Kota Ringfelsental, di sini lah kita sekarang. Kota yang begitu megah dengan berbagai gaya hidup yang mewah dan kehidupan orang-orangnya yang begitu glamor dengan penampilan mereka yang begitu luar biasa. Kota ini bukan lah ibu kota negeri Mesovania, tapi ini adalah salah satu kota yang paling ramai kedua di negeri ini dan tentunya di sini lah para orang kaya berkumpul.
Hanya dengan bermodalkan kaki, uang sebesar 100 Hapiah, dan seorang petunjuk jalan, akhirnya aku sampai di kotanya orang-orang kaya ini. Sesuai dengan perkiraan Tristan, dengan berjalan kaki, kami sampai ke kota itu dalam waktu lebih dari 6 jam karena kita beberapa kali berhenti untuk beristirahat dan mengisi energi karena sejujurnya aku tidak sanggup jika harus terus berjalan tanpa beristirahat.
"Tuan, Anda yakin Kita akan menemui orang yang akan Anda temui itu dengan penampilan kita yang seperti ini?" tanya Tristan di tengah perjalanan kami menuju sebuah penginapan yang bernama penginapan Forbelian.
Kulirik teman seperjalananku dan kuamati penampilannya dari atas sampai bawah untuk memastikan seburuk apa penampilannya.
"Well, Kau memang tampak seperti gelandangan dengan pakaianmu yang kau robek itu ... Tapi Aku masih terlihat seperti orang normal pada umumnya, jadi kukira kita aman," ujarku dengan tampang sedikit sombong padanya.
"Tuan, pakaian Anda memang tampak masih bisa ditolerir, tapi wajah dan bau Anda benar-benar sudah tidak bisa ditolerir lagi!" timpalnya yang membuatku terjatuh sejatuh jatuhnya.
Mendengar komentarnya, aku pun memeriksanya sendiri dengan mencium bau badanku sendiri.
"Hhhpppsss ... OHOK! OHOK!" ternyata bau badanku begitu sungguh luar biasa sampai-sampai aku dibuat terbatuk-batuk karenanya. "Ck, dia benar ternyata!" teriak batinku.
Tak ingin berkecil hati, aku yang sangat percaya diri dengan wajahku yang ganteng ini pun mencoba berkaca pada kaca jendela sebuah toko untuk membuktikan bahwa aku tidak semenyedihkan itu.
"Cih, sial! Benar-benar tidak bisa diharapkan!" gerutuku setelah kulihat wajahku yang memang ganteng tapi sangat berantakan dengan minyak, debu, dan keringat menempel dengan bebasnya menyelimuti permukaan kulitku. Selain itu rambutku juga begitu sangat acak-acakan, benar-benar tampak seperti gelandangan.
"Ppppttt ..." Tristan tampak serang berusaha menahan tawa melihat aku yang begitu sangat kesal setelah melihat penampilan diri sendiri yang memang tak jauh dirinya.
Aku hanya meliriknya sampai dia malu sendiri, lalu berhenti tertawa.
"Ekhm ... Well, Tuan, bagaimana sekarang?" tanyanya pada akhirnya setelah ia berhasil meredakan tawanya.
Kulihat jam tanganku terlebih dahulu sebelum memutuskan apa yang akan kulakukan selanjutnya. Waktu menunjukkan pukul setengah 12 malam dan itu sungguh waktu yang sangat mepet untuk bertemu dengan Gremlyn di penginapan itu.
"Lupakan penampilan! Kita harus segera menuju penginapan itu!" seruku yang agak sedikit panik setelah mengetahui waktu yang tersisa.
Setelah bertanya kesana-kemari, akhirnya kami berdua sampai di depan penginapan Forbelian.
Penginapan itu ternyata hanyalah penginapan kecil dan terpencil yang sepertinya orang kaya tidak mungkin menginap di sana. Melihat itu, aku menjadi ragu akan kondisi finansial dari pelangganku ini.
"Tidak, tidak, dia sudah mengirimkan sejumlah uang yang begitu banyak padaku bersamaan dengan surat itu, jadi mungkin ini tidak seperti yang kubayangkan," pikirku yang berdiri terpaku di depan penginapan.
"Tuan, apakah Anda yakin Anda bisa mendapatkan begitu banyak uang dari pelanggan ini? Melihat penginapan ini membuat Saya menjadi ragu," ucap Tristan meragukan pelangganku itu.
Aku menoleh padanya sembari menyeringai dengan santainya.
"Well, kita tidak akan tahu sampai kita masuk ke dalam!" ujarku.
"Hah~" Tristan menghela napas panjang mendengar jawabanku. "Tuan, perlu saya ingatkan Anda bahwa saat pulang nanti Anda tetap harus membayar hutang Anda!" serunya dengan tegas mengingatkanku akan hutang-hutangku.
"Ya, ya, tenang saja, aku ingat hutang-hutangku kok," jawabku yang untuk saat ini tidak peduli dengan hal sepele itu.
Ia malah menatapku curiga untuk beberapa saat.
"Hentikan tatapan itu! Sudahlah, ayo cepat Kita masuk!" seruku sembari berjalan masuk ke dalam penginapan mendahuluinya.
***
Setelah memasuki penginapan itu, aku langsung menuju ke meja resepsionis untuk menanyakan ruangan Tuan Gremlyn Mcvoy.
"Nona, Aku ingin bertanya, apakah betul pria yang bernama Tuan Gremlyn Mcvoy menyewa ruangan di sini?" tanyaku pada seorang wanita yang sedang bertugas di resepsionis.
"Hm ... Tuan Gremlyn Mcvoy ... Ah ya, betul Tuan, ekhm ..." jawabnya dengan ramah setelah ia menemukan nama yang kusebutkan itu dalam buku tamu.
Wanita penunggu meja resepsionis itu sangat ramah, meski memang tidak tampak jelas, tapi samar-samar kulihat dia sedang berusaha menahan napas karena bau badanku ini.
"Maafkan Aku nona, tapi Aku tidak sempat mewangikan diri sebelum ke sini," pikirku yang merasa miris sendiri dengan kondisiku saat ini.
"Ekhm ... Baiklah kalau begitu, bisa tolong beritahu Aku ruangannya dimana?" Tanyaku lebih jauh.
"Lebih baik Anda langsung saja temui beliau, karena beliau tepat di belakang Anda," jawab nona resepsionis itu.
"Hah, apa?!" Aku kaget dan dengan sigap langsung menoleh ke belakang untuk memastikan.
Setelah menoleh ke belakang, tampaklah seorang pria yang penampilannya begitu menyilaukan dengan pakaian yang begitu bagus, rapi dan wajah yang sangat memukau meski kerutan di wajahnya terlihat samar.
Pria itu memandang balik aku dengan seksama sebelum ia berkata, "Anda Tuan Inglebert Ivory Harald?"
Aku lalu membalikan badanku dengan sempurna sehingga kami pun berdiri berhadapan.
"Benar, dan Anda pasti Tuan Gremlyn Mcvoy, betul?" tanyaku dengan senyum mengembang mengetahui bahwa pelangganku benar-benar orang kaya.
Pria itu mengangguk sedikit sembari membalas senyumanku. "Betul ... Well, Saya sangat senang, ternyata Anda benar-benar datang, tadi Saya pikir Anda tidak akan datang sehingga Saya tadi hampir saja kembali pulang," ujarnya. "Ini, saya mau mengembalikan kunci ruangannya," sambungnya sembari menunjukkan sebuah kunci kamar yang sepertinya akan ia kembalikan pada meja resepsionis.
"Well, kalau begitu ..." Ia lalu menyodorkan tangannya untuk mengajakku berjabat tangan dan tentu saja aku menerima jabat tangan yang ramah itu. "Selamat datang, Tuan Harald," ucap Gremlyn dengan ramah.
"Hm, orang kaya ini ramah sekali! Kukira dia sama halnya seperti para orang kaya yang sok itu," komentarku dalam hati seketika teringat akan masa lalu.
Aku lalu memperkenalkan Tristan padanya untuk menunjukkan bahwa dia datang bersamaku. Pria itu memperlakukan Tristan sama seperti ia memperlakukanku, benar-benar ramah.
Setelah itu, ia pun meminta kami untuk mengikutinya menuju ke ruangan yang sebelumnya hampir saja ia tinggalkan.
***
Beberapa saat kemudian, kami sampai di sebuah ruangan berukuran cukup luas yang hanya terdapat satu tempat tidur dan satu set meja, kursi sederhana di tengah-tengah ruangan serta sofa yang tampak sangat empuk di bawah jendela. Pokoknya ruangan itu sungguh sederhana.
"Tuan-tuan sekalian, silakan duduk," ucap Gremlyn mempersilakan kami duduk saat kami masuk ke dalam ruangan itu.
Aku dan Tristan pun duduk di hadapan Gremlyn dengan senang hati. Ia lalu menatap kami satu persatu untuk memastikan bahwa kami sudah duduk dengan nyaman.
"Tuan, sebelumnya Saya ingin meminta maaf karena saya datang sangat terlambat dan bahkan telah membuat Anda menunggu saya seharian," ucapku.
"Tak apa Tuan, Saya mengerti mungkin karena jarak kota Kita terlalu jauh sehingga terlalu memakan banyak waktu," ujar Gremlyn.
Kami berbincang-bincang sebentar mengenai perjalanku yang tidak lancar saat menuju ke sini dan sesuatu mengenai pria itu sebelum membicarakan maksud sebenarnya mengapa ia hendak menggunakan jasaku.
"Wah, Anda ini kaya sekali ya tuan ..." Komentarku setelah ia membicarakan mengenai dirinya.
"Ahahaha, tidak kok, Saya hanya orang biasa ... Ngomong-ngomong Saya bersyukur Anda dan rekan Anda ini bisa lolos dari para bandit itu, semoga saat nanti Anda-anda semua kembali pulang, hal serupa tidak akan terjadi lagi," timpal Gremlyn yang penuh dengan pengertian.
"Hehehe, kuharap Kau akan membayar lebih karena kejadian itu, hehehe," pikiran penuh harapan itu terlintas di kepalaku.
Pria itu lalu membenarkan posisi duduknya agar terasa nyaman, kemudian menatap kami dengan serius.
"Baiklah, Tuan-tuan sekalian, karena Kalian sudah datang ke sini, jadi Saya menganggap Anda menerima tawaran pekerjaan dari saya ..." Pria itu mulai berbicara lagi, tetapi kali ini terdengar serius.
Aku pun mengangguk dengan sangat yakin karena ingin segera mengetahui pekerjaan seperti apa yang akan diperintahkan orang kaya ini padaku.
"Tapi sebelum itu Saya harus ingatkan pada Kalian bahwa pekerjaan ini sangat rahasia dan Saya harap Kalian tidak mengatakan apapun pada orang-orang mengenai pekerjaan ini," tegasnya dengan tatapannya yang begitu tajam pada kami.
"Hoo, jadi itulah alasan mengapa Anda memilih bertemu dengan Saya di penginapan yang sangat terpencil ini ... Baiklah, tenang saja Saya bisa menutup mulut rapat-rapat, dan Kau juga kan, Tristan?" tanyaku mengalihkan pandangan pada rekan seperjalananku.
Tristan hanya mengangguk, tentu saja ia tidak akan membocorkan apa yang akan Gremlyn ini katakan.
Gremlyn tampak lega dan puas dengan jawaban kami berdua. Ia kemudian sedikit memajukan badannya ke depan dan siap untuk mengatakan hal selanjutnya.
"Bagus, kalau begitu biar Saya katakan pekerjaan apa yang akan saya berikan pada Anda, Tuan Harald -"
"Panggil saja saya Ebert, Tuan," Seruku dengan refleks memotong pembicaraan pelangganku yang hampir saja sampai pada intinya.
"Baiklah, Tuan Ebert ... Kalau begitu pekerjaan Anda dari saya adalah ... Membawa kembali putra saya ke rumah!" Akhirnya ia pun mengatakan tugasku disini.
"Well, baiklah, akan aku lakukan ... Tapi -"
"Jika Anda berhasil membawa dia pulang, Saya akan memberikan uang sebesar 5 juta Harpiah untuk Anda!" selanya yang sepertinya tahu bahwa maksud dari perkataanku selanjutnya adalah mengenai biaya dari jasaku ini.
"LI ... LIMA JUTA!!!!" teriakku dalam hati yang kaget bukan main mendengar nominal yang tak pernah kubayangkan akan kudapatkan dalam waktu dekat ini.
Begitupun dengan Tristan, kulihat dia juga melongo mendengar tawaran Gremlyn.
Aku sangat senang mendengar nominal itu bahkan aku sampai ingin melompat dan berteriak di depan orang kaya ini. Namun, karena aku adalah seorang profesional, jadi aku harus menjaga kesanku darinya.
"Kenapa Anda diam, Tuan? Apakah itu masih kurang? Bagaimana kalau saya tambah menjadi 6 juta?" tanyanya yang malah menambah nominalnya padaku yang hanya diam terpaku karena saking terkejutnya.
"AH! ITU SUDAH CUKUP TUAN! ANDA TERLALU BERMURAH HATI! TENANG SAJA, SAYA AKAN MENJALANKAN TUGAS INI DENGAN SEPENUH HATI!" Teriakku yang begitu sangat antusias dengan apa yang akan ku dapatkan ini.
"Ahahaha, baiklah kalau begitu, Saya senang jika Anda menerima tawaran Saya ..." ucap pria kaya itu sembari tersenyum dengan tampang yang seperti tidak terganggu telah membuang-buang uangnya.
Setelah aku begitu antusias dengan jumlah uang itu, tak lama aku terpikirkan sesuatu yang begitu sangat penting.
"Tunggu Dulu?! Jika dia berani mengeluarkan uang sebegitu banyaknya, bukannya itu berarti tugasku ini tidak sesepele itu?" pikirku yang entah mengapa merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Bersambung ...
...----------------...
Author : Tuh kau mau jadi orang kaya tuh! Selamat bersenang-senang ... Meski duitnya masih dalam khayalan ...Hehehe
Ebert : Entah mengapa aku merasa seperti Author si**an ini sedang merencanakan sesuatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Radiculous😸😸
Ya kalo gak direncanain gak bakalan jadi lah novelnya😂
2023-10-28
1
Radiculous😸😸
Jantungan lah kau dengernya bert🤣
2023-10-28
1
Radiculous😸😸
Ngarep aja dulu😂
2023-10-28
1