[di ruang meeting]
Meeting pagi ini bersama dengan Diamond group, membahas sebuah proyek cukup besar tentunya untuk saat ini masih menjadi rahasia. Hanya mereka yang hadir di ruang meeting yang mengetahui rencana proyeknya.
"Pastikan semua tercatat dengan jelas dan lengkap ya Nay." Bisik Nathan di telinga Naya yang sontak membuat Naya sedikit merasa geli, Naya hanya mengangguk.
"Nay, jangan lupa pukul sepuluh nanti kamu ke ruangan mba Dena." Notifikasi pesan WhatsApp dari Laura
"Iya Ra, aku inget. Tapi aku lagi meeting nih, ada serigala di sampingku." Balas Naya di sertakan dengan emoticon nangis
"Syukurlah kalau inget." Balas Laura
"Iya kali, aku lupa yang ada nanti aku langsung di mutasi ke kutub utara, hihi."
" Eh, sepertinya kalau si nenek sihir dan serigala kita jodohkan cocok kayanya," ide konyol muncul dari Laura.
"Eh, ide yang bagus, nanti anaknya sebutannya apa ya?" Naya memikirkan sesuatu hingga ia tersenyum, tanpa ia sadari ada seseorang yang terus memperhatikan gerak - gerik Naya.
"Serigala berbulu domba 🐺🐑" Kata Laura dengan emoticon lucu, seakan hal itu menjadi perbincangan paling menarik.
"Haha.. asli si ngakak, emng cocok mereka berdua sama- sama kaku seperti kanebo kering. Sepertinya memang mereka haus akan perhatian dari lawan jenis." Balas Naya
"Ehm! Sudah selesai kah chating nya?" Nathan sengaja mencoba membuat Naya lebih fokus dengan meeting.
"Sudah pak!" Naya sedikit melirik ke Nathan.
"Nay, tolong saya untuk tampilkan materi dari perusahaan kita yang sudah di siapkan tadi." Pinta Nathan sembari mengambil handphone Naya tanpa sepengetahuannya.
"Baik pak." Naya pun langsung membuka beberapa materi namun tidak di sangka justru yang keluar di layar adalah chating antara Naya dan Laura. Entah kesialan apa lagi yang terjadi siang ini.
Nathan sebelumnya tidak melihat, karena ia fokus membaca proposal milik klien, sedangkan semua orang sudah terlanjur melihat dan membaca yang sudah pasti ikut tertawa. Kemudian Naya buru- buru mencoba untuk menutup kembali, namun telat Nathan yang sudah terlanjur ikut membaca. Tentu membuatnya geram ingin memaki Naya karena ceroboh. Tetapi ia harus menahan karena masih ada klien saat ini.
"Naya, awas saja kamu! Setelah ini lihat apa yang akan aku lakukan!" Gumam Nathan dalam hati kecilnya.
Meeting terus berlanjut, tak terasa waktu kini menunjukkan pukul dua belas siang. Naya yang sejak dari tadi tidak bisa berkutik karena Nathan dan ditambah dengan handphone Naya di sita Nathan.
Sehingga Laura yang sejak dari tadi mencoba menghubungi Naya tidak bisa tersambung karena handphone dalam posisi mati. Laura pun merasa takut karena selalu di teror oleh mba Dena (kepala departemen kesekretariatan).
Rata - rata sekretaris yang berada dalam pengawasan mba Dena bertekuk lutut, karena ia seorang wanita yang tegas, perfeksionis, jutek, dan sadis. Ya sebutan nenek sihir dan kanebo kering memang sepertinya layak untuknya.
Laura kehabisan cara, sampai pada akhirnya ia memilih untuk menemui Naya di ruang meeting. Namun sesampainya ia di ruang meeting ternyata ruangan kosong.
"Naya dimana sih kamu? Kamu tahu gak sih, aku lagi di teror terus ini sama mba Dena. Kalau sampai sepuluh menit lagi kamu tidak muncul, bisa- bisa kamu di nikahin sama pak Nathan!" Gumam Laura sembari berjalan menuju ruangan Nathan.
"Saya gak salah dengar?." Tiba- tiba ada suara dari arah belakang Laura
"Oh...o? tuh kan, Naya.. please buruan datang kesini. help me please!" Laura terkejut ternyata ada mba Dena yang mendengar gumaman Laura.
"Kamu bilang apa tadi?."
"Enggak mba, mungkin saya salah ngomong." Laura mencoba mengelak
"Laura, saya tadi dengar kamu. Apa iya telinga saya bermasalah?"
"Mana saya tahu mba." Laura mengangkat bahunya
"Tapi omongan mu tadi terdengar jelas, masa iya si saya salah." Mba Dena memastikan kembali.
"Maaf mba, bukan kurang ajar. Mba terakhir bersihin telinga kapan?." Dalam hati Laura pengen ketawa tetapi takut dosa.
"Kemarin.." jawabnya singkat
"Coba mba ke dokter THT deh, kali salah dengar. Mana ada saya ngomongin mba Dena yang paling HITS ! Sejagat Antero." Alih - alih sedikit mengulur waktu agar Naya segera muncul.
"Iya siapa tahu, selama ini kamu menyimpan dendam kepada saya."
"ih, mba Dena dosa tahu, berpikiran yang enggak - enggak. Entar gak dapat jodoh loh mba."
"Oh jadi kamu doain saya, pantas saya gak dapat jodoh sampai saat ini! Kurang ajar kamu ya!" Mba Dena marah besar dengan Laura.
"Bukan gitu mba, ah! Kabur..." Laura pun berlari beruntung hari ini ia hanya memakai sepatu highlish tiga centimeter, tetapi hampir sampai depan pintu ruangan CEO, mba Dena ternyata sudah menyusul Laura. Tanpa mereka melihat dari arah depan, ada Nathan dan Naya yang tidak sengaja terdorong hingga tersungkur, beruntunglah Naya ia tepat terjatuh dalam pelukan Natan.
Tentu hal ini sangat memalukan tidak hanya Naya namun juga Nathan di depan para klien.
"Hei ! Sejak kapan ini kantor berubah jadi taman bermain?." Bentak Nathan yang masih dalam kondisi memeluk Naya.
"Laura? Mba Dena?." Panggil Naya dengan netra yang memandang mereka secara bergantian.
"Maaf Nay, kamu sih gak datang ke ruangan nenek sihir. Malah sekarang kamu asyik pelukan dengan serigala ganteng." Laura berbisik pada Naya, alih- alih sembari membantu Naya berdiri.
Tanpa mereka sadari, Nathan masih dalam kondisi duduk di lantai. Sedangkan Laura merangkul Naya pergi meninggalkan mba Dena dan Nathan.
"Naya! Kamu sekretaris saya, seharusnya bantu saya berdiri. Gimana sih!" Kesal Nathan pada Naya.
"Permisi pak." Pamit mba Dena pada Nathan
"Kamu! Bukan kah kepala departemen kesekretariatan?"
"Iya pak, benar."
"Saya mau, kamu didik dan latih kembali semua sekretaris di masing- masing departemen. Saya gak perduli mau diapakan mereka. Susah benar diatur!" Nathan bergumam sembari meninggalkan Mba Dena.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments