Yuma sudah tahu sebelumnya, kalau ibu kost sudah siap-siap mengintainya kalau-kalau dia macet lagi membayar kost. Karena hal itu pagi-pagi sekali, Yuma sering bangun lebih awal dan rela membersihkan seluruh lantai kost, mulai dari lantai satu hingga lantai dua. Yuma juga sengaja menyapu halaman kost yang biasanya penuh dengan dedaunan yang berjatuhan.
"Kau ini pintar cari muka! Tak perlu lah kau sapu, kau pel kost-kostan ku ini, kan sudah ada petugas yang bisa ku upah." Ujar ibu kost begitu pagi-pagi sudah melihat Yuma berkeringat karena baru selesai membersihkan kost.
"Ah... Gak apa bu... Hitung-hitung olahraga." Jawab Yuma pura-pura.
"Bayar kost mu segera, sekarang masih saya toleransi, lain kali tidak!" Kata ibu kost masih dengan nada ketus.
Yuma mengangguk, dia mengerti dan tahu betul kalau memang kewajibannya harus segera dia selesaikan.
" Kau ada lowongan part time?" Tanya Yuma suatu kali pada Della saat mereka tengah duduk di jam istirahat.
"Gak ada, emang kenapa?" Jawab Della sambil makan permen karet.
"Aku harus segera bayar utang kost, lagian utangku ke kamu juga belum ku bayar, kan? Aku lagi butuh uang." Terang Yuma sambil ikut makan permen karet yang di tawarkan Della kepadanya.
"Hhmmm... Eh tapi tunggu dulu, sepertinya aku ada kerjaan yang bisa membantumu." Ucap Della sambil mengingat-ingat sesuatu.
"Nahhh.... Ini! Ini nomornya!" Della girang karena berhasil mengingat sesuatu setelah mencari-cari nomor seseorang di kontak hapenya.
"Siapa?" Yuma mengerutkan dahinya. Belum paham betul apa yang di maksud Della temannya itu.
"Ini, kemaren aku sempat ketemu sama seorang kenalan di kafe, dia lagi cari seorang perempuan untuk mengurus mamanya yang lagi sakit. Kayaknya orang kaya, deh Yum... Berjas gitu, lumayan ganteng." Jelas Della panjang lebar.
"Beneran? Lha, kamu gimana bisa ngomong sama dia?" Tanya Yuma penasaran.
" Aku gak sengaja nemu dompet dia jatuh di dekat toilet pria, jadi pas dia baru melintas, aku kasih. Disitu kita kenalan dan cerita-cerita sedikit, tapi dasarnya orang kaya, gak mau lama-lama bicara. Dia langsung kasi nomornya mana tahu aku punya orang yang bisa kerja jagain mamanya. Gitu sih katanya Yum." Kata Della dengan wajah serius.
Mendengar hal itu, Yuma merasa itu adalah sebuah kesempatan. Yang penting baginya sekarang adalah menghasilkan lebih banyak uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemaren dari kampung bapaknya juga sempat menelpon beberapa kali, bapaknya bilang asam uratnya kambuh, sendi-sendi lututnya pada sakit dan linu, beliau mau cek ke dokter tapi takut akan mahal. Yuma sudah menyuruh bapaknya itu ke puskesmas saja, biar tidak memakan biaya yang besar, tapi kata bapaknya obat puskesmas tidak terlalu cocok untuknya. Takutnya, penyakitnya itu bukan cuma asam urat yang menahun tapi juga ada penyakit lain, karena sudah tua.
Yuma yang mendengar itu cuma bisa menghela nafas saja. Kini urusan bapaknya jadi merembet-rembet. Mulai dari rumah yang sudah tidak layak huni, ditambah lagi penyakit bapaknya yang tidak kunjung sembuh.
"Ah.... Sakit kepalaku." Begitu gumam Yuma dalam hati. Dia sangat berharap siapa tahu lowongan yang di tawarkan Della barusan adalah jawaban atas segala masalah yang kini tengah dia hadapi.
"Yuma, bos memanggilmu." Tegur seorang temannya sesama pekerja saat melihat Yuma tengah berbincang dengan Della di jam istirahat.
"Kenapa?" Tanya Yuma penasaran.
"Entah."Balas temannya tadi sambil mengangkat bahunya tanda dia tidak tahu.
Yuma bergegas masuk ke ruangan bosnya itu, di dalam ruangan dia sudah melihat bosnya duduk dan seperti biasa sibuk memenceti kalkulator menghitung-hitung uang yang sudah masuk.
"Siang pak, apa bapak panggil saya?" Tanya Yuma setelah berada di dalam. Bos nya langsung menatap Yuma lalu menyingkirkan kalkulatornya ke samping.
"Iya. Saya mau tanya, apa minggu ini kau banyak kepentingan?" Tanya si bos mengkode. Yuma mengerutkan kedua alisnya belum mengerti entah apa maksud bosnya itu bertanya tentang urusannya.
"Gak juga pak, kenapa ya?" Tanya Yuma langsung.
"Saya mau ajak kamu jalan. Siapa tahu kamu sempat." Ucap Bos nya itu tanpa pikir panjang.
Yuma menghela nafas, dia kini bingung harus jawab apa. Jika dia bilang tidak, bosnya itu akan siap-siap menekannya dan mengintimidasi dirinya. Tapi, jika dia jawab iya maka bosnya pasti sudah berpikir kalau dia tertarik pada bosnya itu dan akan lebih sering mengambil kesempatan lain kali.
"Gimana?" Tanya bosnya sedikit mendesak. Yuma risih, dia memandangi mata genit bosnya itu yang tak lepas memandangi tubuhnya lekat-lekat. Dia merasa sangat tidak nyaman dan takut.
"Maaf pak, saya kebetulan mau ketemu bapak saya yang dari kampung." Jawab Yuma cepat-cepat. Bos nya itu langsung melotot geram, dari wajahnya sudah kelihatan kalau dia menahan emosi kepada Yuma.
"Oh, terserahmu-lah. Ada anak baru yang melamar ke tempat ini. Saya lihat kinerja kamu juga semakin kesini semakin buruk, siap-siaplah mentalmu siapa tahu kamu saya ganti." Ancam bosnya itu tidak tanggung-tanggung. Yuma tidak bisa menjawab apa-apa lagi, dia pasrah saja.
Dia akhirnya pamit keluar ruangan dengan lesu. Di luar Della sudah menunggu Yuma yang keluar dengan wajah sangat tertekan.
"Apa katanya?" Tanya Della penasaran. Yuma menghela nafas panjang.
"Aku mau di ganti katanya, ada pelamar baru. Dia ajak aku jalan, manalah aku mau Dell." Sahut Yuma masih murung.
"Ck...ck...ck... Tidak tahu diri! Iya kalau dia baik budinya, ini sudahlah gemuk, tua, gigi kuning-kuning, jahat lagi. Paket komplit itu, kesal aku!" Della jadi kesal sendiri melihat Yuma di perlakukan seperti itu oleh bos mereka.
"Jadi gimana rencanamu? Aduh Yum, sudah bingung aku dengan nasibmu ini. Kenapa kau selalu sulit begini..." Nada suara Della ikut tertekan dan sedih menyimak kehidupan Yuma yang tak kunjung lepas dari masalah.
"Entahlah, aku masih pikir-pikir dulu lah, mungkin tawaranmu tadi ada baiknya untukku. Siapa tahu orang kaya kemaren masih butuh seseorang untuk menjaga mamanya, ya kan? Mana tahu gajinya lumayan Dell, lagian kalau terus menerus di ancam begini, bagus aku duluan yang resign lah dari sini. Bos kita itu intimidatif sekali sekarang." Ujar Yuma meyakinkan dirinya.
"Semoga ya Yum, lagian aku juga sempat sih mikir hal yang sama. Gak betah aku lama-lama kerja di sini, tempat ini gak sehat ih. Bos nya aja model begitu, muka mesum, sesukanya menekan anak buah, belum lagi pelit minta ampun. Masih aku ingat Yum, waktu kita rapat dulu minta kenaikan gaji, ehh dia malah melengos pergi menyudahi rapat. Gila dia itu!" Della berapi-api ketika menceritakan tabiat jelek atasan sekaligus pemilik resto tempat mereka bekerja itu.
" Iya, benar." Yuma mengangguk sependapat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
😺 Aning 😾
keren thor 👍👍👍
2023-05-26
1
Tanata✨
wah ngeledeknya gak basa basi🤣🤣
2023-05-03
1
lappet toba
krenn bgt.
2023-05-01
1