Bab 3 (Revision Ver)

"Woi, kalau jalan itu pake mata dong!" erang siswi itu memaki Lyora yang tak sengaja menabraknya.

"Gue minta maaf, gue gak sengaja nabrak lo. Soalnya tadi gue gak lihat." Lyora yang merasa bersalah membungkuk terus menerus dan meminta maaf.

"Ck, lo pikir gue ini apaan? Arwah gentayangan?" Decak siswi itu kembali.

"Hahaha, kalo lo arwah gentayangan pasti semua orang di sini terpesona sama lo, Rin." Sahut temannya tersenyum manis ke arah siswi yang kini masih dengan raut sebalnya.

"Duh, ini tuh bukan waktunya buat muji gue." Kesal siswi itu.

"Heh! Lo anak baru ya?" Tanya siswi itu sinis.

"Ehm, gue-"

"Lo gak tau siapa gue?" Potongnya.

"Ehm...siapa ya?" Lyora mengernyit bingung.

"Sumpah lo gak tau?"

Lyora menggeleng benar-benar tidak tahu menahu soal siswi yang ada di hadapannya ini.

"Gue Karina Violetta Shaquille, gue pentolan cewek-cewek di sekolah ini."

"Pentolan? Maksud lo tukang bakso?" Sahut Lyora sedikit mengejek.

"Enak aja ngatain gue tukang bakso! Ngeselin banget sih lo!" Decak Karina.

"Nindy, gue punya rencana." Ujar Karina tiba-tiba.

"Rencana?" Awalnya Nindy bingung dengan maksud ucapan Karin. Tapi tak lama kemudian keduanya saling tatap dan tersenyum miring.

"Bawa anak ini ke tempat biasa," titah Karin pada Nindy.

"Oke!" Nindy yang polos langsung mengiyakannya.

Tiba-tiba Nindy dan Karin memegangi lengan Lyora dan sontak membuat sang empu terkejut bukan main.

"Tunggu tunggu! Kalian mau bawa gue ke mana?" Tanya Lyora yang kebingungan karena kedua siswi itu menarik paksa dirinya. Lyora pun berusaha memberontak. Apakah ini akan jadi masalah besar?

"Ke tempat di mana lo bisa ngeliat realita," jawab Karina tersenyum sinis.

"Hah?"

Lyora terus ditarik paksa oleh Karina dan Nindy ke suatu tempat. Kedua siswi tersebut memegangi lengan Lyora cukup kencang sehingga untuk memberontak saja Lyora sedikit kesulitan.

Duh! Nih dua cewek kuat juga. Gerutu Lyora dalam hati.

"Lepasin tangan gue!" Lyora masih berusaha memberontak namum selalu gagal.

Sesampainya di toilet perempuan, Karina dan Nindy mulai melancarkan aksinya.

Karina mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Lyora lalu menyipitkan matanya dan setelah itu matanya terbelalak. Lyora yang terkejut langsung memalingkan pandangannya ke arah yang lain.

Duh ... gue gak mau nyari gara-gara sama mereka. Gumam Lyora masih tidak mau menatap mata Karina.

"Sialan, lo cantik juga. Kalo semua cowok di sini jadi tergila-gila sama lo, bisa-bisa reputasi gue sebagai Queen Of Beauty bakal tamat." Kata Karina sedikit gusar dengan reputasinya saat ini.

"Kita mau ngapain sih, Rin?" Tanya Nindy mulai penasaran.

"Operasi dandan," jawab Karina lalu mengeluarkan beberapa alat make up dari sakunya.

"Serius? Gue suka banget dandanin orang, Rin!" Nindy berseru kencang.

"Cepat dandanin dia, gue yang pegangin tangannya." Karina berdiri di belakang Lyora sambil mengunci kedua lengan Lyora.

"T-tunggu dulu! Kalian gak perlu susah-susah dandanin gue, gue udah dandan dari rumah kok." Erang Lyora membuat alasan, dia pun masih berusaha untuk melepas tangannya dari cengkraman Karina.

"Lo tenang aja, gue yang bakalan bikin lo lebih cantik lagi." Kata Nindy yang nampak begitu bahagia bisa mendandani Lyora.

FYI: Nindy tidak bisa berdandan tetapi mottonya adalah "gue suka berdandan" Namun kenyataannya tidak seperti itu, jika seseorang di dandani oleh Nindy, maka otomatis hasilnya akan sangat buruk. Benar-benar buruk.

Sebenarnya tidak dandan pun Nindy sudah terlihat cantik secara natural.

Nindy mulai mendandani Lyora dengan memakaikan bedak yang sangat tebal hingga Lyora merasakan gatal di hidung dan perih di matanya. Cara Nindy mendandani Lyora cukup kasar. Dia seperti mendandani boneka.

"Berhenti!"

Karina menoleh saat suara berat berteriak untuk menghentikan aksinya.

Nindy yang tadi sibuk mendandani Hayoung pun langsung menghentikan aksinya dan juga ikut menoleh.

"Raga?" Karina langsung melepas cengkeramannya dari lengan Lyora.

Lyora yang masih terpojok hanya menghela napas dan memegangi lengannya yang lumayan sakit saat dicengkeram Karina.

"Raga, lo kayaknya salah masuk toilet deh. Ini kan toilet cewek. Toilet cowok itu ada di samping, tau." Ucap Nindy sambil menunjuk ke arah toilet laki-laki yang ada di samping toilet perempuan. Dia bahkan tidak tahu kalau sebenarnya Raga masuk ke toilet perempuan karena ulahnya.

