidak pernah merasa puas juga tidak tahu diri.

Dilampu merah, Marko menurunkan kaca mobilnya karena melihat tukang asongan yang menjual permen. Ia bukan tipe perokok maka dari itu ia harus memakan permen setelah makan.

Setelah berhasil memanggil penjual asongan itu seseorang yang disebelah mobilnya pun ikut membeli permen yang sama. ''Marko?'' pria yang membeli permen yang sama dengan Marko memanggilnya.

Marko menoleh, dan hanya tersenyum tipis lalu mengangguk. ''Sudah lama tidak jumpa, bagaimana kabar mu dan Anjani?'' tanyanya begitu ramah.

''Sangat baik,'' jawab singkat Marko.

Pria yang memakai sepeda motor besarnya itu tidak mempermasalahkan jawaban Marko karena baginya sudah biasa ia mendapatkan sikap acuh Marko.

Ya, pria itu bernama Roger, pria yang sejak dulu menyukai Anjani tapi Anjani malah memilih Marko pada saat itu.

Roger mengalah karena Marko pernah memperingatinya. Dari hari itu, Roger pun pindah kampus untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman.

''Sampaikan salam ku kepada Anjani,'' ucap Roger.

''Oh sudah lampu hijau, aku jalan duluan!'' ucap Marko tanpa mempedulikan ucapan Roger.

Marko berlalu dengan mobilnya dan Roger pun berlalu dengan sepeda motor besar nya dengan pikiran yang kembali pada Anjani. Wanita yang dimasa kuliah ia sangat menyukainya hingga sekarang.

Tapi perlu diingat, ia tidak pernah mengutarakan perasaannya pada Anjani, sehingga sampai saat ini pun, Anjani tidak mengetahui perasaan Roger padanya dan hanya Marko yang menyadari itu.

''Marko terlihat sangat berbeda, semoga ia bisa membahagiakan mu, Jani,'' gumam nya dengan harapan.

Melihat penampilan Marko yang berbeda, ia mengira kalau Marko sudah menjadi orang yang sukses tidak seperti waktu mereka satu kampus. Yang ia tahu Marko adalah pria yang tidak memiliki apapun, bahkan ia tahu. Kalau Anjani kerap membayarkan uang kuliah Marko.

Haciiuuuhhh!

Anjani yang tengah merapikan tempat tidur tiba-tiba bersin.

''Apa Marko merindukan ku?'' gumam Anjani.

Setelah merapikan tempat tidur yang berantakan karena pergelutan panas tadi malam. Anjani merebahkan tubuhnya diatas kasur lalu bermain dengan ponselnya.

Melihat iklan sebuah wisata yang menampilkan panorama alam yang indah membuat Anjani tiba-tiba terpikirkan akan bulan madunya, yang sampai sekarang belum juga mereka lakukan karena pekerjaan yang harus ditangani.

''Tempat yang bagus!''

Dan tanpa berpikir panjang Anjani memesan tiket itu setelah melihat ulasan yang semua mengatakan puas akan pelayanan travel tersebut.

Matanya berbinar, ia sangat senang karena memesan tiket tersebut. Ia berniat akan memberikan tiket itu kepada Marko sebagai surprise.

''Aku enggak sabar lihat ekspresi kagetnya,'' ucap Anjani yang tertawa sendiri membayangkan raut Marko yang terkejut karena dia memesan tiket bulan madu untuk mereka.

Terpopuler

Comments

S

S

Hanya perlu di ingat sepandai pandai menyimpan bangkai pada akhirnya akan tercium juga.jadi jangan senag dulu ya si suami dan sahabat laknat

2023-06-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!