Bab 4. Gosip

Mata gadis itu menyipit menatap dua ekor kecil panjang yang menggantung di atas ranting pohon, hewan kecil yang masih memiliki hubungan kerabat dengan cicak.

Anak bunglon!

Ya!

Bunglon!

Hewan kecil yang suka merayap-rayap itu saat ini berada tepat didepan matanya.

Wajahnya yang kusam serta penuh keringat selepas menjalankan hukuman dari Pak Beno kini berubah menjadi cerah bersinar dengan senyuman yang merekah, gadis itu mendekat mengambil dua ekor anak bunglon kakak-beradik -mungkin- yang terlihat tenang berjemur diantara ranting-ranting pohon.

Tangan mungilnya mengusap lembut dua kepala hewan kecil itu, dia beruntung karena tidak mendapatkan perlawanan sedikitpun dari sang anak bunglon.

Sorot matanya beralih memperhatikan April yang tengah berjongkok diantara pot-pot tanaman untuk mengambil dedaunan dan sampah-sampah yang berserakan.

Plukkk

"Apa sih Na? Jangan gangguin gue! Lu bersihin aja tuh yang sebelah sana …!!"

"Oghy …" Aman!!

Dan …

3

2

1

"Aaaaaaaaaaa!!! Ayyara Ashalina!!! Lu dapet dari mana 4nj1ng!!! Ahkkkkk …" dengan wajah panik April menghempaskan jauh-jauh hewan kecil yang merayap-rayap diatas kepalanya, dia pernah memiliki kenangan buruk terhadap bunglon dan hewan sejenisnya.

"Nggak gigit kok …"

"Nggak gigit pala lu botak!!!" disaat April tengah sibuk mengimbas kesana-kemari takut jika ada bunglon lain yang masih menempel pada seragamnya si biang kerok malah dengan santainya tersenyum lalu berkata, "Beneran nggak gigit kok … ini Ara ada satu lagi …" seraya menunjukkan hewan tersebut tepat didepan matanya.

"Anak s3t4n nggak tau adab!!! Buang woyyyy!!! Ahkkk Ina!!! 4nj1ng!!!!

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa …" begitulah cerita dari keduanya sebelum terlibat kejar-kejaran di area lapangan hingga koridor sekolah SDP01.

Sampai sebuah tragedi terjadi.

Gabrukkk

Duggg

Brakkk

Winggg

Plukkk

Tragedi kecelakaan di perempat koridor sekolah dengan empat korban terlihat didalamnya, satu sekarat, satu tidak ditemukan, dua lainnya mematung ditempat dan menderita syok ringan.

Keduanya menatap satu sama lain dengan pikiran kosong melompong karena semuanya terjadi dengan sangat singkat, cepat, padat, dan tidak jelas.

Gadis itu segera tersadar dan bangun dari duduknya sembari mengelus lengannya yang sempat menghantam dinding sebelum terjatuh. "Kalo jalan lihat-lihat dong!!!" Ucap Ara dengan tidak tau malunya, padahal dia sendiri yang berlarian di sepanjang koridor karena ingin menjahili April yang fobia akan bunglon.

Anak laki-laki itu sempat terpaku ditempat saat melihat Ara duduk terjatuh dihadapannya,

"Heh! T0l0l-!!! Lu tuh yang kalo jalan lihat-lihat!!! Lari-lari di koridor lu pikir ini sekolah punya bapak lu!? Kaya bocah tau nggak!?" balas laki-laki itu pada akhirnya membuat Ara semakin terpancing emosi dan tak mau kalah.

"Makanya tadi Ara bilang kalo jalan tuh lihat-lihat!!! Ini sekolah kan bukan punya papah!!!"

"Ya terus lu kenapa nggak lihat-lihat jalan!!?"

"Kan tadi Ara lari nggak jalan! Gimana sih!? Go block!"

"Ahk-Bukan gitu maksud gue t0l0l-!!!"

"Talal t0l0l talal t0l0l-! Sendirinya go block malah ngomongin orang t0l0l-!!!"

"Ahk! Nggak tau lah! Pokoknya gue nggak mau tau! Lu lihat itu! Gara-gara lu gitar gue rusak tau nggak!?" Ujar laki-laki itu seraya menunjuk sebuah gitar yang tergeletak naas tak berdosa di atas lantai dingin nan kotor.

"Bodoamat!!! Orang bunglon Ara aja ilang gara-gara kamu!!!"

"Heh! Cebol-"

"Woy! Woy woy woy! bentar-bentar! Ini kenapa?" April datang dengan napas yang masih tersengal-sengal setelah berlari kembali mencari Ara yang tiba-tiba hilang tak lagi ada dibelakang.

Dia kemudian melihat Ara yang nampak ribut-ribut bersama seseorang yang tidak terlalu asing dimatanya. "Kak Panji kenapa marah-marah?"

"Ani kenal?" ucap Ara bertanya, namun matanya tetap lekat menatap sinis pada Panji.

"Oh, dia temen sepupu gue … namanya Kak Panji satu angkatan sama Kak Radit …" jelas

April.

"Maafin temen gue ya Kak … agak setres emang orangnya …"

"Cih! Lu iket tuh temen lu! Bila perlu sekalian lu kandangin!!!" setelah mengatakan kalimat itu Panji pergi membawa gitarnya yang belum juga mendapat pertolongan pertama.

"Ihk! Cowok nyebelin!"

"Udah sih Na! Salah lu juga kan? Kena karma kan tuh gara-gara ngisengin gue! Udah yuk balik ke sana lagi entar kita dicariin pak Beno lagi-!"

"Ara kan juga nggak sengaja! Dia sendiri yang jalan nggak lihat-lihat! Waktu itu juga Ara pernah dilempar bola basket sama dia!!!"

"Udah ayokkk! Pergi aja lagian lu sewot-sewot juga orangnya udah pergi …"

...…...

^^^Anieee

^^^

^^^Hoy

^^^

Ava?

^^^Bolos yuk!

^^^

Nggak ah

Kan tadi kata pak Beno kalo ketahuan lagi bakal kena SP

WMW?

^^^Tangan Ara masih sakit

^^^

Ya udahlah

^^^Ngantin aja yuk!

^^^

Oghy

^^^Tapi bentar

^^^

^^^Ara lagi di gudang

^^^

Ngapain? Bolos?

^^^Nggak,

^^^

^^^Ada tikus lahiran

^^^

^^^Kayaknya kembar tiga

^^^

^^^Anaknya udah keluar dua

^^^

^^^Ini satu lagi terakhir kayaknya

^^^

Ngebidan lu 4nj1ng!?

:v

...…...

"Heh! Inainunah! Lu tadi beneran ngebidanin tikus?" Gadis itu mengangguk mengiyakan dengan mulut penuh siomay dan tangan penuh cireng putih, bersih, glowing, m0nt0k, dan hangat baru keluar dari penggorengan.

"Lu bilang nggak mau bolos gara-gara takut kena SP, tapi sendirinya malah bolos di gudang! Nggak ngajak-ngajak lagi-!" protes April, dia sendiri cukup kesal karena di kelas hari ini ada hapal-hapalan dan sialnya dia tidak bisa mengingat satupun akibat semalaman bergadang untuk membaca sebuah komik.

"Kan emang nggak keluar sekolah …" balas Ara nampak tidak peduli, mata gadis itu terlihat fokus menatap semangkuk soto hangat yang dibawah seorang gadis berambut panjang melewatinya.

"Kan intinya sih tetep aja bolos kelas!"

"Nggak tau ah, Ara mau sotooooooooooo …"

"Diajak ke WMW nggak mau!"

"Tangan Ara kan masih sakit!!!"

"Ya udah sana pesen sendiri ahk!"

"Soto di sini ngga enak! Kuahnya hambar!"

"B0d0!" April beralih menyantap semangkuk mie instan yang dibelinya, dia lelah berdebat untuk saat ini.

Sepanjang sejarahnya bersekolah baru pertama kali ini dia mendapat teman sejenis Ara, dia sendiri sedikit terkejut karena bisa bertahan dengan gadis mungil yang lumayan aktif, absurd, cerewet, banyak tingkah, manja, dan selalu berhasil membuat tensinya naik turun.

Dulu dia memang pernah memiliki seorang teman yang juga memiliki tingkah abnormal seperti Ara namun wataknya sangat-sangat jauh bertolak belakang dengan gadis itu, dia juga merupakan satu-satunya sosok teman yang pernah benar-benar dia sayangi.

Ya.

Bahkan mungkin lebih dari yang dapat dia pikirkan.

" … Katanya ada anak baru ya di kelas sepuluh?"

"Iya kali?"

"Lu tau nggak? Katanya bakal ada anak baru dari Jakarta?"

"Mungkin?"

"Masa sih? gue nggak pernah denger tuh?"

"Ehm?" Gadis itu menatap bingung sekelilingnya, 'Anak baru? Masa sih iya? Kok gue nggak tau?' batin April.

Memang sih akhir-akhir ini dia sering mendengar desas-desus seperti ini, dia kira itu hanyalah sebuah gosip. Meskipun ini bukanlah informasi yang berguna ataupun luar biasa namun tetap saja hal ini lumayan membangunkan jiwa-jiwa penasarannya yang tengah tertidur pulas seharian.

Diana Apriliani seorang gadis pencari informasi cepat, akurat dan tak pernah salah, adalah sebuah julukan yang tidak pernah lepas dari dirinya semenjak masuk sekolah dasar.

Seorang anak nakal yang sering berkeliaran kemana-mana, memiliki banyak jaringan di dunia luar lebih dari anak-anak sekolah pada umumnya.

Bisa-bisanya dia melewatkan secuil kabar yang sudah menyebar luas didalam sekolahnya sendiri. Tidak bisa dibiarkan.

Gadis itu menoleh menatap Ara yang masih juga memperhatikan semangkuk soto yang tengah dimakan seorang gadis cantik sang kembang kelas dua belas MIPA satu.

"Na?"

"Apaaaaa?"

"Ada anak baru?"

"Iya kali … Ara nggak tau …"

"Nggak bisa! Ini nggak bisa! Masa iya seorang Diana Apriliani nggak tau apa-apa soal ini?" "Ehk! Tukang ngegosip!!!" celetuk Ara menyindir April.

"Heh! Itu mulut! Gue tuh bukan tukang ngegosip ya! Udah gue bilang gue itu ahli informasi-!

Segala informasi gue tau dan harus tau! Itu motto hidup gue!!!"

"Nyeh! Segala informasi-! Hapalan aja remedial …"

"Lu-nggak tau lah cape gue sama lu …"

"Mau sotooooooooooo …"

"Bodo!"

"Anieeeeee … mau sotooooooooo …"

"Bodo! Gue nggak denger!"

"Motto hidup Ayyara Ashalina sekarang adalah makan, dan makan! Beliin Ara sotooooooooooo …"

"Berisik Lu!"

"Nanti Ara kasih gantungan om-om botak baju kuning …"

"Oke deal-!!!"

...…...

...Dikala malam menelan jiwa

...

...Sinar bulan melukis mangata baswara

...

...Dia berdiri di garis cakrawala berbalutkan selendang sutra

...

...Menatap dengan hayanika yang mengunci jiwa didalam sebuah nirwana

...

...-AksTra-...

...…

...

"Gue suka … tapi gue nggak ngerti maksudnya apa …" gumam gadis itu menatap selembar kertas putih bergoreskan tinta biru di mading sekolah.

Ara berdiri seraya menunggu April yang tak kunjung datang dari kelasnya untuk mengambil tas sekolah karena saat ini sudah waktunya jam pulang.

Tatapan matanya terlihat fokos menatap tiap kata yang tertulis rapih seakan-akan itu bukanlah dibuat oleh tangan manusia, "Tulisannya rapih nggak kaya gue …"

Kini sorot matanya beralih menatap beberapa lembar kertas bergambarkan tokoh-tokoh bersejarah yang dibuat anak-anak berbakat dalam bidang tersebut, "Kayanya cuma gue sendiri yang nggak punya bakat … gambarnya bagus-bagus kayak asli, kalo gue yang gambar mungkin udah mirip muka bapak-bapak nahan b3r4k … nasib nggak punya bakat …"

"Bakat apa?"

"Oh?" gadis itu menoleh memperhatikan Radit yang datang untuk menempelkan selembaran poster-poster kegiatan sekolah yang akan dilangsungkan tidak lama lagi, akhir-akhir ini laki-laki itu nampak sibuk dalam kegiatan organisasinya di sekolah.

"Nggak ada …" cicit Ara.

"Ehm … kok belum pulang?"

"Nunggu Ani …"

"April maksudnya?"

"Heem …"

"Heh! Dedemit sekolah! Jangan gangguin temen gue lu!" seru April, dia datang sembari menenteng tas miliknya yang terlihat tidak berisi sama sekali.

"Gue cakep gini lu bilang dedemit! Jangan samain gue sama lu yang mirip nenek lampir!" Balas Radit menghantam kepala April menggunakan beberapa lembar poster ditangannya.

"Dih, poster apaan tuh?"

"Nanya lagi, lu kan udah bisa baca sendiri masa iya masih mau gue ejain juga?"

"Jadi ketos gitu amat lu 4nj1r!"

"Terlihat perduli kah?"

"Dihk … pulang aja yuk Na! Dari pada di sini entar lu diculik dedemit lagi-!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!