Sakit di hati

"Maaf, aku mau ke toilet dulu," pamitnya sambil berdiri. Dia sudah ngga bisa lagi menahannya. Perasaan terbuang yang nyata sampai membuat tubuhnya gemetar. Untungnya teman temannya sedang sibuk dengan topik masing masing. Mereka pun terlihat bahagia dengan teman teman baru mereka

"Oke, perlu ditemani?" tanya Winta ramah.

"Ngga usah, Win. Nanti kalo aku lama, kamu langsung balik ke kubikel aja," tolak Rihana dengan suara yang dibuatnya sebiasa mungkin.

"Oke, oke."

"Hati hati," timbrung Puspa.

"Ya."

Setelah menganggukkan kepalanya, Rihana mempercepat langkah kakinya yang terasa sulit dan berat.

Tubuhnya bergetar hebat. Keringat dingin benar benar sudah membasahi punggungnya.

Dia harus cepat sampai ke toilet sebelum semuanya meledak di sini.

Akhirnya sampai juga di toilet. Untung masih ada satu ruang yang kosong. Segera Rihana masuk dan membiarkan air matanya mendesak turun. Dia menahan isaknya karena masih mendengar suara suara orang berbicara di luar.

Kenapa?

Kenapa orang itu membuangmya dan mama?

Jahat sekali.

Jahat!

Hatinya terus mengutuk laki laki ngga bertanggung jawab yang ternyata pemilik dari perusahaan tempatnya bekerja.

Papanya ternyata masih ada.

Awalnya Rihana mengira tulisan nama itu hanyalah karangan mamanya semata. Ternyata ada wujud nyatanya.

Papanya bukan orang kaya biasa. Bahkan seorang konglomerat yang ngga mengharuskan anaknyq untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Tapi nyatanya dia sedari kecil harus hidup susah payah bersama mamanya. Untunglah takdir baik membawa mereka bertemu dengan ibu panti yang meringankqn beban mamanya dan menyayanginya setelah mamanya pergi. Sekarang takdir membawanya menjadi pekerja di salah satu perusahaan papanya.

Semua orang bisa melihat betapa kehudupan papanya sangat bahagia bersama keluarga tercintanya. Tapi tak ada satu pun yang tau kalo orang yang sangat dihormati dan dipuja puja ini membiarkan kehildupan lainnya telantar dan tak tersentuh olehnya.

Rihana ngga mungkin langsung keluar dari pekerjaan ini. Dia sudah dikontrak dan harus membayar pinalty yang cukup besar jika nekat mengundurkan diri. Juga terbayang kesulitan ibu panti dan adik adik angkatnya di pelupuk matanya. Dia ngga mungkin juga bisa mendapat pekerjaan dengan gaji setinggi ini dalam waktu dekat Rihana tau, ngga ada jalan keluar buatnya. Dia terpaksa bertahan di sini. Walaupun dia sangat membencinya. Dia benar benar sangat benci dengan takdir yang bercanda padanya.

Ngga disangkanya, kembali ke ibu kota malah sangat memudahkannya bertemu dengan masalalu mamanya.

Air mata Rihana semakin deras mengalir. Rihana menutup keras mulitnya agar suara mengisaknya ngga keluar. Hatinya terluka Perih dan pedih. Kenyataan ini sangat menyakitkan.

Kini Rihana sudah keluar dari toilet setelah hampir setengah jam meratapi nasib. Dia pun sedang berdiri di depan kaca. Dia pura pura ngga melihat ada satu atau dua pegawai yang memperhatikannya.

Rihana mengusap wajahnya dengan air kran.

"Ini, pake aja."

Sebungkus kecil plastik tisu terulur di depannya ketika dia akan merogoh saku rokmya untuk mengambil tisu tersebut.

"Terimakasih," ucapnya aedikit malu karena pegawai itu tau keadaannya. Tapi wajahnya nampak maklum.

"Di marahi bos, ya? Kalo jadi anak baru di sini memang agak ditekan. Tapi ngga usah terlalu diambil hati," nasihat pegawai cantik itu dengan senyum manisnya.

Pegawai itu salah paham, tapi Rihana ngga akan mengoreksinya.

Rihana hanya tersenyum sambil menghapus titik titik air di wajahnya.

"Nih, pake ini, biar matanya ngga nampak sembab," katanya lagi sambil mengeluarkan obat atau vitamin(?) tetes mata dan memgulurkan padanya.

"Terima kasih, kak," jawabnya terharu. Dia bersyukur banyak bertemu orang orang yang baik hari ini.

"Namaku Daiva," katanya setelah menerima kembali obat tetes yang sudah digunakan.

"Aku Rihana, kak."

"Nih, bedakin lagi wajahnya," katanya sambil mengulurlan bedak yang lagi lagi dikeluarkan dari tas kosmetik kecil yang ditentengnya.

"Ngga usah, kak," tolak Rihana tambah sungkan.

"Pake aja. Itu juga refil sama sponnya baru aku beli tadi malam," senyumnya sambil menjejalkan kotak kecil berisi refil bedak merk yang cukup terkenal dan pasti mahal serta spon yang masih tersegel di plastik itu ke tangannya.

"Biar wajah kamu ngga kelihatan abis nangis," ucapnya sarat makna.

Rihana terdiam. Tapi benar juga yang dikatakan pegawai cantik di depannya. Winta dan Puspa pasti akan banyak bertanya jika nanti melihatnya.

"Sudah, ya, aku keluar dulu," pamitnya sambil melangkah pergi sebelum Rihana sempat merespon.

"Kak Daiva," panggil Rihana membuat pegawai cantik itu menoleh masih dengan wajah penuh senyum.

"Makasih banyak."

"Sama sama," ucapnya sambil melambaikan tangannya sebelum melangkah keluar.

Rihana sungguh terharu sampai ngga bisa berkata kata apa pun lagi untuk menyatakan rasa terima kasihnya. Apalagi dia sedang terpuruk sendiri di sini. Mendapat kebaikan seperti ini membuatnya lukanya sedikit terobati.

Banyak orang orang yang ngga ada hubungan darah dengannya tapi selalu baik.padanya.

Dewan Iskandardinata. Aku ngga butuh dirimu. Aku ngga minta uangmu dengan ngemis. Tapi aku bekerja, batinnya berteriak seolah menghibur dan menambah kekuatan hatinya.

Tapi deritanya masih berlanjut. Ketika Rihana sedang menunggu lift khusus karyawan bersama beberapa pegawai yang lain, pintu lift khusus petinggi perusahaan terbuka. Menghadirkan gadis yang tadi dilihatnya di lobi. Gadis itu merangkul lengan laki laki paruh baya yang masih tegap dan tampan berkharisma dengan manja.

Rihana menatap wajah laki laki itu dengan sorotan yang sangat tajam dan menusuk.

Sementara pegawai yang lainnya mengangguk sopan. Tapi ketika mata laki.laki itu bersirobok dengan mata Rihana, gadis itu cepat cepat menundukkan kepalanya. Tanpa menampilkan ekspresinya.

Sopan ngga sopan, bodoh amat, batinnya ngga peduli.

Rihana seolah merasakan kalo laki laki itu masih menatapnya sampai dia memasuki ke dalam liftnya yang terbuka bersama pegawai yang lainnya. Tapi Rihana tetap.menundukkan kepalanya, bahkan semakin dalam walau ada sedikit rindu dan sakit menyelusup dalam rongga dadanya.

Ngga lama kemudian Rihana pun sampai di lantai dimana kubikelnya berada dengan nafas masih terasa sesak dan hati yang sakit.

"Lama banget di toiletnya," sambut Winta dengan senyumnya.

"Tadi kebanyakan sambal, ya? ledek Puspa tertawa kecil.

Rihana tersenyum tipis.

"Tadi antri," bohongnya meyakinkan. Kedua teman barunya pun terlihat percaya.

"Pantasan kamu ngga ngumpul lagi," tukas Winta sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

"Maaf, ya, kita ninggalin kamu tadi," tukas Puspa sambil menepuk bahunya. Masih ada waktu sepuluh menit untuk bersantai.

"Ngga apa apa."

Winta dan Puspa tersenyum lega.

"Minta nomer ponsel kamu, dong," ucap Winta sambil memberikan ponselnya pada Rihana. Rihana pun mengetikkan angka angka itu dengan cukup cepat.

"Ini."

"Oke."

Ngga lama kemudian terdengar bunyi getaran ponselnya.

'Itu nomerku, ya," kata Winta dengan wajah penuh senyum.

"Dikirim ke aku, Win," pinta Puspa.

"Oke.'

Ngga lama kemudian ponsel Rihana kembali bergetar.

"Itu nomerku,' tukas Puspa cepat.

"Disave, ya, Ri," sambungnya lagi.

"Oke."

Ada yang dingin mengalir dalan rongga dadanya yang awalnya panas dan sesak. Sekarang mulai terasa nyaman.

Rihana tersenyum lagi.

Dia pasti kuat menjalaninya, batinnya mulai tenamg.

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

iy jangan resign... justru hrs bertahan utk mendptkn uang guna menghidupkn adik2 panti

2025-01-25

2

Titin Andien

Titin Andien

baru sampe sini ko asa nyesek ya baca nya

2025-01-19

1

martina melati

martina melati

bukan membuang tp mamamu menjauhkn diri

2025-01-25

1

lihat semua
Episodes
1 BLURB
2 Nama yang Nyata
3 Sakit di hati
4 Puzzle yang hilang
5 Bertemu lagi dengan 'papa'
6 Melihat Alexander Monoarfa
7 Keraguan Alexander
8 Ngga bisa menghindar
9 Takut ditolak
10 Jati diri Rihana
11 Ancaman mami
12 Ingatan Dewan Iskandardinata
13 Dilamar
14 Dosa yang menyiksa
15 De ja vu
16 Bertemu Kakek dan Nenek
17 Membuat Panik
18 Membagi sedikit beban
19 Mengantar Rihana
20 Rekaman CCTV
21 Membandingkan
22 Kecewa
23 Perasaan Bersalah yang amat sangat
24 Hati Alexander
25 Hari yang Berat
26 Berusaha Lagi
27 Terbuka dengan Jelas
28 Alexander yang keras kepala
29 Waktu yang dibutuhkan Aurora
30 Pulang
31 Membuktikan
32 Alexander dan Rihana?
33 Efek Tindakan Alexander
34 Dipindahkan?
35 Berusaha Bertahan
36 DNA yang sama
37 Semakin terbuka
38 Menuju Pengakuan
39 Pasangan yang Manis
40 Trust Me
41 Di kamar mama
42 Kumpul sepupu
43 Ditunggu Pacar
44 Meeting bersama si kembar
45 Terang terangan
46 Gagal
47 Cerita Oma Opa yang lain
48 Permintaan Seorang Ayah
49 Berani Membalas
50 Niat Dating
51 Rencana Dating yang mengganggu
52 Keinginan Aurora
53 Berhasil?
54 Khawatir
55 Kenyataan yang baru Dewan ketahui
56 Kenyataan yang sangat menyedihkan
57 Terguncang
58 Kenyataan yang satu persatu terbuka
59 Semakin jelas
60 Direstui
61 Celanya Bidadari
62 Isi hati Rihana
63 Rasa Bersalah dan Kecewa
64 Ortu Alexander yang sudah tau
65 Ke gap
66 Draft
67 Keberpihakkan
68 Emosi
69 Yang selama ini dirahasiakan
70 Dijodohkan
71 Perdebatan
72 Emosi
73 Amcaman Aurora
74 Jadi Lebay
75 Menyesakkan
76 Terpukul
77 Berbagi cerita sedih
78 Surat Dilara
79 Menemani Aurora
80 Flashback kepergian Aurora saat jam makan siang kemarin
81 Berita Duka
82 Penyelidikan Xavi
83 Kemarahan Papa Alexander
84 Analisa
85 Memghilangkan bukti
86 Membantu Aurora
87 Mulai tampak jelas
88 Rapat Keluarga
89 Perkataan jujur Alexander
90 Kepergian yang mengundang tanya
91 Rekaman CCTV
92 Kesedihan yang sama
93 Herdin dan Puspa
94 Move on
95 Mulai Nyaman
96 Keluarga Alexander
97 Berita yang Viral
98 Konferensi Pers
99 Alexander yang mengagumkan
100 Kegilaan Irena
101 Mesranya Alexander
102 Tiga Lusin Lingerie
103 Percaya
104 Viral lagi
105 Ngga Peduli
106 Hamil juga
107 Melepas Rindu
108 Gagal lagi?
109 Ngga Tenang
110 Galau
111 Gagal Move on.
112 Jadi Fitting
113 The last chance
114 Herdin dan Puspa
115 Perhatian Rihana
116 DOR
117 DOR part 2
118 Kesadaran yang terlambat
119 Patah hati?
120 Keputusan Daiva
121 Kalandra dan Adriana
122 Kalandra dan Adriana part 2
123 Nayara dan Ansel
124 Akhirnya Nikah
125 Pasangan lainnya
126 Polemik Cinta
127 Bulan madu, patah hati dan marah
128 Episode Kalandra
129 Masih Kalandra(dijodohkan)
130 Kalandra-Adriana (sesak)
131 Honeymoon
132 Gara gara lift (Kalandra-Adriana)
133 Undangan?
134 Kena prank
135 Cemburu
136 Sudah ketahuan? (Emra&Kiara)
137 Menyangkal (Emra dan Kiara)
138 Rencana tiga sepupu
139 Sudah Ketahuan
140 Kesalnya Adriana
141 Membantu Kalandra
142 Honeymoon
143 Fokus Emra
144 Kabar yang ditunggu
145 Emra-Kiara
146 Emra-Kiara dan keputusan Xavi
147 Zerina yang egois
148 Kebahagiaan keluarga Aurora
149 Menuntaskan Rindu
150 Berpisah?
151 Perasaan Nidya
152 Resah
153 Jodoh buat Kirania dan Nidya
154 Negoisasi
155 Terima?
156 Marahnya Mama Aiden
157 Tentang Xavi
158 Permintaan Zerina
159 Keputusan Xavi dan kisah manis Hazka-Kirania
160 Fathan ngga bisa jujur
161 Niat Fathan sudah bulat
162 Persiapan lamaran
163 Kumpul calon ipar
164 Cerita Emir
165 Terpesona
166 Masa lalu Daniel
167 Mengenang Nadine
168 Masih Flashback
169 Target Emir
170 Di bawa Emir terbang
171 Kencan Emir
172 Rahasia Player Daniel yang diketahui Emir
173 Cinta dan Rindu
174 Tanggung Jawab
175 Restu
176 Restu part 2
177 Rakyat jelata
178 Klarifikasi
179 Bukan teman
180 Memberikan pelajaran dan lamaran Xavi
181 Flashback dua hari yang lalu.
182 Paper Bag
183 Terbongkar
184 Pernyataan Cinta Emir
185 Sidang Emir
186 Tamat
187 Pengumuman
188 pengumuman cerita baru
Episodes

