Saat di perjalanan pulang, Aidan mencari toko buku. Ingin membeli satu set cerita bergambar untuk Aiko, karena putra sulungnya itu sebelum tidur kadang meminta neneknya membacakan dongen pengantar tidur. Namanya juga anak-anak, mereka suka mendengar gambaran imajinasi. Apalagi jika isinya tentang seputar galaxy atau hitungan waktu adalah favoritnya. Memang sesuai sifatnya yang lebih condong ke cerita pengetahuan. Cucu dari seorang Mafia yang kurang minat mempelajari ilmu bela diri.
[Pict Hanya Pemanis]
Sedangkan Qila, istrinya itu tampak sedang tidur sendirian di kamar dan hanya memakai piyama merah muda tipis, hingga menunjukkan sedikit tubuhnya yang ramping nan seksi. Siapa coba yang bisa tahan melihat kemolekan bodynya yang mulus? Itulah yang membuat Master Otong Aidan kadang menggigil jika disuguhi tubuh yang menggairahkan begitu. Dan seperti biasa, anak-anak kembarnya tidur bersama nenek mereka.
Tiba-tiba ...
Tok-tok-tok!!!
Ada yang mengetuk pintu di luar.
‘Hmm, siapa?’
Qila yang setengah mengantuk, ia beranjak membuka pintu kamar. Ia pun terkejut melihat dua bocilnya berdiri di depan pintu. Masing-masing memegang boneka dan satu buah buku bergambar.
“Ehh, Ayiko sama Ayila kok belum tidur, kenapa, sayang?” tanya Qila mengajak mereka masuk dan menutup pintu.
“Momi, Omah tidull na gelak-gelak,” jawab Aila dan naik ke tempat tidur.
“Ayyiko ndak bisa tidull!” sambung Aiko ikut duduk di dekat Ibunya.
“Yaudah, kalian tidur bareng Momi malam ini.” Menidurkan dua bocilnya di sisi kanan dan kirinya sambil membelai rambut mereka dengan lembut.
“Momi, Dadi na kapang pulang?” tanya Aila memeluk Ibunya. Sedangkan Aiko yang biasanya, ia suka diam dan tidur di bawah ketiak Ibunya.
“Tidak tahu, tapi sepertinya sudah ada di jalan pulang. Ayila tidak usah tunggu Dadi. Kalian berdua tidurlah duluan.”
“Hmm!” Angguk Aila memejamkan mata. Beberapa saat saja, bocah perempuan itu mulai menjelah ke dalam mimpinya. Sementara bocah yang satu masih bergelayut manja di bawah ketiak Ibunya.
“Hmm, kenapa belum tidur, sayang?” tanya Qila melirik kesatria mungilnya itu.
“Momi, Ayyiko na lapal,” jawabnya jujur seraya mengelus perut buncitnya.
“Ehh, kalau begitu, Ayiko di sini dulu, biar Momi turun ambil—”
“Ndak boyeh! Momi ndak wusah tulung,” larang Aiko.
“Loh, terus ... Ayiko mau makan apa kalau lapar?” tanya Qila mencubit-cubit gemas bibir Aiko yang mirip ayahnya itu.
“Mawu na minung susuh ntuh.” Tunjuk ke dada Ibunya sambil tertawa kikik. “Boyeh ndak, Momi?” mohonnya dengan mata biru yang berkaca-kaca.
Qila menghembus nafas rendah, ada-ada saja permintaan bocah ciliknya tersebut. “Ayiko kan sudah besar,” ucap Qila menahan sebentar. “Ayyiko na belum besal, Ayyiko na macih keccil.”
“Okeh, okeh, jangan ngambek, Momi cuma bercanda.” Qila tertawa geli melihat bibir putranya maju dua centi seraya mengerutkan keningnya.
“Asiiik na boyeh, hihihi!”
“Hushh, jangan berisik, Dede lagi tidur. Kalau bangun, ntar rebutan.”
“Isokey, isokey (It's oke), Momi.” Aiko mengangguk paham dan menyambar pucuk dada Ibunya dengan bibir kecilnya. Akibat seruan tawa Aiko itu membuat seseorang di luar yang mau membuka pintu tidak jadi memutar knopnya. Terlihat orang itu mengepal tangan dan sangat kesal mendengar ada yang menemani Qila di kamarnya.
“Hmm, Evan? Kau dari mana?” tanya Keyra beranjak duduk sambil mengucek-ngucek matanya sebelah. Terbangun gara-gara Evan menarik selimutnya dan menyadari suaminya itu baru keluar dari kamar.
“Tadi habis turun minum di dapur.” Menjawab dengan kebohongan yang jelas. Karena di atas meja ada termos air yang penuh. Tapi Keyra yang melihat termos itu, cuma beranggapan kalau Evan mungkin minum air es.
“Hmm, kenapa?” Evan menoleh saat Keyra tiba-tiba memeluknya. Terlihat agak risih dipeluk oleh istrinya itu.
Keyra cuma mengulas senyum manis di bibirnya kemudian memejamkan mata. Tidur sambil memeluk Evan yang memutar bola mata malas dan kemudian melihat jam di layar hapenya sudah pukul 10 malam. Evan pun mengernyit heran karena jam segini harusnya Aidan pulang. Tentu sekarang Aidan masih di perjalanan, tetapi karena tadi dua ban mobil tiba-tiba meledak, membuatnya singgah ke tempat bengkel. Itu menghabiskan beberapa jam untuknya menunggu.
‘Huft, kenapa sih malam ini sial banget?! Udah dapat omongan jelek tentang istri, toko buku yang tertutup, ban mobil kena bocor dan sekarang nunggu di bengkel. Arghh, menyebalkan.’ Aidan menggerutu dalam hati.
Sedangkan istrinya, tampak Qila membuka mata dan melihat dua malaikat mungilnya tidur begitu nyenyak. Tiba-tiba terdengar suara dari perutnya. Qila pun turun dari tempat tidur. Memakai sweater tebal untuk menutupi piyamanya dan melihat jam sudah pukul 11 malam.
‘Dia kemana ya? Kenapa belum pulang?’ Memikirkan Aidan sambil jalan menuju ke dapur.
“Loh, Qila? Kenapa belum tidur?” Rayden yang baru pulang, tidak sengaja berpapasan dengan menantunya itu
“Itu, lagi lapar, mau makan di dapur, Pa,” ucap Qila menunjuk dapur.
“Oh, begitu.” Rayden pun lanjut berjalan ke arah kamarnya. Sangat lelah dan ingin cepat-cepat istirahat di samping istrinya.
“A—aa...” Qila mau menghentikan Rayden, sebab ingin menanyakan soal Aidan tetapi mertuanya terlalu cepat menaiki anak tangga.
“Yaudah lah, mungkin dia tidur di luar.” Qila mengabaikan firasatnya yang gelisah dan tidak sadar Evan diam-diam menuruni anak tangga dan menuju perlahan ke dapur seraya tersenyum aneh. Gerak-geriknya mulai lagi mencurigakan.
Lalu bagaimana dengan Aidan? Ya, dia sekarang numpang di mobil orang. Mau menelpon bawahan ayahnya, daya hapenya sudah habis. Nasibnya entah kenapa mulai tidak beruntung tahun ini.
...
^^^Like, Komen dan Favoritkan♥️^^^
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Wiwin Vivo
di tunggu lanjutannya kakak semangat
2023-04-09
1
Layla
lanjut
2023-04-09
1
Bunda SalVa
Si Evan bener2 ya....parasit tidak tahu malu...bisa2 nya menggunakan Keyra untuk mendekati Qila 😡semoga aja Aiden pulang tepat waktu sehingga bisa menolong Qila dari niat jahat Evan 🤗🤗
2023-04-09
1