Sesampainya di rumah. Karin bergegas pergi ke kamarnya dan membuka sebuah kotak yang berada di dalam lemari. Rupanya kotak itu berisi gitar klasik yang berwarna coklat muda. Sambil duduk di atas ranjang, Karin sesekali memetik dan mengusap gitar itu.
Ada sedikit kesedihan pada raut wajahnya. Entah apa yang sedang dipikirkannya.
Diam-diam Deny memperhatikan sang kakak yang sedari tadi memainkan gitarnya.
"Kakak lagi ngapain?" tanya Deny yang bersandar di depan pintu.
"Ehh, ng...nggak lagi apa-apa kok." jawab Karin gugup.
Raut wajah yang tadinya sedih, kini sedang berusaha untuk membuat senyum palsu. Tapi Deny paham betul apa yang di pikirkan kakaknya.
"Kakak masih mikirin dia?"
"Apaan sih Den? Kakak ini loh cuma mau nyiapin untuk malam inagurasi aja." senyum palsu Karin.
"Kak." Deny memandang serius sang kakak.
"Di depan Deny, kakak nggak usah pura-pura tersenyum. Aku tau perasaan kakak, aku tau kesedihan kakak. Jadi kalau kakak mau cerita, cerita aja biar hatinya kakak plong." jelas Deny dengan berhati-hati.
"Kakak nggak apa-apa kok Den. Kamu tenang aja." Karin berusaha menenangkan diri.
"Ya udah kalo gitu. Kakak lanjutin aja berlatihnya, yang semangat ya kak." senyum Deny. Karin pun ikut tersenyum.
"Nah gitu dong, kalo senyum kan kelihatan cantik." Deny berusaha mencairkan suasana.
"Baru sadar ya kalo aku ini cantik?"
"Hem, mulai deh ke PeDeannya muncul." ledek Deny.
"Hahahaha." tawa Karin.
.
.
.
Malamnya semua persiapan inagurasi sudah selesai. Panggung pun sudah dipersiapkan sedemikian rupa dengan tata letak lighting ala-ala panggung konser. Semua peserta yang akan tampil sudah berkumpul di belakang panggung, dan peserta MOS yang lainnya sudah berjajar rapi duduk di depan panggung. Bahkan ada banyak kakak kelas yang rela datang juga untuk melihat penampilan peserta murid baru.
Terlihat Karin sedang duduk di sebuah bangku di belakang panggung. Mengenakan setelan kaos putih polos yang dipadukan dengan blazer warna biru langit dan celana jeans sedang memainkan gitarnya.
"Gugup ya Rin?" tanya kak Alin.
"Eh, nggak kok kak."
"Nih minum dulu Rin, buat ngurangi demam panggung." kak Alin menyodorkan segelas air putih kemasan. "Kita dapat nomor urutan kelima, nggak apa-apa kan?"
"Nggak apa-apa kak, lebih cepat lebih bagus biar nggak makin grogi." senyum Karin. "Oh iya kak, toiletnya dimana ya kak? Lagi kebelet nih."
"Ohh toilet. Di samping ruang laboratorium, belok kiri. Nah disitu ada toilet cewek." kak Alin menunjukkan jalan.
"Ohh oke, terima kasih kak."
Karin bergegas pergi ke toilet. Tapi saat melewati ruang laboratorium ternyata pintunya sedikit terbuka dan terdengar suara orang yang sedang berbicara.
Siapa ya? Malam-malam begini masih ada orang ya di laboratorium? Ah bodo amat, mau ke toilet dulu deh.
Selesai dari toilet, ternyata suara di ruang laboratorium masih terdengar. Bahkan sekarang ada suara ******* seorang cewek.
Karin pun penasaran, dia berusaha mengendap-endap untuk melihat.
Dan alangkah terkejutnya Karin, di sebuah ruang laboratorium yang remang-remang itu ada sepasang kekasih sedang bercumbu. Bahkan baju si cewek sudah setengah terbuka. Karin pun salah tingkah.
Ihh bodo banget sih aku, ngapain juga ngintip orang yang lagi pacaran. Pikirnya.
Saat hendak pergi dari sana, ternyata si cowok tahu akan kehadiran Karin. Dia melirik Karin dengan tajam tapi masih sambil menciumi si cewek. Sejenak mereka berdua saling pandang dan akhirnya Karin langsung buru-buru pergi.
Aduh bodo banget sih aku? Tadi dia lihat aku nggak ya? Aduh malu banget tau, malah ngintipin orang pacaran lagi.' sesalnya. 'Tapi ngomong-ngomong siapa ya mereka? Apa mereka orang luar sekolah? Tapi nggak mungkin juga kan orang luar bisa masuk ke sekolah di jam-jam segini.' batin Karin.
"Kamu kenapa Rin?" tanya kak Doni.
"Eh, kak Doni. Nggak apa-apa kok kak."
"Kirain ada apa. Soalnya mukamu pucat gitu. Apa jangan-jangan kamu grogi dan mau mundur ya?" sindir kak Doni.
"Ya nggak lah, aku nggak mungkin grogi. Cuma agak dikit gugup aja." canda Karin.
"Hahahahaha. Semangat ya Rin, dua lagu loh." senyum kak Doni.
"Beresss." sambil mengacungkan jempolnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Ku pikir Doni tuh yg bikin ulah, untung aja bukan..
2025-03-01
0