Seseorang mendobrak pintu dari luar kamarku, setelah mendengar suara gaduh dari dalam kamarku, setelah mereka masuk dengan cara paksa, mereka mendapatiku tergeletak tersungkur di lantai dengan Indah berada sebelahku sambil perlahan berdiri.
Adi dan Ica!, ternyata mereka yang awalnya mengetuk dan mendobrak masuk ke dalam kamarku. Setelah mereka melihatku dalam kondisi seperti ini, dengan raut wajah yang panik dan cemas ica menanyakan apa yang terjadi sembari menghampiriku..
Begitu pula dengan Adi yang langsung membantuku untuk bangun, dengan muka yang serius, Adi pun menanyakan apa yang terjadi karena sesaat sebelum dia mendobrak masuk, dia mendengar suara gaduh dari dalam, mangkanya Adi mendobrak masuk karena khawatir.
Iya benar! Lagi-lagi Indah memukul dan mendorong ku sampai terjatuh ke lantai. Untuk ke 3 kalinya aku dipukul sejak pagi tadi. Tanpa rasa bersalah Indah pun hanya terdiam, tanpa bereaksi sama sekali.
[Beberapa saat sebelum Adi dan Ica mengdobrak masuk]
"Gawat! ada yang datang! lebih baik kau bersembunyi dulu," kataku.
"Enak saja! kenapa harus aku, ini kan kamarku!, aku yang duluan menempati kamar ini, harusnya kau yang bersembunyi!" balasnya dengan kesal.
Tanpa sengaja dengan refleks aku memegang tangannya dan ingin menariknya turun dari ranjang itu, tapi dia malah memberontak memukul dan mendorongku sampai aku terjatuh mundur kebelakang dengan sangat keras.
[GEDEBUK!!]
Dan karena itulah mereka langsung mendobrak masuk kedalam.
Indah pun dengan mematung terdiam disudut ruangan, melihat Adi dan Ica yang sedang membantuku bangun menyenderkan punggungku ke pinggiran ranjang.
"Apa yang sedang kau lakukan sampai terjatuh seperti ini?" tanya Adi dengan muka cemas.
"Bukannya sudah kukatakan kalau kalian jangan ke kamarku ?" tanyaku menahan sakit.
"Maafkan kami, kami hanya khawatir kepadamu, ada yang aneh dengan sikapmu," lanjut Ica berbicara.
"Harusnya kau meminta tolong kepadaku!, karena aku, kau harus menempati kamar ini," ucap Adi dengan rasa bersalah. Setelah Adi mengatakan itu, aku pun melihat Indah yang masih mematung disudut ruangan, dengan serius Ica pun memegang bahuku.
"Sebenarnya aku juga datang ke sini, untuk memberitahumu sesuatu," kata Ica sambil memegang lengan bajuku.
Sesaat aku berfikir kalau ada yang aneh dengan situasi saat ini. Aku pun masih bertanya-tanya dibenaku, sambil memandangi Indah yang berada di sudut ruangan.
"Adit!? kau kenapa, apa yang kau lihat disana?" tanya Adi sambil menoleh ke sudut ruangan dimana aku melihat Indah. Ica memanggil namaku dengan menggoyangkan pundakku dan seketika pun aku meresponnya.
"Ha! kenapa? maaf aku baik-baik saja kalian boleh pergi, maaf membuat kalian khawatir." Kataku perlahan berdiri.
"Tapi ada hal yang ingin aku bicarakan kepadamu soal kamar ini!" ujar Ica.
Aku pun memaksa mereka berdua keluar dari kamarku. Dengan rasa bersalah, aku meminta maaf kepada mereka yang sudah mengkhawatirkan diriku. Aku menjawab perkataan Ica kalau itu bisa dibicarakan nanti saja dan menutupkan mereka pint dengan begitu saja.
Perlahan aku menghampiri Indah dan menatapnya dengan curiga. Dengan merasa terancam, Indah memasang kuda-kuda ingin memukul ku dan mengatakan, "Apa yang akan kau lakukan dengan menatapku seperti begitu?"
"Jangan mendekat atau kupukul kau!" lanjut perkataannya.
Dengan jalan perlahan ke arahnya, aku menanyainya dengan curiga, "Siapa kau sebenarnya?"
sampai saat ini, aku masi belum menyadari aura yang Indah pancarkan dari tubuhnya
"Apa maksud dari pertanyaanmu itu?" jawabnya dengan memundurkan langkahnya kebelakang.
