"Sayang, dia siapa?"
Ellard dan Lilith kompak menghentikan langkah kaki mereka, saat bertemu pandang dengan seorang wanita cantik bagaikan seorang Dewi Yunani. Suaranya terdengar lembut, namun juga tegas.
"Sialan! Kok dia bisa ada di sini, sih? Untung aja aku dan Lilith nggak bergandengan tangan," umpat Ellard yang tertangkap basah.
"Sayang? Ah, dia pasti istri dari Ellard," gerutu Lilith dalam hati.
Wanita itu hadapannya itu tampak seperti perwujudan seorang putri dari benua Eropa yang sempurna. Wajahnya memiliki kecantikan klasik nan alami, dengan mata biru sejernih lautan tropis. Rambut pirang selembut sutra, hidung mancung serta bibir tipis yang merona. Tubuhnnya ramping dan berkulit cerah dan halus.
"Hah, pasti skin care dia puluhan juta sebulan. Aku juga akan menuntut hal yang sama pada Ellard nanti," cibir Lilith penuh iri dengki.
"Selamat sore. Anda pasti istri dari Pak Ellard, kan? Salam kenal, saya pemilik toko roti dan cake di sini."
Lilith menyapa Anella dengan senyuman manis, sambil menunjuk ke sebuah toko bergaya klasik yang halamannya dipenuhi bunga-bunga. Semua iri dengkinya dia simpan di dalam hati. Ellard pun semakin tegang mendengarnya.
"Oh, selamat sore. Kamu mengenalku dari mana?" balas Anella dengan ramah.
"Pak Ellard baru aja cerita tentang istrinya yang cantik jelita," balas Lilith.
"Oh, ya? Terima kasih." Anella mengerlingkan matanya ke arah sang suami.
"Dia memesan kue anniv ... Astaga! Maaf, Pak Ellard. Aku malah membocorkannya," seru Lilith pura-pura keceplosan.
"Huh, ya udahlah. Karena udah terlanjur ketahuan, aku langsung cerita aja. Aku ke sini untuk memesan kue anniversary kita. Kamu jangan salah paham, sayang," kata Ellard dengan napas tertahan.
"Hm, aku nggak salah paham, kok. Emang sifatmu dari dulu begitu, kan? Nggak terbuka sama aku," kata Anella setengah menyindir.
"Hahaha, bukan nggak terbuka, sayang. Tapi ini untuk kejutan, walau pun akhirnya gagal," kata Ellard tertawa hambar. "Kamu sendiri dari mana? Kok tiba-tiba ada di sini? Bukannya aku memintamu istirahat di rumah?" sambung Ellard.
"Oh, tadi aku menemani mama ke rumah sakit. Lalu setelah mengantar mama, pergi mencari kue di sekitar sini. Kata temanku, kue di sini enak-enak. Tapi rupanya kamu udah selangkah lebih maju," balas Anella sambil tersenyum memandang Lilith.
"Beneran? Terima kasih pujiannya," balas Lilith.
"Oh, iya. Mama membawaka makanan kesukaanmu. Katanya untuk menantu kesayangannya." Anella bergelayut manja di lengan sang suami, tanpa peduli sang suami terlihat kaku.
"Ah, ayo masuk. Akan aku ambilkan kuenya," ujar Lilith buru-bur masuk ke dalam toko. Hatinya terbakar melihat kemesraan pasangan suami istri itu.
"Cih! Kapan sih dia menceraikan Anella dan menikahiku? Aku udah nggak sabar lihat dia menangis tersiksa saat aku menggandeng tangan suaminya di upacara pernikahan," gerutu Lilith dalam hati.
Anella pun memasuki toko yang harum itu. Dia lalu melihat-lihat seluruh area toko. Ada banyak ragam cake, roti dan pastry di sana. Semua terlihat menggoda.
"Ah, itu kan?"
Kedua mata Ella sontak terbuka lebar, saat melihat sebuah dasi berwarna biru dengan corak klasik terselip di rak belakang kasir.
"Ah, aku nggak salah lihat. Itu dasi milik Ellard. Aku menyulam inisial nama kami di ujung dasinya," kata Anella sambil mengatur emosinya, agar gak dicurigai. Diam-diam dia juga memotret dasi itu sebagai barang bukti.
"Dasar buaya! Udah tertangkap basah seperti itu, masih pintar cari alasan. Untung saja aku mencari alamat apartemennya di sini," kata gumam Anella dalam hati. "Aku juga nggak menyangka akan bertemu dengannya secara langsung di sini."
"Sayang, ayo pulang. Di mana mobilmu?" tanya Ellard.
"Ada di depan apartemen."
"A-apartemen? Kok parkir di situ?" kata Ellard tergagap.
"Aku mencari tempat parkir yang lapang, hehehe," jawab Anella. "Tapi aku mau pulangnya sama kamu aja. Nanti mobilnya biar dijemput supir," kata Anella dengan manja.
...***...
"Astaga! Aku lupa!" seru Anella, ketika mobil yang mereka kendarai sudah sampai di jalan tol.
"Ada apa, Anella?" Ellard tak bisa mengerem mendadak, karena di belakang mereka juga ada kendaraan yang melaju kencang.
"Aku tadi melihat dasimu di toko," ucap Anella dengan santai. "Kenapa dasimu bisa ada di sana? tanya Anella sambil memasang wajah lugu.
"A-ah, mungkin kamu salah lihat," jawab Ellard dengan gugup.
"Kenapa kamu gugup begitu sih? Apa kamu bersamanya saat membuat kue ini? Aku nggak mungkin salah lihat. Ada sulaman tanganku inisial nama kita di dasi itu," balas Anella.
Tes! Bulir keringat jatuh dari wajah ke lengan Ellard yang sedang menyetir.
"Hahaha, ketahuan, deh. Sebenarnya aku meminta tolong pada wanita itu untuk mengatakan, kalau aku membeli kue di tokonya. Aku malu mengakui kalau kue ini buatanku, karena hasilnya jelek," kilah Ellard memberikan alasan.
"Pembohong!" batin Anella dengan wajah tetap datar dan santai.
"Jadi beberapa hari ini kamu terlambat pulang, karena membuat kue itu?" tanya Anella tanpa wajah curiga sedikit pun.
"Uh, iya. Aku ingin membuat sendiri kue untuk ulang tahun pernikahan kita," jawab Ellard dengan suara tercekat di tenggorokan. "Semoga aja rasanya enak, walau bentuknya tidak menarik."
"Kamu bercanda, ya?" Anella memasang wajah tegas.
"Hah?" dada Ella berdegup kuat. "Apa jangan-jangan dia udah tahu? Gimana dengan harta yang balik nama itu?" batinnya gusar.
"Kamu bercanda, ya? Rasa itu udah nggak penting lagi bagiku. inisiatif membuatkan kue itu saja sudah membuatku terharu banget. Nggak nyangka rupanya kamu So sweet banget ya."
"Hahaha, te-tentu aja. Ini kan anniversary kita yang ke empat," ucap Ellard sambil menyeka keringatnya. Padahal suhu AC dalam mobil mereka cukup dingin.
"Astaga! Dia mengagetkanku saja." Ellard mengusap dadanya yang terasa sesak.
"Loh, ini kan kartu akses apartemen tadi? Kok bisa ada di sini?" Anella pura-pura baru melihat kartu itu di dasbor mobil suaminya.
"Ah, i-ini bukan punyaku. I-ini ..."
"Apa kamu ada meeting di sana tadi? Kok nggak bilang-bilang, sih? Ku dengar menu makan siang di restoran apartemen itu enak, lho," rajuk Anella.
"Nggak kok, sayang. Aku nggak ada meeting di sana. Dan ini bukan punyaku. Tadi aku pergi ke toko bersama temanku Nick yang tinggal di apartemen itu. Nanti aku akan kembalikan padanya," ucap Ellard gugup.
"Yah ... Kirain ..." gumam Anella kecewa.
"Huh! Ku pikir dia bakal mengiyakan waktu ku bilang ada meeting di sana. Rupanya dia cari alasan lain. Semoga tidak ada seorang pun yang sadar, kalau aku meletakkan penyadap suara di toko itu," batin Anella sambil tersenyum sinis.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Anonymous
Sebaiknya bahasa yang dipakai baku semua thor, biar lebih enak aja bacanya
2023-05-10
2
Avril Qalesya Pratiwi
pinter deh kamu anella
2023-04-04
3