Setelah mengucapkan ijab kabul, Kai langsung pergi menuju kantor tanpa memperdulikan Luna sama sekali.
"Maafkan Kai, walaupun Kai bersikap seperti itu tapi kami akan tetap menganggap mu sebagai menantu kami," seru Mama Arini dengan mengusap kepala Luna.
"Maafkan Luna, Nyonya. Karena Luna sudah membuat keluarga Nyonya dan Tuan jadi seperti ini," seru Luna dengan deraian airmata.
Mama Arini memeluk Luna. "Tidak Luna, kamu tidak salah jadi kamu tidak usah meminta maaf. Di sini yang salah itu Kai karena sudah membuat masa depan kamu hancur."
"Mulai sekarang, kamu panggil kami Mama dan Papa seperti halnya Kai," seru Papa Mahaprana.
Luna masih beruntung karena orangtua Kai masih bisa menerimanya dan menyayanginya.
Luna pun kembali ke dalam kamarnya, airmatanya tidak berhenti mengalir dan Luna mengusap perutnya yang masih datar itu.
"Kamu yang kuat ya sayang, walaupun Ayahmu tidak menginginkanmu tapi Mama sangat menantikan kehadiranmu," gumam Luna.
Kai sampai di kantornya, dia begitu sangat uring-uringan.
***
Malam pun tiba...
Luna terlihat mondar-mandir di dalam kamarnya dengan sesekali melihat ke arah jendela menunggu kedatangan Kai.
"Tuan Kai kenapa belum pulang ya, ini kan sudah jam 22.00 malam," gumam Luna.
Entah kenapa Luna tidak bisa tidur dan terus menunggu kepulangan Kai.
Tidak lama kemudian, terdengar suara mobil Kai. Luna dengan cepat keluar dari dalam kamarnya dan membukakan pintu untuk Kai.
"Selamat malam, Tuan. A-pa Tuan mau aku bu-atkan kopi?" seru Luna gagap.
Kai menatap Luna dengan tatapan tajamnya. "Kenapa kamu belum tidur? ini sudah malam?" tanya Kai dingin.
"A-ku se-dang menunggu Tuan," sahut Luna dengan menundukkan kepalanya.
Kai melangkahkan kakinya meninggalkan Luna. "Kamu tidak usah menunggu kepulangan ku, karena walaupun kamu bersikap baik kepadaku, aku tidak akan pernah bisa mencintaimu karena cintaku hanya untuk Medina seorang," seru Kai.
Tes...
Airmata Luna kembali menetes mendengar ucapan Kai, entah kenapa hatinya begitu sakit mungkin karena saat ini dia sedang hamil jadi dia sedikit sensitif.
Kai melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Luna menuju kamarnya. Dengan langkah gontai, Luna pun masuk ke dalam kamarnya.
Luna terduduk di ujung ranjang dan airmatanya tidak berhenti mengalir di pipi mulusnya. Luna memegang dadanya yang saat ini terasa sangat sesak.
"Ya Allah, kuatkanlah aku," gumam Luna.
***
Keesokan harinya....
Luna kembali muntah-muntah, membuat Bi Sum merasa sangat khawatir dengan keadaan putrinya itu.
"Luna, kalau kamu tidak enak badan, kamu istirahat saja biar pekerjaan rumah Ibu yang kerjakan sendirian," seru Bi Sum.
"Tidak Bu, Luna harus menyiapkan sarapan untuk Tuan Kai karena bagaimana pun Tuan Kai sudah menjadi suami Luna, dan Luna akan berdosa kalau tidak menyiapkan sarapan untuk suami Luna," sahut Luna lemah.
"Luna, Tuan Kai sama sekali tidak menganggapmu sebagai istri, jadi lebih baik kamu jangan terlalu berharap banyak kalau Tuan Kai akan menerima kamu dan bayi kamu," seru Bi Sum dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Luna menggenggam tangan Ibunya itu. "Luna tahu kalau Tuan Kai tidak akan bisa menerima Luna dan anak ini, tapi setidaknya Luna ingin menjadi istri yang baik untuk Tuan Kai."
Bi Sum mengelus pipi anaknya itu dengan penuh kasih sayang. "Ya sudah, terserah kamu saja tapi Ibu minta sama kamu, jangan terlalu mengharapkan cinta Tuan Kai karena Ibu sangat tahu bagaimana cintanya Tuan Kai kepada Nyonya Medina."
"Iya, Bu."
Bi Sum dan Luna pun segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan, sebenarnya Luna mual mencium bau bumbu dapur tapi Luna tahan.
Luna pun segera menyajikan semua sarapannya di meja makan dan di meja makan sudah ada Mama Arini, Papa Mahaprana, dan juga Kai.
"Luna, bagaimana keadaanmu Nak?" tanya Mama Arini.
"Seperti biasa Ma, setiap bangun pagi Luna akan merasa mual," sahut Luna dengan menundukkan kepalanya.
Seketika Kai menatap ke arah Luna merasa tidak suka kalau Luna memanggil Mamanya dengan sebutan Mama juga.
"Kenapa kamu memanggil Mama kepada Mamaku?" sentak Kai.
"Kai, Luna sekarang sudah menjadi menantu juga di sini dan Mama sendiri yang menyuruh Luna untuk memanggil Mama," sahut Mama Arini.
"Tapi Ma, bagaimana kalau Medina pulang? Kai tidak mau sampai Medina curiga, pokoknya kalau Medina sudah sembuh dan kembali pulang ke sini, aku tidak mau sampai kamu memanggil Mama kepada Mamaku," kesal Kai.
Luna semakin menundukkan kepalanya, lagi-lagi Luna harus menahan airmatanya.
"Ba-baik, Tuan."
Luna segera pergi dari sana, dan masuk ke dalam kamarnya.
"Kamu tidak boleh bersikap seperti itu Kai, bagaimana pun saat ini Luna sedang mengandung cucu Papa, cucu yang selama ini Papa harapkan. Jika kamu tidak mengharapkan anak itu, biarkan Papa yang mengurus Luna dan memberikan biaya kepada Luna, tapi Papa minta jangan sekali-kali kamu bersikap kasar kepada Luna!" sentak Papa Mahaprana.
Kai semakin emosi saat mendengar kedua orangtuanya membela Luna, tanpa bicara sepatah kata pun, Kai pun akhirnya pergi tanpa menyentuh sarapannya sama sekali.
"Kamu mau ke mana, Kai? sarapan dulu!" teriak Mama Arini.
Kai sama sekali tidak mendengarkan teriakan Mamanya itu dan langsung masuk ke dalam mobilnya menuju kantor.
Sesampainya di kantor, Kai langsung memanggil asisten pribadinya.
"Selamat pagi, Tuan. Apa ada yang bisa saya bantu?" seru Wili.
"Wil, tolong kamu pesankan tiket ke Amerika, malam ini aku harus berangkat ke sana."
"Baik Tuan, kalau begitu saya pamit dulu."
Wili pun keluar dari dalam ruangan Kai, sedangkan Kai mengusap wajahnya dengan kasar. Kai akan pergi ke Amerika untuk menemui istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
🌸so0bin🌸
luna terlalu lembut..yg sabar ya lun si kai pasti bakalan tau gimana sebenarnya cinta medina kepadanya
2023-09-27
1
siti rohimnah
jangan teteskan air mata harus kuat dan semangat,
2023-06-06
1
☠☀💦Adnda🌽💫
semoga pas di amrik nemu bukti, kelakuan istrimu y kai
2023-05-10
1