Rasa kesal penuh amarah terus Tania pendam sepanjang jam pelajaran berlangsung. Dirinya menjadi tidak berkonsentrasi mengikuti pelajaran berlangsung. Saat ini yang ada dan memenuhi benaknya hanyalah keinginan dirinya untuk melenyapkan seseorang
Ya, semua itu karena satu orang. Pemuda yang kemarin dirinya ancam agar masuk ke sekolah nyatanya masih tidak menampakkan diri.
Hal itu yang membuat Tania sangat marah, hingga dirinya memutuskan untuk mencari kembali keberadaan Ares sepulang sekolah.
"Tania." Panggil Kayden menghentikan langkah Tania.
Saat jam sekolah usai, Tania langsung bergegas dari kursinya. Dirinya tidak ingin membuang-buang waktu lagi karena ia merasa harus secepatnya menemukan Ares.
"Ada apa?" Tanya Tania kembali berjalan ke meja guru, di mana Kayden sebagai guru Matematika duduk di kursinya. "Aku tidak memiliki waktu banyak karena harus mencari seseorang."
"Siapa? Kau ingin mencari siapa?" Tanya Kayden tampak heran. Seketika dirinya teringat mengenai perbincangan kemarin di antara mereka. "Kau ingin mencari Ares?"
Sejujurnya sebagai seorang guru dan wali kelas tersebut, Kayden juga mengenal semua muridnya apalagi murid nakal seperti Ares. Tentu saja dia tahu, namun untuk orang santai seperti pria itu, dirinya tidak ingin ambil pusing dan membiarkannya saja. Dia berpikir kalau anak seperti muridnya itu suatu hari pasti akan menyesali hidupnya karena tidak bersungguh-sungguh ketika sekolah.
Hal itu juga yang membuat Tania sering mengatakan pada pria itu kalau dia tidak cocok sebagai seorang pengajar.
"Ya, aku akan membuatnya masuk ke sekolah dan lulus bersama dengan semuanya." Jawab Tania. "Ada apa? Apa kau... Maksudku, apa pak guru ingin ikut mencarinya juga?"
"Hari ini pak guru ada pertemuan penting dengan seseorang." Jawab Kayden dengan memancarkan senyum yang dibuat-buatnya.
"Pertemuan penting? Jangan sebut itu penting kalau nyatanya hanya bermain game." Ujar Tania sambil berjalan meninggalkan Kayden yang duduk di mejanya, menuju pintu keluar.
Tania yang meninggalkan sekolah mencari Ares di tempat kemarin dirinya menemukan pemuda itu, yaitu di rel kereta tempat kemarin terjadinya tawuran antar genk.
Akan tetapi pencariannya berakhir nihil. Hari ini Ares tidak ada di tempat itu, bahkan tak ada satu pun pemuda di sana. Kekesalan Tania semakin menjadi. Dirinya benar-benar berniat untuk membuat Ares menghilang dari dunia ini.
Seperti halnya kemarin, Tania tidak ingin menyerah, bahkan kata menyerah tidak ada di dalam kamusnya. Dia pasti akan menemukan pemuda itu.
Selama beberapa jam Tania terus mencari di mana Ares berada. Gadis itu mengelilingi daerah sekitar. Memasuki tempat yang biasa dijadikan lokasi para berandal sekolah berada ketika membolos. Bahkan dia masuk ke sebuah mall hanya untuk mencari di mana pemuda yang membuatnya kesal itu.
"Lihat saja, aku pasti akan membunuh manusia itu saat menemukannya nanti." Gumam Tania dengan tatapan tajam yang memperlihatkankan rasa kesalnya. Karena terlalu marah, gadis itu sampai terlihat memancarkan kobaran api yang keluar dari sekujur tubuhnya. "Aku tidak akan mengampuninya.
...***...
Ares berada di sebuah coffee shop kenamaan saat matahari tenggelam. Bersama dengan Anton, setelah menghabiskan waktu bersama teman-temannya yang lain di tempat biliar, kedua sahabat itu berbincang bersama di tempat itu.
"Sebaiknya kau meminta ibumu untuk pindah lagi ke Amerika. Kau bisa tinggal bersama salah satu sepupumu di sana seperti dulu, Es." Ujar Anton melirik Ares dari sudut matanya karena pemuda itu sedang menyeruput cappuccino miliknya.
"Tidak, aku tidak ingin lagi berada di sana. Aku tidak ingin menghirup udara yang sama dengan sepupuku Rhapsody. Lebih baik tidak usah, setelah dia merebut gadis yang aku suka." Jawab Ares dengan tatapan yang tersirat rasa bencinya.
Anton tertawa kecil merespon perkataan sahabatnya itu. Dia tahu alasan Ares pindah dari Amerika enam bulan yang lalu. Itu semua karena rasa sakit hati karena wanita yang dia suka malah menyukai sepupunya yang lima tahun lebih tua darinya.
"Sebaiknya kau melupakan Gracia, sejak awal dia sama sekali tidak melihatmu, Es. Bagaimana dia melihatmu kalau kau tidak pernah mengatakan bagaimana perasaanmu padanya. Kau memang sangat menyedihkan." Ujar Anton setelah berdecak.
"Sialan kau!" Gumam Ares menyeruput vanilla latte, minumannya.
"Es, sebaiknya kau mencari wanita lain saja. Bagaimana kalau kau mendekati gadis yang kau sebut terobsesi padamu itu?" Ujar Anton dengan tatapan serius.
Ares mengernyitkan dahinya. Dia tidak mengerti maksud dari perkataan sahabatnya itu.
"Apa yang kau katakan? Gadis itu sama sekali bukan tipeku. Dia gadis yang mengerikan, tidak mungkin aku yang sangat tampan dan penuh dengan kesempurnaan ini menyukai gadis seperti itu." Jawab Ares dengan raut wajah sombongnya.
Mendengarnya, Anton hanya mendesis karena malas menanggapi ocehan Ares yang selalu mengatakan hal-hal omong kosong itu.
Ponsel Ares berbunyi, pemuda itu menerima panggilan dari salah satu adik perempuan kembarnya.
"Kau di mana? Cepat pulang! Papa dan mama sudah sampai di rumah beberapa menit yang lalu!!"
Perkataan adiknya langsung membuat Ares bangkit dari duduknya dengan rasa terkejut. Dia langsung mengambil tasnya dan hendak pergi dari sana.
"Kau mau ke mana?" Tanya Anton heran karena Ares tampak terburu-buru.
"Aku harus pulang sekarang. Mereka berdua sudah di rumah. Tumben sekali mereka sudah pulang." Jawab Ares setelahnya menghabiskan minuman di gelas. "Tolong bayarkan minumanku."
Sehabis mengatakan hal tersebut, Ares langsung melebarkan langkahnya dengan sangat cepat, meninggalkan Anton yang menatap kepergiannya dengan heran.
...***...
Setelah merasa sedikit putus asa karena tidak menemukan Ares, Tania memutuskan ke rumah pemuda itu. Semoga saja Ares berada di rumah saat ini, itu yang diharapkan gadis itu.
Seorang asisten rumah tangga membuka pintu rumah megah tersebut saat Tania di perbolehkan masuk oleh seorang penjaga keamanan di pintu gerbang yang ukurannya sangat besar itu.
"Maaf, apa Ares Wyman Sanzio berada di rumah? Aku adalah ketua OSIS dari sekolahnya, beberapa hari yang lalu pun aku datang ke rumah ini." Ujar Tania pada seorang wanita yang merupakan asisten rumah tangga di rumah itu.
"Ada siapa?" Tanya Tasya—ibu dari Ares yang muncul melihat pada Tania.
"Nyonya, aku adalah Tania, ketua OSIS dari sekolah di mana Ares Wyman Sanzio bersekolah. Tujuanku datang ke sini untuk menemuinya dan menyeretnya masuk ke sekolah besok." Ucap Tania.
Mendengar perkataan gadis yang datang ke rumahnya, Tasya merasa heran namun wanita yang memiliki wajah cantik meski sudah berusia tidak lagi muda itu memulas senyumnya.
"Siapa yang datang?" Kali ini terdengar suara Athos dari dalam rumah, berada di sebuah sofa sedang duduk santai.
"Masuklah dulu." Seru Tasya langsung merangkul Tania berjalan masuk ke arah suaminya sedang duduk.
"Selamat malam tuan, aku adalah ketua OSIS di mana Ares Wyman Sanzio bersekolah. Namaku Natania Prasasti." Ucap Tania dengan sopannya.
Athos—ayah dari Ares melihat pada istrinya yang berdiri di sebelah gadis yang baru saja dirinya temui itu.
"Sayang, Tania datang ke sini untuk menemui Es, bahkan dia juga berencana untuk menyeretnya masuk ke sekolah besok." Jawab Tasya menjawab pertanyaan suaminya dari tatapan yang dipancarkan Athos. "Dia bilang menyeretnya, bukan memintanya!" Tasya menegaskan perkataannya dengan sebuah senyum dan tawa kecil.