Raha menghela napas. "Gue tau. Gue ke sini karena denger suara ribut dari luar, jadi gue mutusin buat masuk dan ngeliat. Ternyata kalian yang udah bikin keributan." Balas Raga masih menatap Karina dan Nindy dengan tajam.

Ketika Raga mengarahkan pandangannya ke arah Lyora, dia terkejut saat melihat wajah siswi tersebut sudah babak belur oleh bedak, lipstik, dan berbagai macam jenis make up yang tidak diketahui olehnya. Membuat wajah Lyora berantakan.

"Mending lo berdua balik ke kelas," titah Raga dengan suara beratnya pada Karin dan Nindy. Karina langsung berdecak sebal dan menarik lengan Nindy untuk meninggalkan toilet.

"Ayo, Nindy!"

"Oke." Nindy langsung mengangguk dan mengikuti Karina dari belakang.

Raga menghela napas berat kembali setelah melihat perundungan terjadi di toilet perempuan, dan itu dia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Pelakunya juga selalu sama, yaitu Karina dan kawan-kawannya.

"Lo gak apa-apa?" Tanya Raga yang khawatir pada wajah Lyora yang sudah terlihat seperti badut.

"Huhh...mereka kenapa sih?" Lyora menatap dirinya di depan cermin. Sial sekali dia hari ini.

"Pake sapu tangan gue nih." Raga menyodorkan sapu tangan miliknya kepada Lyora yang masih membersihkan wajahnya dengan air di wastafel.

"Thanks." Lyora menerima sapu tangan itu dan mulai membersihkan bekas make up tebal yang masih sisa di wajahnya.

Setelah selesai membersihkan wajahnya, Lyora dan Raga keluar bersama dari toilet perempuan. Untungnya keadaan sedang sepi, jadi tidak ada siapa-siapa yang melihat mereka keluar dari toilet. Kalau mereka terlihat oleh orang lain, bisa-bisa akan terjadi masalah baru.

"Lo telat?" Tanya Raga.

Mereka berdua masih terdiam di depan toilet.

Lyora menatap Raga dan menggeleng pelan. "Engga, sebenarnya gue siswi pertukaran pelajar dari SMA Pangestu." Jawabnya.

"Ini hari pertama lo, ya? Gue gak pernah liat lo sebelumnya." Tanya Raga kembali.

Sebelum menjawab pertanyaan Raga, Lyora nampak menghela napas kasar. "Sebelum gue dikerjain sama dua cewek tadi, gue sebenernya lagi nyari ruang guru." Jawab Lyora jujur.

"Gue antar lo aja, gimana? Kebetulan gue juga mau ke sana." Tawar Raga.

"Beneran?" Lyora masih tidak mempercayai apa yang barusan dikatakan Raga.

Raga membalas dengan mengangguk dan tersenyum.

"Siapa nama lo?" Tanya Lyora.

"Ehh? Karina dan Nindy udah nyebut nama gue padahal, lo gak sadar?"

"Ehh, masa sih? Sorry sorry, gue gak sadar." Lyora terkekeh.

Lyora menerima jabatan tangan Raga. "Oke. Salam kenal, Raga."

"Yaudah ayo," ajak Raga dengan ramah. Lyora mengangguk lalu mengikuti Raga pergi.

Mereka berdua pun sampai di ruang guru. Raga langsung mengambil buku semua siswa dari kelasnya dan Lyora langsung menghadap ke salah satu guru untuk menanyakan kelasnya saat ini.

"Tunggu sebentar, ya ... saya mau cari data kamu dulu. Duduk aja dulu, Lyora." Kata guru itu lalu sibuk mencari sesuatu dari laptopnya.

"Baik, Bu." Lyora mengangguk singkat dan menunggu.

Setelah Lyora duduk di kursi yang sudah disediakan oleh guru tersebut. Raga pun menghampiri Lyora setelah mengambil beberapa buku.

"Gue harus ke kelas sekarang. Lo gak apa-apa kalo gue tinggal sendiri di sini?" Tanya Raga.

Lyora menoleh. "Iya, makasih udah nganter gue. Nanti gue diantar sama ibu ini kok." Ucapnya sambil tersenyum.

Tak lupa juga Lyora berdiri dan membungkukkan tubuhnya untuk mengatakan terima kasih pada Raga.

Raga mengangguk singkat lalu pergi.

Di luar ruang guru dia seperti sedang menggerutu sambil senyum-senyum sendiri.

"Dia imut juga," katanya masih senyum-senyum gak jelas.

Lyora masih menunggu dengan duduk di salah satu kursi yang sudah disediakan oleh guru yang masih mencari data tentang diri Lyora di laptopnya.

"Ibu udah dapet data kamu dari SMA Pangestu. Kayaknya kamu masuk ke kelas yang bermasalah deh ..." kata guru itu, dia bergumam ketika mengucapkan kalimat terakhirnya.

"Ibu bilang sesuatu sama saya?" Lyora berusaha mencerna maksud ucapan sang guru.

"Ahh, gak apa-apa kok. Ibu akan antar kamu ke kelas sekarang. Ayo," ajak guru itu. Lyora mengangguk singkat dan bangkit dari kursi untuk mengikuti setiap langkah guru itu.

...***...

Terpopuler

Comments

Xavivuvour

Xavivuvour

Baru juga masuk dah dibully aja

2023-04-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!