"Apa kah kau ini hantu? karena sejak semalam saat aku menuju kamar ini, aku sudah merasakan hal yang aneh dari kamar ini. Aku sangat kelelahan jadi aku menghiraukan perasaanku ini," aku mengatakannya dengan menatap matanya penuh curiga.
"Apa yang kau katakan? jika kau berkata aneh lagi akan kupukul kau." Jawabnya dengan sedikit takut.
Aku mengatakan itu semua karena Adi dan Ica tidak bisa melihatnya yang berdiri mematung disudut ruangan kamar ini, yang sedang memerhatikan kami.
Dengan gelisah dan panik, raut wajah Indah pun berubah ketakutan. Aku tersadar dari tatapan curigaku kepadanya, setelah melihatnya seperti itu. Panik, takut, gelisah, sedih, cemas, seperti itulah yang ku lihat darinya.
Dengan cepat aku mencoba menenangkannya, tapi dia dengan panik memegangi kepalnya dengan kedua tangannya dan terlihat tampak sangat kacau.
"Tidak! Itu tidak mungkin! aku bukan hantu!" ucapnya dengan penuh kegelisahan.
Aku masih berusaha untuk menenangkannya. Aku ingin memeganginya, tapi aku takut kalau saja dengan tiba-tiba dia langsung memukulku.
Melihatnya kacau seperti itu, aku memberanikan diri mencoba meraih tangannya, berharap tidak ada hal buruk yang akan terjadi padaku nantinya.
"Tenanglah sebentar! mari kita bicarakan ini dengan tenang, ok?" ujarku berusaha membuatnya tenang.
Dengan memegangi kedua tangannya, perlahan kuajaknya untuk duduk melantai.
"Apakah kau sudah cukup tenang?" tanyaku, berharap dia baik-baik saja, mungkin dia tidak mengetahui keadaannya saat ini.
Aku mengingat, dulu Oma sering memberitahukan kepadaku soal arwah gentayangan. Katanya arwah-arwah yang gentayangan itu masih ada urusan yang belum terselesaikan semasa hidupnya, maka dari pada itu para arwah bergentayangan.
Arwah gentayangan itu terikat oleh suatu tempat, benda, atau pun perasaan. Konon katanya jika bisa membantunya untuk menyelesaikan urusannya di dunia, arwah-arwah itu akan pergi ke tempat semestinya mereka berada, meninggalkan dunia ini dengan tenang dan damai.
Aku ingin menanyakannya tentang penyesalan apa atau urusan apa yang membuatnya masih terikat di dunia ini yang belum terselesaikan, tapi dengan melihat kondisinya saat ini, aku ragu untuk menanyainya, jadi lebih baik aku menyimpannya untuk nanti.
"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan kepadanya. Aku ingin menceritakan ini ke Ica dan Adi, tapi aku masih belum bisa meninggalkannya sendiri."
Perlahan, aku melepaskan genggaman tanganku dari kedua tangannya, beranjak pergi dari hadapannya secara perlahan untuk menemui Ica dan Adi. Satu langkah pertamaku pun terhenti karena dia, dengan tiba-tiba meraih tanganku dan mengatakan, "Kau mau kemana? jangan pergi, tetaplah di sini."
Aku kaget dengan apa yang terjadi padanya. Dengan mengikuti kemauannya, aku pun kembali duduk seperti semula di hadapannya. Melihatnya bersedih dengan menggenggam tanganku dengan erat, aku bertanya-tanya, "Apa yang sudah terjadi kepadanya sebelum dia jadi arwah gentayangan begini?"
Ica dan Adi kembali kelantai bawah menuju kamarnya masing-masing. Dengan mempertanyakan apa yang ingin dikatakan Ica ke Adit, Adi pun bertanya kepada Ica perihal soal itu. "Ica apa yang ingin kamu bicarakan kepada Adit tadi?". Tanya Adi menghentikan langkahnya.
Dengan menghiraukan pertanyaan Adi, Ica tetap melanjutkan langkahnya ke depan pintu kamarnya. "Nanti saja kita bicarakan itu, kita tunggu Adit keluar dari kamarnya" jawab Ica memasuki kamarnya.
Kembali ke kondisi Indah yang sudah membaik. Adit menanyakan bagaimana perasaannya saat ini, "Apa kau sudah merasa baikan?" Dengan mengangguk tanda Indah merespon pertanyaan Adi.
Melihat tangannya yang dipegang oleh Adit, dengan terkejut dan kesal, secara spontan Indah lagi-lagi memukuli Adit di pipinya dengan berkata dengan sangat kesal, "sampai kapan kau akan memegangi tanganku!"
Dan Adit pun terkena pukulan empat kali di pagi itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments