"Mohon maaf bila hamba lancang, sebenarnya anda yang siapa?" Tanya Sebas, seorang pelayan tua yang menatap wajah pangeran kecil itu dengan penuh keraguan.
............
Lazor membangunkan badannya dari posisi berbaring, dirinya memandang wajah Sebas dengan perasaan sedikit gugup, aura kecurigaan yang dikeluarkan oleh pelayan itu seakan-akan memberikan tekanan yang amat besar baginya. Akan tetapi, bagi Lazor yang memiliki ribuan pengetahuan psikologi, mampu mengatasi kejadian seperti ini.
Seketika menerima tekanan dari pelayan itu, Lazor memalingkan pandangannya, menghela nafas pelan dan menghembuskannya dengan penuh keluhan, alisnya menunduk, menunjukkan ekspresi sedih, cemas, dan bingung.
"Aku juga tidak mengingat apapun sama sekali, tentang siapa diriku, siapa kalian semua dan aku sedang berada dimana," balas Lazor.
"Jika kalian adalah orang-orang yang dekat denganku, aku minta maaf, Karena tidak bisa mengingat kalian." Sambungnya dengan menoleh kearah Sebas, "Seperti yang dikatakan tabib barusan, mungkin saja penyebab hilangnya ingatanku akibat kerasukan roh jahat, maka dari itu kumohon bantulah diriku untuk mengingat semuanya."
Mendengar penjelasan yang keluar dari mulut pangeran, Sebas sontak terdiam mematung beberapa saat lalu berkata, "jadi seperti itu, mohon maaf bila hamba telah mengatakan pertanyaan meragukan seperti itu, karena sikap anda tiba-tiba berbeda dari biasanya, hamba siap membantu memulihkan ingatan tuan muda." Ekspresi penuh curiga itu telah berubah.
"Anda tidak perlu minta maaf, terimakasih atas pengertian darimu," balasnya sembari tersenyum, lalu bertanya lagi."Oh iya, jadi siapa namamu tuan pelayan?"
"Hamba adalah pelayan pribadi anda, nama hamba Sebastian," jawabannya sambil menunduk.
"Demi membantu memulihkan ingatanku aku ingin bertanya satu hal kepadamu, sifatku sebelumnya seperti apa?" tanya Lazor kembali.
"Tuan muda, mengenai hal itu ... sebenarnya saya tidak enak mengatakannya," ucap Sebas dengan sedikit terbata-bata.
Melihat ekspresi Sebas yang seperti itu, Pangeran kecil turun dari tempat tidurnya, berjalan perlahan ke arah Sebas hingga berjarak sejengkal darinya. Wajahnya memandang keatas menatap wajah pria tua itu dengan alis yang sedikit menekuk, memancarkan ketegasan dari dirinya.
"Aku tidak mengerti ucapan yang keluar dari mulutmu sebelumnya, katanya kamu ingin membantu memulihkan ingatanku, dan sekarang kau bersikap seperti itu? apa yang kau ragukan?" ujar Lazor yang sangat serius.
"Ti- tidak ... maksud hamba—" terbata-bata.
"Maksudnya apa?! huft~ lagian juga berhentilah mengatakan dirimu dengan sebutan hamba, walaupun aku tidak mengingat apapun sama sekali tentang dirimu, aku yang sekarang tidak menyukai sikap merendah seperti itu," potong Lazor yang mengeluhkan tingkah berlebihan dari Sebas.
...Sebas tersudutkan oleh rentetan kalimat pangeran kecil itu, dari hatinya ia berbincang....
...aku mengerti dia kehilangan ingatannya, akan tetapi apa apaan tekanan ini....
...setiap kalimat yang keluar dari mulutnya, menggambarkan sosok seorang penguasa......
...Sifatnya yang sekarang.......
...Bukanlah dirinya yang biasanya....
..........
"Hei? kau mendengarkan ku?"
Sebas memandang wajah Lazor dari atas dengan ekspresi yang tercengang, dirinya merasa terkesan dengan perubahan sifat pangeran kecil itu, beberapa detik setelah itu Sebas tiba-tiba jatuh tertunduk. Lututnya menyentuh lantai, wajahnya terlihat kegirangan namun terlihat sedang berusaha menutupi kegirangan tersebut.
"Mohon maaf— tidak, saya akan menceritakan semuanya, jika membandingkan sifat anda yang sebelumnya, saya lebih memilih anda yang sekarang tuan muda," Ekspresi Sebas berubah menjadi sangat serius, " Sebelumnya anda adalah orang yang sering direndahkan, karena anda terlahir dari rahim selir kaisar maka saudara-saudara anda yang lain sering menindas anda, mencemooh anda, memukul anda, bahkan.... salah satu diantaranya berniat membunuh anda tuan muda!" Tutur Sebas dengan wajah yang sangat serius, alisnya menekuk, rahangnya mengeras dan matanya meluap-luap dengan geram.
"Membunuhku?! jadi kondisiku yang seperti ini akibat percobaan pembunuhan dari saudara-saudaraku?!" murka Lazor yang mengikuti alur emosi dari pelayan itu.
"Ini hanya dugaanku, tapi- saya yakin! ini pasti ulah saudara-saudara anda," balas Sebas.
..........
...Dari dalam batin, Lazor berpikir....
...Hheemm......
...Jadi ada salah satu dari para saudara bocah ini yang mencoba membunuhnya....
......aku harus membaca setiap kondisi yang dialami anak ini, melihat segala bentuk reaksi yang ditimbulkan oleh orang-orang disekitarnya .......
...Dari mata pelayan itu, sepertinya dia sangat menyayangi bocah kecil ini seperti anaknya sendiri....
...Aku bisa membacanya! dia merasa kesal karena tidak mampu membalas, di lain sisi dirinya juga merasa bahwa sifat dari bocah ini jauh dari ketegasan atau apapun itu....
...Aku tidak tau pasti seperti apa, namun,...
...aku bisa membawanya menuju sesuatu semacam balas dendam, karna manusia sangat suka hal-hal seperti itu....
...*****...
Lazor memandang Sebas di depannya, dia sedang menundukkan kepalanya dengan keadaan lutut yang menyentuh lantai. Seketika Lazor berkata, "angkat kepalamu wahai orang yang bernama Sebastian!" perintahnya dengan wajah dingin.
Sebas kemudian mengangkat kepalanya, wajahnya hanya sejengkal dari wajah Lazor yang bertubuh kecil, bola mata mereka saling bertatapan selama beberapa detik. Terlihat mata Sebas melebar, jantungnya berdetak kencang, dirinya meneteskan cukup banyak keringat dan menelan ludah seakan-akan takut kepada Lazor.
Terlihat senyuman menyeringai keluar dari wajah bocah kecil itu, dirinya pun berkata. "Aku tidak ingat seperti apa perasaanku saat para bajing*n itu mempermainkan diriku, namun untuk sekarang, akan aku tunjukkan kepada mereka siapa diriku!"
...Aku sudah menduganya! ahh.... pangeranku! Apakah inilah ramalan yang dibicarakan mendiang ibunya....
...aku sudah lama melupakan harapan itu, namun sekarang aku yakin, setelah melihat sifatnya yang sekarang....
............
"Izinkan diriku ini memperkenalkan kembali, saya bernama Sebastian Alvelias putra Rebbas dari velian bersumpah kembali, akan menjadi pedang! perisai! dan tombak! untuk dirimu wahai pangeran," ujar Sebas yang bersumpah setia dihadapan Lazor.
"Bagus! Untuk sekarang tunjukan kepadaku semuanya!" balas Lazor dengan menepuk pundak Sebas sambil tersenyum lebar.
"Baik!" sahut Sebas dengan kepala menunduk.
Selepas itu Lazor berjalan perlahan-lahan ke arah jendela, dari cara dia berjalan terlihat seperti orang pincang yang lemah. Melihat hal itu Sebas lekas berdiri dan membantunya berjalan, ia memegang bahu Lazor supaya tetap stabil.
melihat Sebas yang mencoba membantunya, Lazor berucap, "tidak usa, aku bukan orang yang lemah."
"Maafkan saya..."Jawab Sebas, menunduk.
"Sebas, seperti apa sifatku yang sebelumnya?" Tanya Lazor yang menoleh kearahnya.
"Jadi seperti ini tuan muda—, walaupun anda adalah seorang anak laki-laki, anda sering bertingkah layaknya sosok anak perempuan. Berbusana seperti perempuan, menggenakan riasan wajah dan sering bermain boneka. Anda juga adalah tipikal anak yang sangat cengeng, sering merengek dan bersikap layaknya anak dibawah lima tahun, namun anda memilih kebaikan hati yang tulus." Jelas Sebas kepadanya, bibirnya sedikit gemetar.
"Hmm.... seorang anak dengan kelainan gender."
Memegang dagunya, seperti sedang memikirkan sesuatu.
...Kalau seperti itu akan berbahaya bagiku untuk melakukan terlalu banyak perubahan, meskipun aku berpura-pura lupa ingatan....
...Pantas pelayan itu seakan-akan terkesima dengan diriku. Karena kupikir memasang sikap tegas layaknya seorang pangeran akan menjaga sifat pemilik tubuh ini sebelumnya....
"Baiklah, kalau begitu untuk beberapa alasan aku akan bersikap seperti itu di depan orang lain, karena menunjukkan terlalu banyak perubahan sangatlah tidak bagus bagiku."
"Oh begitu yah, menurut saya itu adalah keputusan yang bijak tuan muda!" ujar Sebas yang terkesan.
Lazor memasang senyum seringainya, matanya melebar dan kening yang terangkat. Di depan jendela itu, angin pagi berhembus masuk dan menerpa rambutnya, kemudian Lazor merentangkan tangannya dan tertawa lepas.
"Hahahaha! Sungguh menarik! akan ku pulihkan ingatanku untuk mengingat segala kejahatan orang-orang kepadaku, suatu hari akan dibentuk sebuah pasukan besar yang bisa menyingkirkan segala ancaman terhadapku!" seru Lazor, diiringi tawa licik.
...Sosok seperti ini, sosok inilah yang seharusnya dimiliki oleh anak itu....
...Batin Sebas yang terkesima....
Setelah itu, Lazor membalik badannya dan menatap Sebas dengan ekspresi yang masih sama, lalu dirinya berkata. "Ada banyak hal yang harus kau ceritakan! namun sebelum itu, tunjukan aku tempat yang menunjukkan pengetahuan dunia ini, dengan kata lain sumber informasi tertulis."
"Maksud anda perpustakaan? saya akan mengantarkan anda jika demikian."
"Tepat! Perpustakaan!" balas Lazor sambil menunjuk jarinya kearah Sebas.
...Dalam Benaknya Lazor berpikir....
...Perpustakaan....
...adalah sumber pengetahuan yang harus aku ketahui tentang dunia ini....
...aku tidak sabar akan hal itu....
...kira-kira seperti apa ilmu yang dipelajari di dunia ini? apakah mereka memiliki pengetahuan filsafat? ataukah ilmu astronomi yang sudah berkembang? bagaimana kepercayaan spiritual mereka? apakah menyembah para dewa politeisme? atau sosok tuhan monoteisme apakah dunia fantasi ini memiliki unsur metafisika yang mampu menciptakan hal-hal luar biasa? ini.......
...sangat mendebarkan...!...
Gambar Ilustrasi sosok Sebastian, pelayan yang sangat setia kepada tuanya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Benny Iskandar
pilihan kata dan penulisan cukup bagus dan tertata rapi tidak seperti kebanyakan novel di platform ini
2023-04-10
1
Weng Candra
mampir juha kenovel saya kak.
2023-04-01
1
Rezkaya Retnoyevich
Mungkinkah si Sebas ini memiliki afiliasi dgn ibu dari Razor, yg dalam hal ini adalah selir Raja? Semisal, Sebas adalah keluarga yg menjadi pengikut dari keluarga ibu Razor?
2023-03-30
2