Aldrich menghampiri meja sekertaris seksinya. Disha tampak tak terganggu dengan kehadiran pria di depannya saat ini. Wanita itu justru fokus pada pekerjaannya yang begitu sangat penting di depan layar komputernya.
Setelah satu jam lebih akhirnya Disha mampu menyelesaikan, wanita itu lantas bangkit dan hendak ke luar.
"Kau mau ke mana baby? " tanya Aldrich penasaran.
"Tolong lepaskan tangan Anda Tuan Aldrich, mau ke mana itu bukan urusan Anda. " ujar Disha dengan ketus.
"Oh ya kalau begitu, bagaimana kalau aku beberkan kejadian kemarin pada karyawan kantor? " seringai licik terbit di bibir Aldrich saat ini. Disha menghela nafas panjan, melirik sinis kearah pria di depannya saat ini.
"Lakukan saja, lagipula hidupku telah hancur. " Disha menepis tangannya lalu berjalan ke luar dari ruangannya setelah mengambil tasnya, meninggalkan Aldrich yang mematung.
Disha menyerahkan surat pengunduran dirinya pada HRD, perempuan itu ke luar dari perusahaan. Aldrich mengepalkan tangan setelah mendapat informasi dari HRD mengenai surat pengunduran diri dari Disha.
"Kau sengaja menghindariku Disha. " gumam Aldrich yang memilih kembali ke ruangannya. Sedangkan Disha memilih pulang ke rumah kontrakannya setelah dia mengirim pesan pada Hazel lalu mematikan ponselnya. Wanita itu mengurung dirinya di dalam kamar, membersihkan dirinya di dalam kamar mandi.
Hari hari Disha lewati dengan berat hingga Dua bulan lamanya. Wanita itu terus bersembunyi di manapun agar Aldrich tak menemukannya. Seperti saat ini Hazel memeluk Disha yang tampak menangis setelah mendapati kenyataan dirinya tengah hamil dua bulan dan telah, dia kira hanya sakit perut namun ternyata hamil.
"Aku harus apa sekarang Zel? " gumam Disha dengan lirih.
"Kita temui tuan Aldrich Sha, dia harus tahu kehamilan kamu. " ujar Hazel namun Disha menggeleng tak setuju. Wanita hamil itu menjelaskan jika Aldrich seorang pria yang mudah bosan mengingat pertama kali apa yang di lakukan pria itu di ruangannya.
Hazel memutuskan mengajak sahabatnya itu tinggal di apartemennya, mereka segera beres beres dan membayar uang kontrakan lalu pergi dari sana mengunakan motor.
Tiba di apartemen keduanya masuk ke dalam, Hazel memberikan satu kartu aksesnya pada Disha. Perempuan itu ke luar ingin membelikan susu ibu hamil untuk sahabatnya. Tanpa mereka sadari ada yang memperhatikan mereka dari jauh.
Disha langsung bangun dan hendak membuka pintu, dia mengira sahabatnya telah kembali. Mata wanita itu tampak membulat sempurna melihat sosok yang dia benci sekaligus rindukan berdiri di depannya dengan penampilan berantakan.
"Pergi kamu. " Disha berniat mendorongnya namun Aldrich lebih dulu masuk begitu saja. Pria tampan itu memperhatikan penampilan wanitanya, fokusnya tertuju pada perut Disha. Wanita itu hendak menghindar namun Aldric menahannya.
Pria itu berlutut, menyentuh perut Disha yang sedikit menonjol lalu menciumnya dan menyapanya. Disha terhenyak, dia berharap Aldrich tak menyadari kehamilannya.
"Sampai kapan kamu bersembunyi terus dariku Disha, apalagi kau membawa sebagian diriku bersamamu. " ujar Aldrich dengan nada datarnya.
"Tidak. " elak Disha.
Aldrich langsung bangkit, selama dua bulan ini dia begitu tersiksa mengalami morning sickness dan dia juga telah pergi ke dokter. Disha kehilangan kata katanya, wanita hamil itu menatap kosong kearah Aldrich.
"Aku juga berhak atas calon anak kita Disha, biarkan dia tumbuh sehat dalam rahimmu aku mohon. " pintanya sambil memohon pada calon ibu di depannya.
Hazel termangu melihat drama di depannya, gadis itu menitikkan air matanya melihat pertemuan Disha dengan Aldrich. Tubuh Disha langsung lemas, Aldrich menahannya dan membopongnya ke sofa. Sementara Hazel memilih menunggu di luar dan membiarkan dua insan di dalam berbicara dengan leluasa.
Hiks
Disha merasa menyesal, terbesit dalam pikirannya dia ingin menyingkirkan janin dalam perutnya. Wanita hamil itu langsung mendekap tubuh Aldrich sambil mengumamkan kata maaf. Aldrich sendiri menangis sambil mengusap punggung bergetar wanitanya, calon ibu dari calon anak dalam perut Disha.
Setelah calon istrinya tenang, Aldrich menggendongnya ke luar dari apartemen di susul Hazel yang ikut bersama mereka dengan satu kantong berisi susu ibu hamil.
Tiba di Kediaman Darvis, Aldrich mengajak Disha menemui kedua orang tuanya. Pria itu membuat pengakuan di depan mommy dan daddy atas kesalahannya pada Disha.
Plak
Aldrich mendapat tamparan berkali kali dari sang mommy, wanita paruh baya itu tampak sangat kecewa akan perbuatan putranya. Nyonya Alia menghampiri Disha lalu meminta maaf padanya.
"Maafin Aldrich nak, maafin putra tante. Lalu bagaimana keadaan kehamilan kamu saat ini? " tanya wanita paruh baya itu padanya.
"Dia sangat sehat tante. " jawab Disha singkat. Nyonya Alia mengajak mereka ke ruang tamu, Disha menjelaskan jika dirinya hamil. Tampak kebahagiaan kini memenuhi ruangan di sana, pasangan paruh baya itu begitu senang mendengarnya.
Aldrich sendiri memeluk Disha, sambil mengusap perut calon istrinya. Wanita hamil itu ingin menghindar namun merasa canggung dengan orang tua Aldrich. Pria tampan itu membawa calon istrinya menuju ke kamar miliknya.
Dia kini telah bertelanjang dada sambil membantu Disha melepaskan dressnya. Kini perempuan hamil itu duduk di pangkuannya, dia membiarkan Aldrich terus menyentuh perutnya.
"Aku akui perbuatanku yang lalu begitu menjijikkan Sha, tapi aku mohon jangan tinggalkan aku lagi. Aku butuh kamu dan calon anak kita dalam perutmu!
"Kau mau 'kan menikah denganku? " tanya Aldrich dengan sungguh sungguh. Disha tentu terkejut mendengar lamaran dari Aldrich, diapun mengangguk setelah mempertimbangkannya dengan matang matang. Pria tampan itu mengeluarkan sebuah kalung lalu memasangnya ke leher jenjang milik Disha, lalu mencium leher wanitanya.
Umh
Melihat tatapan Aldrich yang tak biasa diapun paham, dia membelai rahang kokoh calon suaminya. "Tapi pelan pelan ya mas, dia masih kecil dan kamu enggak boleh cepat seperti biasanya. " pinta Disha.
Aldrich langsung sumringah, menggendongnya lalu membawanya ke atas ranjang. Pria tampan itu melepaskan penghalang terakhir mereka hingga sama sama polos. Dia langsung menciumi Disha dengan lembut, menyentuh lekuk tubuh wanitanya tanpa terlewat.
Hingga pada intinya Aldrich melakukan penyatuan dengan lembut dan pelan, teringat akan benihnya yang telah tumbuh di rahim Disha.
Satu jam berlalu kegiatan panas itu baru terhenti, Aldrich menggulingkan tubuhnya ke samping. Disha segera menarik selimut menutupi tubuh mereka. Perempuan hamil itu bersandar di dada bidang Aldrich. Dia menoleh, Aldrich justru ******* bibirnya dengan lembut lalu melepaskannya.
"Selama ini kamu tinggal di mana
sayang? " tanya Aldrich
"Aku berada di rumah kontrakan, selama ini aku tak pernah ke luar karena aku tak ingin bertemu dengan kamu. " jelas Disha.
"Sebenarnya kau anggap aku ini apa, kau belum menikahiku tapi sudah kembali menikmati tubuhku? " ujar Disha dengan tatapan datarnya. Aldrich terdiam, dia merasa bersalah menempatkan Disha dalam posisi salah.
Wanita hamil itu lantas bangun, bangkit dan memunguti pakaiannya kemudian melesat ke kamar mandi. Aldrich sendiri telah memakai pakaiannya, mengusap wajahnya kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Juan Sastra
disha bilang pelan pelan ya mas,,ketika klimaks malah bilang kau anggap diriku ,, kau nikmati sebelum pernikahan...hueekk munak tau ggak disha kau
2023-07-06
0
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
udah terlanjur keenakan ya udah diulang lagi dah...
2023-05-11
1
puputgendis
Al bner2 kacau 🤣🤣
2023-04-12
1