Huft ....
Lagi dan lagi, Rendra menarik nafas panjang, berusaha menguatkan dirinya kalau ia mampu dan ia bisa, tapi sebenarnya apa yang dikatakan oleh pak Santoso benar adanya, ia punya jimat yang sangat luar biasa yaitu restu dari ayah dan ibunya.
Rendra menatap wajahnya di kaca spion, ia ingin memastikan penampilannya terlihat rapi dan berwibawa agar memberikan kesan terbaik untuk kliennya. Ya, dari mata turun ke hati. Penampilan menarik seseorang akan menghipnotis orang lain untuk tertarik.
Kring ..., kring ..., kring .....
Ponsel Rendra berdering, dan ia langsung bergegas mengangkatnya.
Rendra mendapati sang klien mengubah jadwal pertemuan sesuai dengan keinginannya yaitu di perusahaan tempat ia bekerja karena beliau ingin Rendra melakukan persentasi pertamanya.
Gugup!
Tentu saja saat ini perasaan Rendra menjadi tidak karuan, tapi ia mencoba bersikap tenang dan meyakinkan dirinya kalau ia mampu dan ia bisa.
Rendra berbalik ke perusahaan dengan kecepatan maksimal, agar ia bisa sampai di perusahaan sebelum sang klien datang.
Dalam waktu 10 menit akhirnya Rendra sampai di perusahaan, yang biasanya ditempuh orang lain dalam waktu 20 menit jika mengemudi dalam kecepatan normal.
Rendra berlari menuju aula untuk mempersiapkan dan mengecek segala sesuatu yang berkaitan dengan bahan persentasi.
Ya, Rendra juga ingin memberikan kesan pertama yang baik di hari persentasi pertamanya. Ia juga ingin mendapatkan pujian dari atasannya kalau ia adalah staf terpercaya yang sangat bisa diandalkan.
"Selamat siang, Bapak Rendra," sapa salah seorang yang datang menghampiri Rendra ke aula pertemuan.
Rendra membalikkan badannya, memasang wajah terbaik dan senyum terindahnya.
Walaupun lelah, Rendra tidak pernah sedikitpun memperlihatkan rasa capeknya kepada orang lain. Bagi Rendra, kesempurnaan penampilan dan senyum menawan adah kunci dari kesuksesan hidupnya.
"Selamat siang, Pak Herman," sapa Rendra ramah dan terlihat berkharisma.
Rendra menjabat tangan pak Herman dengan senyum menawan yang terpancar jelas di wajahnya. Jas berwarna hitam dengan dasi berwarna biru muda yang ia kenakan membuat penampilan Rendra terlihat sempurna dengan wajah tampan di atas rata-rata yang dimilikinya.
"Apakah rapat dan persentasi hari ini bisa kita mulai?" tanya pak Herman yang tidak lain adalah salah satu investor yang akan menanamkan modalnya di perusahaan tempat Rendra bekerja.
"Tentu, Pak, silahkan masuk!"
Kesan pertama dan sambutan yang sopan membuat urusan Rendra menjadi mudah. Tanpa ragu investor menanamkan modalnya di perusahaan tempat Rendra bekerja.
Rendra memberikan pelayanan terbaik dan maksimal untuk pak Herman, namun ada satu kebiasaan yang tidak pernah ia tinggalkan sebelum ia melakukan sesuatu, ia membutuhkan semangat dan dukungan dari Ibunya.
Rendra kemudian mengeluarkan ponsel dari saku jas yang ia kenakan, ia menghidupkan kembali ponsel yang baru saja dimatikannya.
Ia membuka WhatsApp dan melihat banyak sekali tumpukan pesan kekhawatiran dan cerewetan dari sang ibu yang sengaja tidak ia baca. Ya, alasan klise karena Rendra terlalu sibuk dan tidak sempat memberikan kabar. Namun, Rendra memilih untuk tidak membaca pesan itu. Ia langsung menghubungi ibunya lewat panggilan Video Call.
[Selamat pagi, Ibu]
Sapa Rendra dengan senyum indah yang sumringah.
[Pagi]
Jawaban singkat sebagai bentuk ungkapan kekesalan yang ibu Rina sampaikan kepada Rendra.
Rendra paham kalau ibunya marah dan kesal kepadanya.
[Ibu, hari ini Rendra akan melakukan persentasi pertama bersama investor. Rendra berharap Ibu jangan marah lagi dan doakanlah anak Ibu ini, semoga persentasi hari ini sukses.]
Kata yang keluar dari lisan Rendra membuat ibunya tidak lagi bisa berkutik. Ia luluh dan tentu saja tidak bisa marah kepada Rendra, putra kesayangannya.
[Nak, semoga persentasi hari ini sukses, doa Ibu selalu menyertaimu.]
Ucapan dan kata-kata penyemangat yang keluar dari mulut ibu Rina membuat Rendra tersenyum bahagia. Ia bersemangat dan percaya diri untuk melakukan yang terbaik hari ini karena ada orang tua yang selalu mendoakan dan mendukungnya.
Ya, benar saja, kedua orang tuanya seperti malaikat yang menjadi jimat dalam kehidupan Rendra. Semangat yang ditularkan ibunya membawa Rendra pada prestasi luar biasa hari ini. Rendra berhasil menggaet inveator dengan kemampuan dan semangat yang dimilikinya.
Rendra menjadi bulan-bulanan di kantor karena prestasinya, prestasi yang Rendra miliki menjadikannya salah satu idola baru di kantornya.
Atasan?
Jangan ditanya lagi bagaimana atasan memperlakukan Rendra, ia menjadi kesayangan atasannya yang selalu dipuji dan dibangga-banggakan.
Ya, karena prestasi itu akhirnya Rendra diangkat menjadi salah satu orang kepercayaan yang menjadi kaki tangan apk Santoso untuk anak perusahaannya dan untuk pertama kalinya Rendra diminta oleh atasan menangani proyek besar karena sang investor mengatakan akan berinvestasi jika Rendra ikut terlibat langsung menangani proyeknya.
Kerja keras dan kegigihannya selama beberapa bulan terakhir ini membuktikan kalau usaha tidak akan mengkhianati hasil.
Bersyukur!
Tentu saja Rendra merasa sangat bersyukur sekali karena perlahan impian dan angan-angannya menjadi kenyataan.
'Ibu, Ayah, aku harus segera menemui orang-orang yang ku sayang,' ucap Rendra di dalam hati.
Apapun kesuksesan pekerjaan yang Rendra dapatkan, kedua orang tuanya adalah orang pertama yang akan ia cari. Ia tidak akan pernah melupakan malaikatnya itu, karena ia tidak akan berarti apa-apa tanpa doa dan semangat dari kedua orang tuanya.
Dengan segenap tenaga yang ia miliki, Rendra mengendarai motor matic yang ia beli dari hasil keringat sendiri untuk menemui orang tuanya yang saat ini masih setia tinggal di rumah sakit, yang lokasinya sekitar 20 menit dari kantor Rendra jika ditempuh dengan menggunakan sepeda motor kecepatan standar. Namun, hari ini Rendra ingin segera sampai disana karena Ia sudah tidak sabar menemui malaikatnya itu, hingga ia harus ngebut. Namun, lagi dan lagi takdir mempertemukan Rendra lagi dengan gadis cantik yang beberapa kali bertabrakan dengannya di jalan.
Bruk!
Rendra terjatuh dari sepeda motornya karena berusaha menghindari mobil yang ada di depannya.
Rendra kemudian mencoba bangkit dan berdiri untuk melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit, namun kaki Rendra terasa sangat sakit karena lututnya terluka dan berdarah, motornya juga terlihat rusak.
Pupus!
Harapan Rendra untuk segera sampai di rumah sakit dengan segera tidak bisa diwujudkan, karena matanya berkunang-kunang dan sepertinya ia kehabisan tenaga.
"Mas tidak apa-apa?"
Rendra jatuh kepelukan gadis cantik itu dalam keadaan lunglai dan lemah.
Rendra sepertinya syok sehingga kehabisan tenaga karena sehari ini sibuk bekerja.
"Saya tidak apa-apa, sekali lagi maaf!"
Rendra mengaitkan kedua tangannya sebagai bentuk permintaan maaf yang sangat tulus kepada wanita cantik yang ada di depannya itu.
"Mas mau kemana? Bolehkah saya mengantarkan?"
Gadis cantik yang awalnya suka berteriak-teriak itu berubah menjadi seorang yang berbeda, lembut dan berhati mulia layaknya malaikat yang menawarkan bantuan kepada Rendra.
Awalnya Rendra menolak karena tidak ingin merepotkan orang yang tidak dikenal, namun lagi dan lagi wajah ibu dan ayahnya tergiang-ngiang di benak Rendra.
"Mas mau kemana?" tanya sang gadis sekali lagi.
Rendra akhirnya menggunakan kesempatan itu untuk meminta bantuan dari sang gadis cantik yang ada di depannya.
"Bisa tolong antarkan saya ke rumah sakit?" ujar Rendra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments