Bab 2

"Dasar anak gak tau aturan!!!" Teriak cavan murka .

"Apa yang kamu lakuin hah!!" Teriaknya lagi tepat di wajah sang anak.

"Udah jadi jagoan kamu hah!! Udah hebat tawuran sampe buat orang meninggal!!".

"Masss udah hiks hikss" ucap citra sambil menarik suami nya yang sedari tadi memukuli edden di kantor polisi.

Setelah dari kantin tadi untuk menemui sang adik edden dan teman temannya menuju belakang sekolah untuk membolos dan melakukan tawuran bersama geng Mortal Enemy.

Tawuran terjadi begitu besar besaran hingga banyak korban dari aksi itu. Raka ketua geng Mortal Enemy dengan licik menghubungi polisi tanpa sepengetahuan edden dan inti Bruiser lainnya.

Sirine polisi berbunyi begitu keras nya langsung membuat kedua geng tersebut berhamburan untuk menyelamatkan diri masing masing.

Saat edden akan melarikan diri tiba tiba saja ia melihat seorang ibu dan anak kecil yang menjadi korban dari tawuran mereka, anak tersebut menangis ketika melihat ibu nya tak sadarkan diri dengan luka tusuk di bagian perut dan lengan nya .

Edden yang berniat membantu anak kecil itu pun malah menjadi sasaran polisi dan langsung diseret menuju kantor polisi.

"Lihat anak kamu ini, apa apa an dia masih sekolah udah jadi pembunuh!!" Tunjuk cavan kearah edden dengan murka nya.

"Mass akhhh " ucapan citra tiba tiba melemah sambil memegangi dadanya, tubuh nya ambruk ke lantai tak sadarkan diri.

"Bun bangun bun" panik edden yang langsung bangkit kearah citra dan mendekap sayang bunda.

Citra dilarikan kerumah sakit terdekat sedangkan cavan di lorong rumah sakit masih terus menghajar edden sampai babak belur.

Sahabat edden angga rio dan mukti yang baru saja sampai rumah sakit langsung melerai cavan masih menghajar edden.

"Om udah om tenang om, ini bukan salah edden. Ini jebakan dari raka om" ucap rio menenangkan cavan.

"Kalian sama saja, sama sama anak tidak tahu aturan!" murka nya.

Sedangkan mukti dan angga membantu edden bangkit dan mendudukan pria itu dengan wajah penuh darah itu.

Edden menangis tanpa suara, ia benar benar takut akan keadaan sang bunda. Apa lgi bunda nya yang memiliki riwayat penyakit jantung.

Tak lama dokter keluar dari dalam ruangan. Edden yang melihat langsung berdiri tanpa memperdulikan sang ayah yang sudah menatap nya tajam.

"Bagaimana keadaan bunda saya dok" tanya edden to the point.

"Maaf pak nyawa ibu citra tidak bisa kami selamatkan, pasien mengalami serangan jantung" ucap sang dokter kemudian meninggalkan ruangan tersebut.

Edden yang mendengar ucapan sang dokter pun merasa nafas nya berhenti seketia. Air mata nya tak bisa lagi ia bendung, ia sangat sangat tidak ingin ditinggalkan oleh sang bunda. Dibalik itu pikiran nya menuju ke pada sang adik, bagaimana jika aileen mengetahui hal ini. Sudah dapat di pastikan aileen akan lebih sakit dari yang ia rasakan.

"Brengsekkk bangun kau bajingan" ucap emosi cavan sambil menarik kerah baju edden.

Sedikit pun edden tak ingin membalas pukulan sang ayah, bagaimana pun cavan tetap ayah nya dan dia memang yang salah dalam hal ini.

Cavan dengan brutal memukuli edden sampai laki laki bertubuh tinggi itu pingsan. Polisi yang masih mengawasi edden pun langsung membawa edden kembali ke kantor untuk di tahan.

Kini semua anggota keluarga sudah meninggalkan tempat pemakaman citra yang baru saja selesai di laksanakan. Aileen gadis itu pun sudah beberapa kali pingsan tapi ia tetap kekeh ingin ikut mengantarkan sang bunda ketempat peristirahatan yang terakhir kali nya.

"Hikss hikss bunda jahat" isaknya di atas gundukan tanah merah itu.

"Bunda kenapa tinggalin ai sendiri hikss hikss"

"Ai gk mau di tinggal bunda, ai mau ikut bunda aja" .

Aileen mengecup nisan bunda nya berkali kali, ia masih tak ingin meninggalkan bunda nya sendirian disini.

"Sayang ayok kita pulang, bunda udah tenang sekarang" ucap cavan mendekati sang putri .

"Enggak yah, ai mau nemenin bunda disini" isak nya.

"Kalo ai sedih kaya gini nanti bunda ikutan sedih loh" bujuk cavan.

"Abang kemana, kenapa abang gak dateng yah" tanya aileen di sela sela isakannya.

Memang benar selama proses pemakaman edden sama sekali tak terlihat, cavan tak memberi tahu tentang keberadaan edden yang di tahan di kantor polisi.

"Udah gk usah pikirin abang kamu, dia udah besar" balas cavan mencoba menenangkan aileen.

aileen bangkit menatap gundukan tanah di depannya, hidup nya hancur, kebahagiaan nya hilang. Ia menatap sang ayah kemudian memeluk nya dengan erat.

"Ayah jangan tinggalin ai, ai gk mau sendirian" isaknya dipelukan sang ayah.

"Syutt anak ayah yang cantik ini gak boleh nangis, ayah gk bakal ninggalin ai. Ayah janji" ucap nya sambil mengusap punggung sang anak.

Mata sembab yang tertutup kaca mata hitam itu pun masih menatap tak rela kepergian sang bunda.

"Ayok pulang ai harus istirahat" ajak cavan sambil memegang pundak anak nya.

Sudah satu minggu berlalu, selama itu pula ai tidak keluar dari rumah nya, ia pun meninggalkan sekolahnya.

Aileen bingung, kenapa selama ini pula ia tidak pernah melihat abang nya. Kenapa abangnya tidak pulang, ada banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada sang ayah tapi ayah nya selalu menghindar.

"Abang ai kangen abang, ai pengen peluk abang hiks hikss" ucap aileen lirih duduk disamping ranjang.

Hidup nya benar benar hancur, ditinggal kan ibu nya untuk selama lama nya di tambah hilang nya abang kesayangan nya .

"Abang dimana hikss hikss" isaknya semakin terdengar.

Aileen menghapus air matanya kemudian ia memilih mencari handphone nya untuk menanyakan kemana abang nya kepada teman teman abang nya itu.

"Hallo"

"Kak rio lagi sama bang ed gak?"

"......"

"Apa!!"

"....."

"Ai kesana sekarang kak makasih ".

Aileen memegang dadanya yang tiba tiba terasa sakit, ia berusaha mengatur nafasnya.

Setelah dirasa cukup ia buru buru mengambil tas nya kemudian keluar .

Setelah menempuh perjalanan satu jam, kini aileen sudah berada di sebuah kantor polisi dengan diantar oleh rio mukti dan angga.

Aileen enggan untuk memasuki tempat itu, dada nya tiba tiba terasa sakit lagi. Tapi sebisa mungkin aileen menahan sakit nya dan berusaha meyakinkan diri nya bahwa semua akan baik baik saja.

"Abang!!!"

Teriaknya ketika melihat edden berdiri didepannya dengan keadaan yang sangat kacau, muka yang dipenuhi lebam dan bibir yang tampak pecah.

Aileen lari langsung menubruk tubuh sang abang dengan memeluk nya, tangis nya lagi lagi pecah. Sungguh kenapa hidup nya seakan sedang dipermainkan.

"Abang ai sayang abang hikss hikss" isaknya di dada edden.

Edden yang melihat adik nya menangis pun sungguh merasa tersakiti.

"Maafin abang ya" balas edden sambil memeluk aileen dengan erat, dikecup nya pucuk kepala aileen berkali kali untuk menyalurkan rasa rindunya.

Aileen menggelengkan kepalanya di dalam pelukan edden.

"Abang gak salah, ini semua udah takdir. Kak rio udah jelasin semuanya ke ai" ucap nya masih terisak.

"Maafin abang, abang gk bisa jaga ai lagi" ucap edden sambil menangkup wajah aileen.

"Abang ngomong apa sih, ai gk suka !" Kesal aileen mencubit pinggang edden.

"Awsss" ringis edden mengusap usap pinggangnya.

"Sakit sayang" ucap edden merengek seperti anak kecil.

"Hah maaf gk sengaja, cobak lihat mana yang sakit" panik aileen ikut mengusap usap pinggang edden.

Lagi lagi edden mendaratkan kecupan di kepala aileen.

"Ai dengerin abang ya, habis ini ai harus jadi anak yang nurut dan rajin okey. Jangan jadi anak pemalas" ucap serius edden menatap sang adik.

"Ai bakal bilang ke ayah buat bebasin abang" ucap nya menatap edden balik.

"Enggak sayang itu gak perlu okey, biyar ini jadi urusan abang" ucap edden meyakinkan aileen sambil menghapus air mata di pipi gadis itu.

"Ai pengen sama abang teruss" rengeknya kembali memeluk edden.

"Nanti kita sama sama lagi okey" edden mengecup pipi aileen kemudian menyuruh rio dan yang lain untuk mengantarkan aileen pulang.

Edden vance vee

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!