**Syana** kini sudah berada di rumah setelah tadi diantar oleh orang suruhan cowok yang hampir menabraknya tadi. Pak **Syakil** dan Bu **Syaina** keheranan atas kepulangan Syana ke rumah lebih cepat tidak seperti biasanya, dengan kondisi yang terlihat sakit. Kakinya sedikit pincang.
"Mbak Syana, kenapa pulangnya lebih cepat? Terus kenapa dengan kakinya, kok terlihat pincang?" heran **Syala**, adiknya menghampiri.
"Tadi pagi saat Mbak mau nyebrang, tiba-tiba ada pemotor yang melajukan motornya dengan kencang, padahal jalanan masih lengang. Mbak hampir kena tabrak dan rok Mbak kelindas ban motornya. Sobek dan bolong deh," ceritanya penuh penyesalan tentang kejadian pagi tadi saat Syana akan pergi bekerja.
"Ya, ampun. Mbak Syana, kok bisa. Makanya lain kali hati-hati, ya," peringat Syala sang adik.
"Mbak bukan tidak hati-hati, tapi cowok itu yang kebut-kebutan di jalan yang bukan semestinya dipakai untuk arena ngebut, pokoknya sok jago banget deh. Kesal Mbak jadinya," gerutu Syana geram.
"Tapi, akhirnya dia tanggung jawab juga, kan, Mbak? Gimana, apakah tampangnya keren? Pasti keren kaya aktor Korea itu, kan?"
"Keren apaan, dia itu bad boy, urakan dan suka ugal-ugalan. Ihhh ngeri, pasti hidupnya dihabiskan dengan balapan liar, yang hari-hari taruhan duit dan nyawa, sok keren banget," cibir Syana kesal.
"Coba lihat, mana yang sakitnya, Nak?" timbrung Bu Syaina, Ibunya Syana yang sejak tadi memperhatikan anaknya yang pulang lebih awal dari bekerja dengan kondisi kaki yang pincang. Pak Syakil membuntuti istrinya dan menghampiri Syana dengan heran.
"Ini Bu, lutut, siku, dan tumit Syana kena gesekan aspal sampai bared," ceritanya sembari memperlihatkan luka bared bekas gesekan aspal tadi pagi, yang kini darahnya sudah mengering.
"Awww, sakit Sya," tegur Syana meringis menahan sikunya yang masih sakit yang sengaja dipegang Syala.
"Ya ampun, rupanya lukanya banyak Mbak. Apakah orang yang hampir menabrak Mbak meminta maaf sama Mbak?" tanya Syala penasaran.
Syana menggeleng, dia kini sibuk meniup-niup luka di sikunya.
"Masa sih Mbak? Lalu saat dia membantu Mbak ke klinik, dia sama sekali tidak bilang maaf?"
"Nggak, sama sekali nggak ngucapin maaf."
"Tapi dia, kan, sudah membantu Mbak Syana berobat ke klinik. Anggap saja itu permohonan maaf darinya," ujar Syala.
"Nasib baik dia masih mau bertanggung jawab, syukurlah," timpal Pak Syakil ikut nimbrung. "Lalu, bagaimana dengan pekerjaanmu, Nak? Katamu jika telat satu menit saja sang Leader suka ngomel, ini sampai tidak masuk kerja apakah Leadernya tidak akan marah?" lanjut Pak Syakil khawatir.
"Orang yang bantu Syana bilangnya mau bertanggungjawab, Pak. Sebab tadi Syana minta tolong sebelum dia pergi dari klinik untuk menyampaikan bahwa Syana tidak bisa masuk kerja, karena ditabrak seseorang. Dan dia pergi sambil bilang seperti itu," terang Syana.
"Kamu yakin pemuda yang hampir menabrakmu menyampaikan permintaanmu pada Leadermu?" Pak Syakil nampak tidak yakin.
"Kurang tahu juga sih, Pak. Tapi, sampai jam segini, dari pihak kantor tidak ada yang menghubungi Syana. Itu artinya bisa jadi orang yang hampir nabrak Syana menepati janjinya dan menyampaikan ijin Syana pada Leader." Pak Syakil dan Bu Syaina nampak paham dan manggut-manggut.
"Semoga saja pemuda itu menepati janjinya," timpal Bu Syaina berharap.
**
Sementara itu di tempat lain. Syahdan yang kini tinggal di sebuah apartemen sederhana, tengah menerima sebuah telpon dari seseorang.
"Baiklah, atur saja sesuai rencana. Lintasannya bagaimana? Ok, kita main di sana. Aku yakin aku pasti memenangkan balapan itu." Sejurus, mata elang Syahdan menatap tajam ke luar jendela, dari atas apartemennya berbagai macam kendaraan bersliweran ke sana kemari. Semua tidak luput dari penglihatannya.
"Aku pasti bisa memenangkannya, dan bisa menjadi raja jalanan yang sesungguhnya. Menaklukan semua tanpa ampun," cetusnya penuh ambisi seraya membenarkan kerah baju kaosnya.
Ambisinya mengalahkan segalanya. Syahdan menjelma menjadi sosok pemuda yang benar-benar tidak takut apa-apa, dia saat ini kembali akan bertaruh nyawa, menjalani balapan liar yang nilai uangnya sungguh fantastik.
**
Di tempat lain. Syana baru keluar dari mall tempatnya bekerja. Salah satu Supervisor yang naksir Syana menawarkan diri untuk mengantar Syana pulang, namun Syana menolaknya sebab dia lebih senang berjalan kaki ketimbang naik kendaraan, kecuali terdesak di saat hujan atau kemalaman.
"Sya, aku antar ya!" tawarnya sambil berkedip genit.
"Tidak, Mas, terimakasih. Saya jalan kaki saja. Mas Syaman duluan deh," ujarnya menolak secara halus. Syaman sedikit kecewa, lantas dia berlalu dengan sepeda motornya sembari ngedumel.
Tiba dipertigaan jalan, Syana melihat seorang anak kecil sekitar umur 9 tahun yang ingin menyebrang. Namun sepersekian detik, tiba-tiba beberapa motor ber cc besar melesat kencang dari arah kanan, dua diantara pemotor menjalankan motor sembari ngobrol dengan mata tidak fokus ke depan, sehingga salah satu motor hampir menyerempet anak kecil yang akan menyebrang itu.
Dengan secepat kilat Syana meraih tubuh anak itu dan mereka terjatuh ke aspal hingga terduduk.
"Aduhhh." Keduanya mengaduh bersamaan, untung saja keduanya tidak ada yang terluka.
"Heh, kemari, tanggung jawab dong. Makanya kalau di jalan jangan ngobrol, jadi hilang konsentrasi, kan?" teriak Syana meneriaki salah satu pemotor yang tadi hampir menyerempet anak itu. Lagi-lagi kejadian hampir ditabrak motor terulang kembali. Dua hari yang lalu dirinya, dan kini seorang anak kecil di depan matanya yang hampir kena serempet.
Pemotor yang diteriaki Syana, berhenti sembari masih menggeber stang motornya dengan angkuh. Suara bisingnya sampai menulikan telinga dengan asap knalpot yang sebagian memenuhi sisi kiri dan kanan jalan, dan sebagian lagi menggumpal ke udara. Syana sampai terbatuk-batuk karenanya.
Pemotor itu masih duduk di joknya dengan kedua kaki yang sudah menapaki tanah. Wajahnya masih ditutupi kaca helm berwarna hitam sehingga Syana sulit mengenali wajah si pemotor. Sementara teman-temannya yang lain sudah berhamburan duluan karena sengaja diberi kode oleh si pemotor yang hampir menyerempet tadi untuk pergi duluan.
Syana menghampiri si pemotor tanpa rasa takut, sementara anak kecil tadi langsung berlari menghindari tempat itu, mungkin merasa shock dan takut.
"Buka helmnya, jangan sembunyikan wajah jelek Anda di balik helm," ketus Syana menatap wajah berhelm itu. Si pemotor merasa terkejut, sebab gadis yang kini berada dekat di hadapannya berani menghinanya dan merupakan gadis yang dua hari lalu hampir kena tabraknya.
"Sialan, belum tahu dia siapa aku. Mengata-ngatai jelek segala lagi. Awas ya, setelah aku buka helm, aku yakin kamu akan mati terkejut," batin si pemotor itu sembari perlahan membuka helmnya.
Syana masih menatap tajam wajah berhelm si pemotor dengan wajah yang kesal. Lalu tatapannya bergulir ke bawah menuju motornya. Syana terbelalak, sepertinya dia kenal dengan motor itu.
"Benarkah motor ini motor yang sama, dan orang yang sama dengan pemotor yang dua hari lalu hampir menabrakku?" tanyanya dalam hati.
Perlahan si pemotor mulai membuka helmnya. Wajahnya belum kelihatan karena masih tertutup kacamata hitam. Syana hanya bisa melihat bibir tipis bervolume yang sepertinya sedang tersenyum sinis padanya. Saat si pemotor mulai membuka kacamatanya, Syana mulai mengedip. Matanya mulai jelas, dan kini dia bisa mengenali siapa pemotor yang hampir menyerempet anak kecil tadi.
"Kamu?" kejut Syana menatap tidak percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Faris Setyawan Fais
Aktornya semua berawalan sya
2024-01-09
1
mumu
keluarga S 🤭🤭
2023-08-15
1
վմղíα | HV💕
KK bawa iklan
2023-06-05
1