Updated 188 Episodes

1
BLURB
2
Nama yang Nyata
3
Sakit di hati
4
Puzzle yang hilang
5
Bertemu lagi dengan 'papa'
6
Melihat Alexander Monoarfa
7
Keraguan Alexander
8
Ngga bisa menghindar
9
Takut ditolak
10
Jati diri Rihana
11
Ancaman mami
12
Ingatan Dewan Iskandardinata
13
Dilamar
14
Dosa yang menyiksa
15
De ja vu
16
Bertemu Kakek dan Nenek
17
Membuat Panik
18
Membagi sedikit beban
19
Mengantar Rihana
20
Rekaman CCTV
21
Membandingkan
22
Kecewa
23
Perasaan Bersalah yang amat sangat
24
Hati Alexander
25
Hari yang Berat
26
Berusaha Lagi
27
Terbuka dengan Jelas
28
Alexander yang keras kepala
29
Waktu yang dibutuhkan Aurora
30
Pulang
31
Membuktikan
32
Alexander dan Rihana?
33
Efek Tindakan Alexander
34
Dipindahkan?
35
Berusaha Bertahan
36
DNA yang sama
37
Semakin terbuka
38
Menuju Pengakuan
39
Pasangan yang Manis
40
Trust Me
41
Di kamar mama
42
Kumpul sepupu
43
Ditunggu Pacar
44
Meeting bersama si kembar
45
Terang terangan
46
Gagal
47
Cerita Oma Opa yang lain
48
Permintaan Seorang Ayah
49
Berani Membalas
50
Niat Dating
51
Rencana Dating yang mengganggu
52
Keinginan Aurora
53
Berhasil?
54
Khawatir
55
Kenyataan yang baru Dewan ketahui
56
Kenyataan yang sangat menyedihkan
57
Terguncang
58
Kenyataan yang satu persatu terbuka
59
Semakin jelas
60
Direstui
61
Celanya Bidadari
62
Isi hati Rihana
63
Rasa Bersalah dan Kecewa
64
Ortu Alexander yang sudah tau
65
Ke gap
66
Draft
67
Keberpihakkan
68
Emosi
69
Yang selama ini dirahasiakan
70
Dijodohkan
71
Perdebatan
72
Emosi
73
Amcaman Aurora
74
Jadi Lebay
75
Menyesakkan
76
Terpukul
77
Berbagi cerita sedih
78
Surat Dilara
79
Menemani Aurora
80
Flashback kepergian Aurora saat jam makan siang kemarin
81
Berita Duka
82
Penyelidikan Xavi
83
Kemarahan Papa Alexander
84
Analisa
85
Memghilangkan bukti
86
Membantu Aurora
87
Mulai tampak jelas
88
Rapat Keluarga
89
Perkataan jujur Alexander
90
Kepergian yang mengundang tanya
91
Rekaman CCTV
92
Kesedihan yang sama
93
Herdin dan Puspa
94
Move on
95
Mulai Nyaman
96
Keluarga Alexander
97
Berita yang Viral
98
Konferensi Pers
99
Alexander yang mengagumkan
100
Kegilaan Irena
101
Mesranya Alexander
102
Tiga Lusin Lingerie
103
Percaya
104
Viral lagi
105
Ngga Peduli
106
Hamil juga
107
Melepas Rindu
108
Gagal lagi?
109
Ngga Tenang
110
Galau
111
Gagal Move on.
112
Jadi Fitting
113
The last chance
114
Herdin dan Puspa
115
Perhatian Rihana
116
DOR
117
DOR part 2
118
Kesadaran yang terlambat
119
Patah hati?
120
Keputusan Daiva
121
Kalandra dan Adriana
122
Kalandra dan Adriana part 2
123
Nayara dan Ansel
124
Akhirnya Nikah
125
Pasangan lainnya
126
Polemik Cinta
127
Bulan madu, patah hati dan marah
128
Episode Kalandra
129
Masih Kalandra(dijodohkan)
130
Kalandra-Adriana (sesak)
131
Honeymoon
132
Gara gara lift (Kalandra-Adriana)
133
Undangan?
134
Kena prank
135
Cemburu
136
Sudah ketahuan? (Emra&Kiara)
137
Menyangkal (Emra dan Kiara)
138
Rencana tiga sepupu
139
Sudah Ketahuan
140
Kesalnya Adriana
141
Membantu Kalandra
142
Honeymoon
143
Fokus Emra
144
Kabar yang ditunggu
145
Emra-Kiara
146
Emra-Kiara dan keputusan Xavi
147
Zerina yang egois
148
Kebahagiaan keluarga Aurora
149
Menuntaskan Rindu
150
Berpisah?
151
Perasaan Nidya
152
Resah
153
Jodoh buat Kirania dan Nidya
154
Negoisasi
155
Terima?
156
Marahnya Mama Aiden
157
Tentang Xavi
158
Permintaan Zerina
159
Keputusan Xavi dan kisah manis Hazka-Kirania
160
Fathan ngga bisa jujur
161
Niat Fathan sudah bulat
162
Persiapan lamaran
163
Kumpul calon ipar
164
Cerita Emir
165
Terpesona
166
Masa lalu Daniel
167
Mengenang Nadine
168
Masih Flashback
169
Target Emir
170
Di bawa Emir terbang
171
Kencan Emir
172
Rahasia Player Daniel yang diketahui Emir
173
Cinta dan Rindu
174
Tanggung Jawab
175
Restu
176
Restu part 2
177
Rakyat jelata
178
Klarifikasi
179
Bukan teman
180
Memberikan pelajaran dan lamaran Xavi
181
Flashback dua hari yang lalu.
182
Paper Bag
183
Terbongkar
184
Pernyataan Cinta Emir
185
Sidang Emir
186
Tamat
187
Pengumuman
188
pengumuman cerita baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!