"Ya itu benar. Sebagai ketua OSIS, tentu saja aku akan berusaha untuk tetap mempertahankan rekor kelulusan yang mencapai 100% di sekolah, karena itu aku tidak akan membiarkan seseorang merusak rekor tersebut meski dia merupakan anak dari lulusan terbaik sepanjang sejarah sekolah, tuan Athos." Jawab Tania dengan wajah penuh kemantapan saat mengatakannya. "Aku akan melakukan apapun agar rekor itu tetap bertahan. Karena itu meski kalian melarang, aku tetap akan menyeret anak kalian masuk ke sekolah dan membuatnya juga lulus."
Sebagai pria yang sejak dahulu terkenal dengan sifat ambisius, melihat seorang gadis mengatakan semua itu didepannya membuat Athos terkesan.
"Apa kau yakin bisa melakukannya? Dia sangat keras kepala seperti papanya, ya semua keluarga Sanzio memang keras kepala." Ucap Tasya yang sangat mengenal semua keluarga suaminya.
"Apa yang akan kau lakukan agar anak itu mau masuk sekolah dan bersungguh-sungguh belajar?" Tanya Athos yang menjadi penasaran dengan gadis yang berdiri di hadapannya.
"Aku tidak akan pergi darinya hingga dia masuk ke sekolah. Maksudku, aku tidak akan berhenti sebelum tujuanku tercapai." Jawab Tania.
Perkataan Tania membuat Athos mengingat bagaimana dirinya juga memiliki sifat yang sama. Dulu dia selalu mengatakan tidak ada yang tidak bisa dia lakukan ketika dirinya sudah bersungguh-sungguh, dia tidak akan berhenti sebelum mendapatkan semua yang diinginkannya, karena itu saat seorang gadis mengatakan semua hal itu padanya, Athos menjadi ingin melihat seberapa besar kemampuan gadis tersebut.
"Baiklah, lakukan semua hal yang bisa kau lakukan padanya. Aku tidak akan ikut campur apapun. Kau bebas berbuat apapun, bahkan jika perlu kau bisa menghabisinya." Jawab Athos.
"Memang itu rencanaku yang terakhir, tuan." Ucap Tania.
Tasya tertawa mendengarnya sedangkan Athos menyunggingkan senyumnya karena merasa gadis yang datang ke rumahnya seperti jelmaan dirinya dulu.
"Sebaiknya kau tunggu Es di kamarnya, saat ini dia pasti sudah dalam perjalanan pulang." Seru Tasya.
Asisten rumah tangga yang membukakan pintu, mengantar Tania menaiki lantai dua untuk ke kamar Ares. Gadis itu diminta menunggu Ares di sana.
"Melihatnya, aku seperti melihatmu dulu, Ato." Ujar Tasya seraya duduk di samping suaminya dengan sebuah senyuman.
Athos hanya tertawa kecil menanggapi ocehan istrinya.
"Apa karena itu kau menyuruhnya menunggu di kamar Es?" Tanya Athos.
"Ya, walaupun itu percuma. Gadis itu tidak sepertiku dulu." Jawab Tasya dengan tawa kalau mengingat bagaimana dirinya merupakan gadis mesum yang tidak bisa menahan diri untuk tidak berusaha menyentuh Athos—kekasihnya dulu.
Setelah menunggu selama beberapa menit, Tania yang berada di kamar Ares dengan lampu yang sengaja dirinya matikan, pintu kamar tersebut terbuka. Dirinya yakin kalau itu adalah pemuda yang ingin dia temui. Lampu menyala dan dengan tatapan yang tajam cenderung dingin, dia menatap pada Ares yang menunjukkan keterkejutan pemuda itu.
"Aku akan membunuhmu sekarang!"
Tania bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Ares yang tersetak kaget. Tangan kanannya memegang sebuah pensil yang sudah gadis itu runcingkan sebelumnya, siap menikam Ares.
...–NATZSIMO–...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
🍒⃞⃟🦅Rina👻ᴸᴷOFF
kayaknya nih onel terobesesi sama rasa vanila latte ya... sampe nama van juga di bawa
2023-11-28
1
🍒⃞⃟🦅Rina👻ᴸᴷOFF
asli ngakak baca nya keren dan berani Tania ini ya... salut dah
2023-11-28
1
🍒⃞⃟t͜͡uʟɪp🦅٭ཽ࿐
Tania 😬😬😬
2023-08-24
1