Dua

"Maryam!!" panggil seorang bocah kecil yang keluar dari ruko di belakang kedai ayam goreng itu.

"Sulaiman," sahut Maryam. Zia menoleh ke arah anak lelaki itu yang keluar bersama ayahnya. Zia terpesona dengan lelaki gagah dan tinggi itu, berjenggot, memakai kurta, dan sirwal di atas mata kaki, idaman dia banget.

'Eh... astaghfirullah Ziaaa.... itu suami orang...," batinnya kemudian menunduk.

Sang ayah kemudian masuk ke kedai, membantu istrinya menggoreng ayam. Dan sang istri keluar menyapa Zia, ibu dari teman putranya.

"Ini teman Sulaiman? Namanya siapa?" tanya Ummu Sulaiman pada Maryam.

"Maryam," sahutnya.

"Ma syaa Allah nama yang cantik, boleh kok main sama Sulaiman dulu sambil nunggu ayamnya digoreng," ucap sang ibu.

Maryam mengangguk, kemudian mengikuti Sulaiman bermain di teras ruko, di belakang mobil.

Sedangkan Zia duduk di bangku dekat kedai menunggu pesanannya siap. Dan ibunya Sulaiman menemaninya dengan duduk di sebelahnya. Kedai itu memang tidak menyediakan tempat makan, hanya khusus melayani pesanan yang dibawa pulang, jadi tidak ada meja kursi untuk makan.

"Anty namanya siapa?" tanya ibunya Sulaiman.

"Ana Zia, Risqo Fauziah, kalau anty siapa?" tanya Zia kembali.

"Alfina, panggil aja Al, anty usia berapa? Sepertinya lebih muda dari saya,"

"Saya dua tujuh," sahut Zia.

"Tuh kan bener, saya tiga puluh, anty tinggal dimana? Deket ya pake sepeda?"

"Di perumahan sebelah, Mba tinggal di sini juga?" tanya Zia balik.

"Oh, nggak, kami juga sewa di ruko ini, rumah kami di daerah pinggiran kota, aga jauh, jadi tiap hari antar jemput anak sekolah, kan lumayan ya, jadi kami sewa ruko buat istirahat, dan dari pada saya diam aja pagi sampai sore, jadi sengaja jualan ayam goreng buat ngisi waktu, suami kan juga ada bisnis properti, itu pengembang perumahan, jam kerja juga bebas, karena kantornya sendiri, makanya sering di sini juga temenin saya, kalau anty ada kesibukan apa? Suami kerja juga?" tanya Al.

"Saya menjahit di rumah, kalau suami sudah meninggal setahun lalu," jawab Zia.

"Ah maaf, ana ga tau.." ucap Al.

"Ga papa Mba, eh boleh ya saya panggil Mba," ucap Zia.

"Iya ga papa, malah lebih enak aja, eh iya Dek, eh jadi panggil dek,"

"Ga papa Mba, saya senang malahan, berasa punya saudara, saya anak tunggal," ujar Zia.

"Ah iya, sebentar ya, sepertinya sudah selesai pesanannya," ucap Alfina kemudian menuju dalam kedai.

Alfina mengambil beberapa potong ayam goreng dan memasukkannya dalam box.

"Mas, es nya tambahin satu cup lagi buat umminya," kata Alfina pada suaminya.

"Nambah pesanannya?" tanya sang suami sambil mengerjakan apa yang diminta sang istri.

"Aku pengen kasih aja, ternyata Maryam teman Sulaiman itu anak yatim," sahut Alfina.

"Ehm, tapi hati-hati memberikannya, jangan sampai menyinggung," pesan sang suami seraya memberikan pesanan

"Iya Mas," Alfina kemudian membawa pesanan Zia ditambah satu kotak ayam goreng dan ekstra satu cup es teh kepada Zia.

"Ini pesanannya Dek Zia," ucap Alfina. Zia terkejut dengan apa yang ada di tangan Alfina, terlihat banyak sekali isi dari plastik bening itu.

"Mba, aku cuma pesan satu paket aja," kata Zia.

"Iya, sengaja aku lebihin biar kalian bisa makan berdua," ucap Alfina.

"Tapi Mba,"

"Udah kamu ambil, ini rezeki dari Allah," tukas Alfina.

"Oh Alhamdulillah, jazaakillaahu khayran Mba," ucap Zia.

"Wa jazaakillaahu khayran Dek Zia," jawab Alfina.

"Ini uangnya yang tadi aku pesan, sepuluh ribu ya," ucap Zia sambil menyerahkan sepuluh ribuan terakhir dari dompet kecilnya.

Alfina hendak menolak uang Zia, namun ragu karena takut Zia merasa tidak enak hati. Kemudian ia menerimanya. Dan ia punya cara lain untuk memberi sesuatu pada Zia.

"Iya, sepuluh ribu," sahut Alfina.

Setelah melakukan pembayaran dan bertukar nomor ponsel dengan Alfina, Zia pun pamit pulang bersama Maryam.

.

.

Sore harinya setelah putri kedua mereka Aisyah pulang sekolah, Alfina dan suaminya juga anak-anak pulang ke rumah mereka, sebelumnya Alfina minta mampir dulu ke rumah kontrakan Zia dan Maryam.

"Mau ngapain sih?" tanya sang suami ketika mendengar Alfina minta mampir rumah Zia.

"Ini mau jahitin gamis buat kamu Mas, udah lama beli kain, belum sempat jahitin, kan umminya Maryam tukang jahit, pumpung ingat, dan sekalian membantu mereka," sahut Alfina.

"Ah iya,"

Setibanya di rumah Zia, Alfina turun sendiri, karena Aisyah dan Sulaiman, serta si bungsu Fatimah, mulai mengantuk dan memilih untuk istirahat di mobil ditemani ayah mereka.

"Tok...tok...tok ..." Alfina mengetuk pintu rumah Zia.

"Assalamualaikum Dek Zia," ucapnya kemudian menunggu dibukakan pintu.

"Waalaikumussalam," sahut Zia dari dalam.

"Kreek.." suara decitan pintu dibuka, Zia membuka sedikit pintunya agar Alfina bisa masuk.

"Masuk Mba," ucap Zia.

Alfina masuk dan terperangah melihat Zia yang tidak memakai cadar. 'Ma syaa Allah cantik juga dek Zia ini,' batin Alfina.

"Saya tutup lagi ya Mba," ucap Zia kemudian menutup pintu.

"Duduk Mba, tapi maaf ga ada kursi, lesehan aja di karpet ya," ucap Zia mempersilahkan Alfina duduk.

"Ga papa aku cuma sebentar kok," ucap Alfina sambil membuka cadarnya juga, ia juga ingin Zia melihat wajahnya.

"Oh Mba, ma syaa Allah cantiknya," puji Zia.

"Kamu juga cantik, ma syaa Allah," balas Alfina.

"Ada apa nih Mba? Ada yang bisa dibantu?" tanya Zia.

"Ini tadi pumpung ingat, aku punya kain udah lama, minta tolong jahitin ya, yang ini buat gamis mas Rayhan," tutur Alfina.

"Mas Rayhan?" tanya Zia karena tidak tahu Rayhan itu siapa.

"Ah maaf kamu belum tahu, mas Rayhan itu abinya Sulaiman," sahut Alfina.

"Ah iya...,"

"Ini contoh gamisnya, dan ini ada kain juga buat gamisku, tapi ukurannya pakai ukuran kamu aja Dek, sepertinya ukuran kita sama, lalu minta tolong belikan kain untuk Khimar dan cadarnya sekalian, terserah kamu aja model dan kainnya,"

"Iya Mba," sahut Zia, namun ada kekhawatiran di hatinya, sekarang dia belum memiliki uang untuk membeli kain, namun sungkan meminta bayaran terlebih dahulu.

"Dan ini ongkos jahit, beli kain dan buat naik taksi ke toko kain," ucap Alfina menyerahkan beberapa lembar uang merah.

Zia menerimanya, dan lagi-lagi terkejut dengan apa yang diberikan Alfina. Ada tujuh lembar uang berwarna merah itu.

"Mba ini banyak sekali, kelebihan banyak," ucap Zia merasa sungkan.

"Iya ga papa, kalau ada lebihnya buat Maryam, tolong diterima, ini rezeki dari Allah," lagi-lagi Alfina mencoba meyakinkan Zia.

"Baiklah Mba, jazaakillaahu khayran," tidak ada yang bisa Zia ucapkan lagi, kecuali berharap biar Allah yang membalasnya dengan kebaikan.

Terpopuler

Comments

🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪

🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪

emang tdk mudah kehidupan yg zia jalani... tp dia punya keyakinan yg kuat pd Robb nya ...

2023-05-01

1

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 Empat
5 Lima
6 Enam
7 Tujuh
8 Delapan
9 Sembilan
10 Sepuluh
11 Sebelas
12 Dua Belas
13 Tiga Belas
14 Empat Belas
15 Lima Belas
16 Enam Belas
17 Tujuh Belas
18 Delapan Belas
19 Sembilan Belas
20 Dua Puluh
21 Dua Puluh Satu
22 Dua Puluh Dua
23 Dua Puluh Tiga
24 Dua Puluh Empat
25 Dua Puluh Lima
26 Dua Puluh Enam
27 Dua Puluh Tujuh
28 Dua Puluh Delapan
29 Dua Puluh Sembilan
30 Tiga Puluh
31 Tiga Puluh Satu
32 Tiga Puluh Dua
33 Tiga Puluh Tiga
34 Tiga Puluh Empat
35 Tiga Puluh Lima
36 Tiga Puluh Enam
37 Tiga Puluh Tujuh
38 Tiga Puluh Delapan
39 Tiga Puluh Sembilan
40 Empat Puluh
41 Empat Puluh Satu
42 Empat Puluh Dua
43 Empat Puluh Tiga
44 Empat Puluh Empat
45 Empat Puluh Lima
46 Empat Puluh Enam
47 Empat Puluh Tujuh
48 Empat Puluh Delapan
49 Empat Puluh Sembilan
50 Lima Puluh
51 Lima Puluh Satu
52 Lima Puluh Dua
53 Lima Puluh Tiga
54 Lima Puluh Empat
55 Lima Puluh Lima
56 Lima Puluh Enam
57 Lima Puluh Tujuh
58 Lima Puluh Delapan
59 Lima Puluh Sembilan
60 Enam Puluh
61 Enam Puluh Satu
62 Enam Puluh Dua
63 Enam Puluh Tiga
64 Enam Puluh Empat
65 Enam Puluh Lima
66 Enam Puluh Enam
67 Enam Puluh Tujuh
68 Enam Puluh Delapan
69 Enam Puluh Sembilan
70 Tujuh Puluh
71 Tujuh Puluh Satu
72 Tujuh Puluh Dua
73 Tujuh Puluh Tiga
74 Tujuh Puluh Empat
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
Empat
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
10
Sepuluh
11
Sebelas
12
Dua Belas
13
Tiga Belas
14
Empat Belas
15
Lima Belas
16
Enam Belas
17
Tujuh Belas
18
Delapan Belas
19
Sembilan Belas
20
Dua Puluh
21
Dua Puluh Satu
22
Dua Puluh Dua
23
Dua Puluh Tiga
24
Dua Puluh Empat
25
Dua Puluh Lima
26
Dua Puluh Enam
27
Dua Puluh Tujuh
28
Dua Puluh Delapan
29
Dua Puluh Sembilan
30
Tiga Puluh
31
Tiga Puluh Satu
32
Tiga Puluh Dua
33
Tiga Puluh Tiga
34
Tiga Puluh Empat
35
Tiga Puluh Lima
36
Tiga Puluh Enam
37
Tiga Puluh Tujuh
38
Tiga Puluh Delapan
39
Tiga Puluh Sembilan
40
Empat Puluh
41
Empat Puluh Satu
42
Empat Puluh Dua
43
Empat Puluh Tiga
44
Empat Puluh Empat
45
Empat Puluh Lima
46
Empat Puluh Enam
47
Empat Puluh Tujuh
48
Empat Puluh Delapan
49
Empat Puluh Sembilan
50
Lima Puluh
51
Lima Puluh Satu
52
Lima Puluh Dua
53
Lima Puluh Tiga
54
Lima Puluh Empat
55
Lima Puluh Lima
56
Lima Puluh Enam
57
Lima Puluh Tujuh
58
Lima Puluh Delapan
59
Lima Puluh Sembilan
60
Enam Puluh
61
Enam Puluh Satu
62
Enam Puluh Dua
63
Enam Puluh Tiga
64
Enam Puluh Empat
65
Enam Puluh Lima
66
Enam Puluh Enam
67
Enam Puluh Tujuh
68
Enam Puluh Delapan
69
Enam Puluh Sembilan
70
Tujuh Puluh
71
Tujuh Puluh Satu
72
Tujuh Puluh Dua
73
Tujuh Puluh Tiga
74
Tujuh Puluh Empat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!