Perkenalan

Luna merasa bersyukur, karena Ia mendapat majikan yang begitu baik dan menerima kehadirannya.

"Nah ini anak-anak Saya, Luna." Selina meminta anak pertama dan keduanya untuk menghampiri Luna.

"Luna. Ini Brian, anak pertama Saya usianya 9 tahun. Brian, ini Kak Luna. Nanti Kamu kalau butuh apa-apa, minta tolongnya sama Kak Luna, ya!" Pinta Selina.

"Iya, Mami. Halo, Kak Luna. Aku Brian," ucap Brian yang sangat sopan pada Luna.

Luna merendahkan tubuhnya, Ia mensejajarkan wajahnya dengan Brian.

"Halo, Brian. Aku Luna, kalau butuh apa-apa jangan sungkan, ya." Luna menyapa dengan ramah.

"Nah ini anak kedua Saya, namanya Annisa usianya 7 tahun. Kamu panggil Ica aja," ujar Selina.

"Hay, Ica. Kamu cantik banget," ucap Luna sembari hendak mengelus pipi Annisa.

"Awas tangannya bersih gak? Maen colek aja!" Seru Yuke.

Luna terdiam, lalu Ia menarik kembali tangannya yang hampir menyentuh pipi Ica.

Ica melirik dengan sinis ke arah Yuke, lalu Ia dengan sengaja merapatkan tubuhnya pada Luna.

"Kak Luna cantik, pasti Dia rajin jaga kebersihan." Ica berucap.

Yuke terkejut, Ia merasa sangat tersudutkan di depan semua orang.

Ibu Selina dan Ibu Khafi saling bertukar pandang, keduanya tampak tertawa kecil.

"Nah kalau yang ini, si bungsu. Anak ketiga Saya, namanya Serena. Kamu panggil Dia Rena aja," ujar Selina.

"Hay, Rena. Ini lagi mainin apa?" Tanya Luna pada anak bungsu Khafi yang berusia 2 tahun.

"Toktok," jawab Rena dengan gemas. Toktok yang di maksud Rena adalah lato-lato, sebutan toktok Ia dapatkan karena mendengar suara yang di hasilkan lato-lato itu sendiri.

"Wah udah pinter bicara Kamu, gemas sekali. Mau main sama Kak Luna?" Tanya Luna mencoba untuk mendapatkan hati putri bungsu Khafi yang masih balita.

"Tugas Kamu itu fokus di Rena, Dia masih kecil dan pastinya belum ngerti apa-apa. Untuk Brian sama Ica Kamu bantu sebisanya aja," tutur Selina.

"Baik, Bu." Luna harus bersiap untuk mendekatkan dirinya pada ketiga anak Khafi, terlebih Rena. Anak balita biasanya tak bisa langsung dekat dengan orang baru, hal itu menjadi sebuah tantangan bagi Luna.

"Sekarang jamnya Rena gantu popok, tolong Kamu gantiin, ya. Kamar Rena ada di lantai dua, sebelah kiri paling pojok." Lina menuturkan.

"Baik, Bu. Ayo Rena, Kita main di kamar Rena yuk!" Bujuk Luna.

Tampak Rena menatap Luna dengan asing, namun tak lama tangan mungil Rena meretang dan mendekat pada Luna.

Luna lega, karena Rena mudah unuk di bujuk. Ia pun pergi menuju kamar Rena.

"Saya permisi dulu," pamit Luna sembari memangku Rena.

"Iya, hati-hati, ya Rena aktif banget anaknya." Lina mewanti-wanti.

"Baik, Bu."

Setelah Luna pergi ke kamar, kedua anak Khafi dan Selina juga ikut masuk ke kamar mereka masing-masing.

Tersisa keluarga Khafi, dan Yuke di ruang tamu.

"Yuke. Kamu gak pulang?" Tanya Bu Windira, Ibu Khafi.

"Emm. Masih betah, Tante." Yuke menjawab sembari terkekeh.

"Oh, ya udah kalau gitu Kamu disini. Lina harus istirahat dan Khafi juga harus temani istrinya, Kita juga mau istirahat ya. Jadi Kita tinggal dulu ya," tutur Bu Windira.

Yuke merasa kesal, secara tak langsung Ibu Khafi bermaksud untuk menyuruhnya pergi dari rumah Khafi.

"Ke. Aku ke kamar dulu ya," pamit Selina.

Yuke hanya mengangguk, Ia tak mengucapkan sepatah katapun.

Setelah semuanya pergi, tersisa Yuke seorang di rumah tamu.

"Dih, ngapain Gua disini kalau gak ada yang nemenin? Mana Khafi ikutan masuk!" Gerutu Yuke.

Ia berdiri, dan dengan perasaan kesal keluar dari rumah Khafi.

Di dalam kamar, Khafi membantu istrinya untuk berbaring.

Sebenarnya Lina masih kuat untuk sekadar berdiri, dan berpindah ke atas tempat tidur. Namun sikap khawatir Khafi yang berlebihan, membuatnya seakan tak mampu berbuat apapun.

"Mas. Padahal Aku bisa loh jalan pelan, gak usah pakai kursi roda terus kemana-mana." Lina menuturkan.

"Ya gak apa-apa pakai kursi roda, biar Kamu gak capek. Kamu harus banyak istirahat, gak boleh kecapean." Khafi terlihat bergitu perhatian pada istrinya.

"Iya, tapi kan kalau sekadar jalan di rumah gak perlu pakai kursi roda juga. Aku kayak orang yang lumpuh aja," ujar Lina.

Khafi terdiam, Ia tetap menginginkan sang istri menggunakan kursi roda dengan alasan kesehatan.

Selina mengidap penyakit kanker serviks stadium akhir, Ia tengah menjalani pengobatan satu tahun terakhir ini.

Lina sering kali tiba-tiba drop, bahkan keluar masuk rumah sakit.

Lina sudah pasrah dengan takdirnya, sehingga Ia bahkan telah ikhlas jika nantinya Ia yang harus meninggal lebih dulu.

Lina juga mewanti-wanti pada sang suami, Lina telah meminta Khafi untuk ikhlas jika terjadi sesuatu padanya. Lina bahkan sudah membicarakan perihal penggantinya, Ia ingin Khafi mencari istri baru ketika suatu hari Ia tak bisa bertahan lagi.

Hal itu Lina katakan di hadapan keluarganya, juga Yuke.

Hal itu pula yang membuat Yuke, merasa memiliki kesempatan untuk menjadi pengganti Selina di hati Khafi.

Namun yang terlihat selama ini, Khafi tak merespon lebih perhatian dan sikap manis Yuke padanya.

"Mas. Coba ambilkan telepon!" Pinta Lina.

Khafi menyerahkan telepon rumah ke dekat sang istri, lalu membantunya untuk menghubungi telepon yang ada di kamar putri bungsunya, Rena.

Luna yang baru selesai mengganti popok Rena, terkejut ketika mendengar suara telepon.

"Hah, kaget Aku." Luna segera mengangkat telepon, tak lupa Ia menggendong Rena.

"Halo." Luna menyapa.

"Halo, Lun. Udah di ganti popoknya?" Tanya Selina.

"Oh, udah Bu. Baru selesai," jawab Luna.

"Oh, gitu. Sekarang jamnya Rena makan sore, Kamu buatin makanan buat Rena. Menunya ada di laci nakas, dekat tempat tidur Rena. Di buku itu juga ada banyak rutinitas Rena setiap harinya, jadi Kamu bisa tahu malam ini sampai kedepannya harus ngapain aja." Lina memberitahukan.

"Oh, baik Bu. Saya akan ambil bukunya dan Saya akan baca dulu," sahut Luna.

"Ya udah kalau gitu, Saya tutup ya." Lina mematikan panggilan teleponnya.

Luna menaruh kembali gagang telepon, dan segera mengambil buku yang di maksud oleh majikannya.

"Wah lengkap banget. Aku baca dulu deh," ucap Luna. Ia pun membaca seluruh tulisan yang ada di dalam buku itu.

Luna melirik ke arah Rena, Ia memperhatikan tubuh anak majikannya yang begitu putih bersih.

"Selain genetik, pasti pengaruh dari makanan juga. Kulit Rena sehat banget, makanannya aja bagus-bagus semua."

Luna membawa buku catatan itu ke dapur, dan segera menyiapkan makanan untuk Rena.

"Nah, Rena Kamu duduk disini. Kakak mau buatin makanan buat Kamu. Jangan berdiri, kalau berdiri nanti Rena jatuh. Nanti sakit, Rena ngerti?" Luna mencoba untuk memberi arahan dengan cara berbicara sembari menatap kedua mata Rena.

Gadis kecil itu mengangguk, dan duduk dengan tenang di kursi makannya.

Dengan cekatan, Luna menyiapkan makanan sesuai yang ada pada buku panduan.

Luna juga berusaha untuk selalu mengawasi Rena, Ia takut jika Rena melakukan sesuatu yang berbahaya saat Ia lengah.

Tak lama makanan untuk Rena selesai di buat, Luna segera mengambil kipas kecil agar makanan Rena segera bisa di santap.

Rena yang tak sabar berkali-kali mencoba menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, namun dengan lembut Luna memberi nasihat pada Rena.

"Tunggu sebentar, ya. Makanannya masih panas, kalau buru-buru Rena masukin ke mulut nanti lidah Rena sakit. Sabar ya!" Pinta Luna.

Ajaibnya, Rena menurut dengan semua yang di ucapkan oleh Luna.

Tanpa Luna sadari, ada seseorang yang tengah memperhatikannya dari jauh.

"Sepertinya Dia penyayang anak-anak, Dia juga kelihatannya lemah lembut dan sabar juga. Semoga Dia memang bisa di percaya," ucap seseorang itu.

Terpopuler

Comments

0mezell

0mezell

Yakin dah lina ngarapin luna buat gntiin posisi dia buat ngurus anak dn suami nya

2025-02-11

0

Priskha

Priskha

yuke si pelakor....

2024-11-22

0

Rusmini Rusmini

Rusmini Rusmini

anak yg baik...
eh yuke ngapain lo di situ lekas pulang /Sly/

2024-10-29

0

lihat semua
Episodes
1 Majikan Pertama
2 Peraturan Rumah Khafi
3 Perkenalan
4 Pendengar Misterius
5 Pesona Khafi
6 Sepatu
7 Rahasia Yuke
8 Pengalaman Pertama Luna
9 Status Sosial
10 Jiwa Besar Seorang Nuka
11 Luluhnya Hati Khafi
12 Salah Paham
13 Dugaan
14 Rencana Selina
15 Isi Dalam Buku
16 Tanda-Tanda
17 Akhir Perjuangan Selina
18 Kegundahan Khafi
19 Kejutan Untuk Luna
20 Ancaman Yuke Untuk Luna
21 Hal Tak Terduga Dalam Hidup Luna
22 Meminta Waktu
23 Keputusan Luna
24 Penolakan Yuke
25 Jebakan
26 Bapak Tua
27 Identitas Pak Tua
28 Ijab Qobul
29 Resepsi
30 Malam Pertama
31 Tatapan Pertama
32 Perjanjian
33 Jalan Berdua
34 Permintaan Nuka
35 Status Luna
36 Tentang Erik
37 Jalan Berdua
38 Mencari Alasan
39 Cemburu
40 Kuasa
41 Salah Siapa
42 Ketidaktahuan Erik
43 Kejadian Konyol
44 Menutupi
45 Kekhawatiran Khafi
46 Tiket Bulan Madu
47 Rasa Penasaran Erik
48 Kedatangan Erik
49 Ungkapan Perasaan
50 Pergi Tanpa Pamit
51 Kedatangan Khafi
52 Kemarahan Khafi
53 Keputusan Khafi Tentang Bulan Madu
54 Rencana Yuke
55 Tegang
56 Bali
57 Menyerahkan Diri
58 Kecewa
59 Menguntit
60 Racauan Luna
61 Pindah Hotel
62 Membuka Hati
63 Sia Sia
64 Kejahatan Yuke
65 Kecurigaan Khafi
66 Permintaan Maaf
67 Kondisi Erik
68 Kejujuran Erik
69 Permintaan Erik
70 Kekhawatiran Luna
71 Keputusan Erik
72 Mengikuti Proses
73 Pulang
74 Kejutan
75 Lemah
76 Khawatir
77 Merasa Bersalah
78 Kembali Lemah
79 Dua Kabar Dalam Satu Waktu
80 Asinan
81 Masalah Kandungan
82 Menunggu
83 Gelombang Cinta
84 Lahir
85 Ucapan Terima Kasih
86 Akhir
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Majikan Pertama
2
Peraturan Rumah Khafi
3
Perkenalan
4
Pendengar Misterius
5
Pesona Khafi
6
Sepatu
7
Rahasia Yuke
8
Pengalaman Pertama Luna
9
Status Sosial
10
Jiwa Besar Seorang Nuka
11
Luluhnya Hati Khafi
12
Salah Paham
13
Dugaan
14
Rencana Selina
15
Isi Dalam Buku
16
Tanda-Tanda
17
Akhir Perjuangan Selina
18
Kegundahan Khafi
19
Kejutan Untuk Luna
20
Ancaman Yuke Untuk Luna
21
Hal Tak Terduga Dalam Hidup Luna
22
Meminta Waktu
23
Keputusan Luna
24
Penolakan Yuke
25
Jebakan
26
Bapak Tua
27
Identitas Pak Tua
28
Ijab Qobul
29
Resepsi
30
Malam Pertama
31
Tatapan Pertama
32
Perjanjian
33
Jalan Berdua
34
Permintaan Nuka
35
Status Luna
36
Tentang Erik
37
Jalan Berdua
38
Mencari Alasan
39
Cemburu
40
Kuasa
41
Salah Siapa
42
Ketidaktahuan Erik
43
Kejadian Konyol
44
Menutupi
45
Kekhawatiran Khafi
46
Tiket Bulan Madu
47
Rasa Penasaran Erik
48
Kedatangan Erik
49
Ungkapan Perasaan
50
Pergi Tanpa Pamit
51
Kedatangan Khafi
52
Kemarahan Khafi
53
Keputusan Khafi Tentang Bulan Madu
54
Rencana Yuke
55
Tegang
56
Bali
57
Menyerahkan Diri
58
Kecewa
59
Menguntit
60
Racauan Luna
61
Pindah Hotel
62
Membuka Hati
63
Sia Sia
64
Kejahatan Yuke
65
Kecurigaan Khafi
66
Permintaan Maaf
67
Kondisi Erik
68
Kejujuran Erik
69
Permintaan Erik
70
Kekhawatiran Luna
71
Keputusan Erik
72
Mengikuti Proses
73
Pulang
74
Kejutan
75
Lemah
76
Khawatir
77
Merasa Bersalah
78
Kembali Lemah
79
Dua Kabar Dalam Satu Waktu
80
Asinan
81
Masalah Kandungan
82
Menunggu
83
Gelombang Cinta
84
Lahir
85
Ucapan Terima Kasih
86
Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!