Di gubuk reot itu, Naira dan kedua anaknya duduk. Mereka begitu lelah karena berjalan jauh untuk pergi dari desa mereka. Jarak dari desa ke kota sangat jauh, sementara mereka tidak mempunyai uang yang banyak untuk pergi ke kota.
"Ibu, aku lapar," ujar Rayan dengan wajah lesu.
"Iya nak, ibu juga lapar tapi ditempat ini kita tidak bisa menemukan makanan. Nanti ya, kalau kita telah keluar dari tempat ini kita cari makanan," jelas Naira pada Ryan.
Dave sangat sedih melihat kondisi ibu dan adiknya saat ini. Mengapa sekarang semua orang membencinya? Padahal ayahnya tidak pernah berbuat seperti yang telah mereka tuduhkan itu. Dave kesal dan sakit hati mengingat apa yang telah diperbuat oleh Edgard dan anak buahnya pada keluarganya.
Dave ingin sekali membalas setiap luka yang telah diberikan Edgar pada keluarganya.
Saat hujan reda, Naira mengajak anak-anaknya berjalan kembali. Haripun mulai gelap, mereka telah tiba di pasar. Ditempat itu banyak sekali makanan, tapi mereka tidak mempunyai uang sepeserpun untuk membeli makanan.
Naira mengajak kedua putranya duduk ditepi sebuah tempat duduk kosong untuk melepas penat.
Dave memperhatikan ibu dan adiknya yang sedang beristirahat. Dia berinisiatif untuk pergi sebentar ke pasar itu, yang ada dipikirannya saat ini adalah bagaimana supaya dia bisa mendapatkan makanan untuk ibu dan adiknya. Apapun caranya akan dia lakukan.
Dengan modal nekat, dia pergi meninggalkan kedua orang itu.
"Dave kau mau kemana?" Naira terkejut saat melihat Dave pergi menjauh darinya.
Anak itu tidak berkata apa-apa, dia hanya menatap ibunya kemudian berlari ke tengah pasar. Ditempat itu dia melihat banyak para penjual makanan, salah satunya penjual sate yang tengah memanggang daging sate, aroma dari bakaran sate itu membuat perutnya semakin lapar. Dia sangat ingin sekali makan saat ini, dia mendekat ke arah penjual itu tapi karena pakaiannya yang lusih penjual sate itu malah mengusirnya.
Anak lelaki itu hanya menundukkan kepala, dia sangat sedih atas penolakan itu.
"Nak, apa kau ingin makan?"
Seorang lelaki berumur tiga puluh tahun menghampirinya.
Dave hanya menatapnya dengan mata sayu.
"Apa kau lapar? ayo aku akan membelikan sate itu untukmu," ajak lelaki itu padanya.
Dave menggelengkan kepalanya.
"Kenapa? Bbukankah tadi kau ingin makan?"
"Aku hanya ingin memberikan makanan untuk ibu dan adikku," jelasnya menatap lelaki itu.
"Baiklah, kalau begitu akan kubelikan. Bilang saja kau mau makan apa?"
Dave menunjuk ke arah sate dari pedagang sate yang menolaknya tadi.
"Kau mau sate?"
Dave menganggukkan kepalanya.
"Ayo aku belikan," lelaki itu mengajaknya untuk pergi ke tempat penjual sate.
Dia memesankan sate untuk Dave dan ibu juga adiknya Dave, "Nah, ini makanan untukmu dan ibumu. Sekarang katakan dimana keluargamu?"
Dave menunjukkan arah dimana ibu dan adiknya berada, kemudian pria itu mengantarkan Dave pada ibunya.
"Kalian tinggal dimana?" lelaki itu merasa bingung melihat ditempat itu tidak rumah.
"Kami tinggal di sini kakak," ujar anak itu sambil menunjukkan gubuk reot yang tidak layak huni.
"Dave kau sudah pulang, dari mana saja kau? Ibu menunggumu dari tadi," Naira keluar dari gubuk itu dan matanya tertuju pada pria muda yang bersama Dave.
"Ibu, tadi aku pergi mencari makanan tapi karena aku tidak punya uang penjual makanannya malah mengusirku, tapi untung saja kakak ini menolongku," jelas Dave sambil memberikan bungkusan makanan pada Naira.
Naira hanya menatap bingung pada lelaki yang terlihat lebih muda beberapa tahun darinya.
"Pekenalkan nama saya Dragon," Lelaki itu mengulurkan tangannya.
Naira hanya tersenyum menganggukkan kepalanya. Dia sedikit takut dengan pemuda itu, dia tidak mengenal orang itu ditambah lagi penampilannya yang sedikit urakan ditambah dengan tato yang terukir di dada lelaki itu yang dapat dilihat karena kemejanya terbuka dibagian dadanya.
Lelaki itu cukup paham dengan tatapan Naira.
"Maaf, anda tidak perlu takut padaku. Aku bukanlah orang jahat. Tadi aku tidak sengaja melihat anak ini berada di pasar sepertinya dia kebingungan karena tidak punya uang untuk membeli makanan. Makanya aku membantunya," tukas lelaki itu padanya.
"Terimakasih tuan, anda telah begitu baik kepada kami," Naira membungkukkan tubuhnya mengucapkan terimakasih.
"Oh ya, apa ini rumah kalian?" tanya lelaki itu sambil menatap kondisi gubuk yang tidak layak huni itu.
"Untuk sementara kami hanya bisa tinggal ditempat ini," jawab Naira singkat.
"Hm, kalau anda tidak keberatan tinggallah dirumahku," ajak lelaki itu.
Naira terlihat bingung dan sedikit takut. Bagaimana mungkin dia tinggal dirumah lelaki itu sementara dia tidak mengenal lelaki itu.
"Maaf kalau tawaranku membuatmu kurang nyaman. Aku hanya berniat membantu, kau tinggal disini sementara kau punya dua anak kecil bersamamu. Aku rasa ini tidak baik untuk kesehatan kalian. Anda tidak perlu khawatir dirumahku ada seorang bibi yang merawatku. Aku rasa kalau kau pergi bersamaku kau akan aman,"
Naira memperhatikan kedua anaknya. Benar juga yang dikatakan lelaki itu jika dia pergi bersamanya saat ini setidaknya dia mendapatkan perlindungan ataupun tempat tinggal sementara.
"Baiklah aku akan pergi bersamamu tuan," meski dengan sedikit ragu, Naira mengikuti perkataan lelaki itu.
"Baiklah kalau begitu kau dan anak-anakmu makanlah dulu, karena setelah ini kita akan melakukan perjalanan panjang. Rumahku ada di kota dan kita butuh waktu satu jam perjalanan untuk menuju ke sana," imbuh lelaki itu.
Naira mengikuti ucapan lelaki itu. Mereka menyantap makanan yang telah dibelikan olehnya kemudian pergi bersamanya.
Mereka memakan makanan itu dengan sangat lahap, bagaimana tidak? seharian mereka menempuh perjalanan panjang, menghadang terik sinar matahari dan menempuh hujan badai hanya dengan menggunakan tenaga mereka yang tersisa. Lelah, haus dan lapar sudah pasti mereka rasakan saat itu, bahkan Rayan sempat terkena demam karena kondisi tubuhnya yang lemah.
Dragon, cukup prihatin melihat kondisi ibu dan kedua anaknya itu. Membuat sisi kemanusiaannya terenyuh karena keadaan memprihatinkan mereka. Setelah menunggu cukup lama Dragon mengajak mereka pergi bersamanya.
***
Dua orang lelaki sedang terbahak-bahak, mereka sedang menikmati minuman yang tengah tersaji dimeja. Keduanya mengambil gelas dan saling menyatukan gelas mereka, terdengar dentingan gelas kemudian mereka menikmati wine yang ada digelas. Dua orang itu kini tengah merayakan kemenangan atas usaha mereka.
"Kerja bagus kepala desa, ternyata tidak sia-sia aku menjebak si guru yang malang itu."
"Tentu saja tuan, dia memang pantas mendapatkan semua itu. Sekarang sudah tidak ada yang akan menghalangi usaha anda. Tanah itu telah menjadi milik anda tanpa harus mengeluarkan uang satu senpun untuk keluarga guru itu."
Edgard menganggukkan kepalanya sambil memperlihatkan senyum menyeringainya.
Edgard telah mempersiapkan sebuah amplop coklat untuk si kepala desa itu, dengan petikan jarinya dia memerintahkan anak buahnya. Lelaki itu memahami akan arti petikan jari itu, diapun segera mengambil sebuah amplop coklat yang berada dilaci meja kerja Edgard kemudian memberikan amplop itu pada Edgard.
"Ini ada sedikit hadiah untukmu kepala desa," ucap pria plontos itu sambil menaruh amplop itu ke atas meja.
"Hm, anda tidak perlu repot-repot tuan besar," ujar kepala desa itu sok berbasa-basi.
"Ambillah, anggap saja itu sebagai ucapan terimakasihku padamu," tukas pria itu padanya.
Kepala desa itu langsung mengambil amplop tersebut dan tanpa rasa malu sedikitpun dia langsung membuka amplop itu dan ada sebuah kertas cek didalamnya. Jumlahnya sangat fantastis. Matanya berbinar penuh kegembiraan melihat nominal cek itu sejumlah dua milyar.
"Bagaimana kepala desa? Apa jumlah itu sudah cukup bagimu?" tanya pria itu sambil menghisap cerutunya.
"Ini lebih dari cukup tuan, jumlah sebanyak ini sangatlah banyak bagiku," ucap lelaki itu sambil mengambil cek itu dan menyimpannya ke dalam saku bajunya.
"Baiklah kalau begitu. Jika kau merasa kurang tinggal katakan saja padaku."
Kepala desa itu hanya menganggukkan kepala merasa senang. Dia tidak pernah membayangkan Edgard akan memberikannya uang sebanyak itu karena telah membantu melancarkan rencana jahatnya.
"Baiklah tuan besar. Saya masih ada keperluan lainnya. Saya permisi untuk kembali mengurus urusan saya dan terimakasih atas jamuan dan juga hadiah yang telah anda berikan," ujar lelaki itu kemudian dia undur diri dari kediaman Edgard sambil membungkukkan tubuhnya memberi hormat pada Edgar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments