...Jika mereka menghina mu, tersenyum lah. Kalau kamu menangis itu sama saja dengan apa yang mereka katakan itu adalah kebenaran tentang mu. ...
Bel masuk kembali bergema di seluruh seisi sekolah, " Gue pamit dulu yah, lain kali kita ke gramedia oke," Ujar Dinda pada Andi, Dinda pamit untuk masuk ke kelasnya.
Dinda dan Rina pun pergi ke kelasnya, setelah selalu bersama dengan Juna, ia malah mendapatkan beberapa tatapan tak suka dari murid lain, tak jarang juga mereka berkata kasar pada Dinda, namun itu tidak pernah membuat dia sakit hati, ia hanya akan menganggap semua itu sebagai angin lalu.
Hingga sampai lah mereka di kelas, Dinda duduk dengan santainya menunggu guru masuk ke kelas, walaupun di kelas juga ia mendapatkan beberapa ucapan yang kasar tentang dirinya.
Sementara itu di tempat lain Andi sedang kegirangan, " Seru juga tu anak kalau di ajak ngobrol, orangnya asik " Ucap Andi sambil terus memandang wajah gadis itu yang semakin menjauh.
"Emangnya senyaman apa lu ngobrol sama dia? " Tanya Varo yang penasaran dengan apa yang Andi rasakan.
"Lu gak bakalan tau dah, pokoknya gue lagi seneng kali ini, setelah sekian lama ada juga cewek yang nyambung ngomongnya sama gue," Balas Andi yang malas menjelaskan perasaan yang ia rasakan saat ini.
"Lu mau belajar gak? " Tanya Varo sambil menatap Juna yang sedari tadi hanya diam tanpa berbicara sedikit pun.
Juna menatap datar ke arah kedua sahabat nya, "Males, " Balas Juna, Juna menaikan kakinya ke atas meja lalu menyenderkan kepalanya di senderan kursi, ia hari ini benar-benar sangat mengantuk.
"Ya udah lah gue juga males belajar, " Rupanya Andi dan Varo juga menyetujui apa yang Juna inginkan, ia malas masuk ke kelas.
Mereka saat ini asik dengan aktivitas nya masing-masing, Juna yang tidur sementara Varo dan Andi malah asik main game.
"Woy lu ke kiri napa, bantuin gue nih gue di serang musuh, " Ucap Andi sanbil sibuk memainkan gamenya.
"Bentar napa, gue juga di sini lagi ribet nih, " Balas Varo, ia juga sama sedang kesusahan.
Namun saat sedang asik-asiknya main game, Tiba-tiba sebuah penggaris panjang mengagetkan mereka bahkan sampai membuat ponsel yang Varo gengam terlempar lumayan jauh. Varo dan Andi langsung menatap tak suka pada orang yang saat ini ada di depannya.
Sejujurnya mereka pasti sudah tau akan siapa orang yang berani melakukan itu padanya, " Kalian ini bagaimana sih? Sudah saya bilang jangan diam di kantin kalau sudah masuk, masuk ke kelas!" Ucao seorang guru BK.
"Memangnya kenapa? Toh yang bodoh juga otak saya, yang pintar juga otak saya, bukan urusan anda bukan, " Bukannya diam dan mengakui kesalahannya Andi malah menjawabnya dengan ucapan seperti itu.
"Kau ini bagaimana sih jadi orang, saya ingatkan pada kalian jangan pernah buat saya marah atau kalian akan tau akibatnya, " Ucap guru tersebut, lalu ia melihat seorang pria yang tengah tertidur pulas.
Ia membangunkan Juna dengan cara menyiramnya dengan menggunakan minuman sisa yang berada di meja sebelah mereka, dia tidak tau saja kalau barusan ia baru saja membangunkan singa yang tengah tertidur.
Bahkan kedua temannya tidak percaya kalau guru itu melakukan hal tersebut pada Juna, itu adalah hal yang tidak ia sukai. Maka pada akhirnya Juna akan marah besar.
Juna bangun dari tidurnya ia juga langsung menurunkan kakinya dari atas meja, ia mengelap wajahnya yang basah, ia tersenyum tipis lalu berdiri di hadapan orang yang sudah menggangu tidurnya.
"Punya nyawa berapa anda? Sampai-sampai anda berani membangunkan saya dengan cara yang tidak saya suka? " Tanya Juna dengan sorot mata tajamnya, seketika rahangnya menegas, pertanda ia sudah benar-benar marah.
Seorang guru itu langsung mundur satu langkah, entah kenapa setelah melihat tatapan menyeramkan dari Juna, rasanya ke beraninya tiba-tiba menciut seketika, namun terlihat jelas dari wajahnya pria itu masih berusaha menahan ke marahannya.
"Anda ini sudah tua, jadi saya peringatkan jangan pernah menggangu saya, " Juna mengambil satu minuman yang berada di meja nya, lalu dengan wajah tanpa dosa menumpahkan minuman itu ke atas kepala guru tersebut.
Karena guru tersebut tidak Terima dengan apa yang Juna lakukan padanya, ia langsung memberikan satu tonjokan pada wajah Juna, bukannya meringgis kesakitan ia malah tersenyum dan ia juga menghapus darah yang mengalir dari bibirnya.
"Anjir mampus, " Ucap Andi karena ia tau apa yang akan Juna lakukan selanjutnya.
"Aduh mati ini mah, " Varo juga menyayangkan perlakukan guru tersebut pada Juna.
Ternyata apa yang mereka khawatir itu menjadi kenyataan, Juna dengan buasnya menyerang guru tersebut tanpa ampun, bahkan sang guru sampai berlari menuju lapangan upacara, Varo dan Andi sudah berusaha keras memisahkan mereka namun rupanya jika sudah marah Juna akan sangat amat mengerikan sekali.
Bahkan di lapangan juga sudah ada yang membantu memisahkan mereka, hingga akhirnya Dinda melihat kejadian tersebut, entah apa yang membuat Dinda terasa terdorong untuk membantu memisahkan mereka.
Dinda berlari dengan cepat ke arah kerumunan tersebut, saat Dinda sedang berusaha membantu memisahkan mereka Dinda tidak sengaja terkena pukulan Juna, seketika Juna sadar kalau yang ia pukul adalah Dinda ia mendadak berhenti dan menangkap tubuh Dinda yang mulai kehilangan kesadarannya.
Semua orang ribut, sementara para guru-gurupun ikut turun membantu menyelamatkan teman mereka yang saat ini sudah babak belur karena kelakuan Juna. Sementara saat ini Juna tengah berlari menuju UKS ia benar-benar khawatir dengan kondisi gadis ini. Entahlah apa yang membuat ia sampai sekhawatir ini, namun ia benar-benar tidak peduli akan hal itu untuk saat ini.
"Sorry, lagian ngapain sih misahin orang yang lagi marah," gumam Juna di perjalanan ke ruang UKS.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments