Auhh sakit!!" Teriaknya salah seorang dari bocah kecil itu yang terduduk ke atas aspal bersalju.
Ayun segera melepas tangannya dari lengannya Ibrahim untuk membantu anak kecil itu. Ayun mengulurkan tangannya ke depannya anak kecil itu yang nampak ketakutan. Naluri keibuannya menyeruak seketika dari dalam lubuk hatinya yang terdalam. Ayun terpukau dan takjub melihat wajah ketiga anak kecil itu yang seperti keturunan Indonesia.
"Sini kakak bantuin kamu berdiri,apa enggak dingin duduk seperti itu terus?" Tanyanya Ayunda dalam bahasa Indonesia karena, anak itu tadi berteriak menggunakan bahasa Indonesia juga.
Anak yang berkepang dua itu segera menyambut tangannya Ayun dengan senyuman lebarnya.
"Makasih banyak kakak cantik," ujarnya gadis cilik itu.
Ayunda tersenyum karena feelingnya benar dan tepat sekali, jika mereka berasal dari Indonesia.
"Apa kalian dari Jawa atau Bandung?" tanyanya Ayun kepada Hana.
"Mama kami asli orang Sumatera sedangkan ayah dari Jakarta," jawabnya Hana.
Sedangkan kedua adiknya yang satunya anak laki-laki yang berpegang erat di kaki kanannya sedangkan yang satunya yang perempuan yang mengikat rambutnya seperti ekor kuda itu seperti ingin menangis saja. Mereka ketakutan jika Ayunda adalah orang yang berniat jahat padanya.
Ibra berjongkok di depan ketiga anak kecil itu, "Kenapa gemetaran? Kalian tidak perlu takut seperti itu dengan kakak, kami enggak makan anak kecil kok," tuturnya Ibra.
"Ka-mi ti-dak takut tapi kami lapar kakak belum makan seharian," ucapnya gadis yang paling tinggi dari yang lain.
Ibrahim Ibrani Hasyim Asy'ari dan Ayunda Oktavia Hasyim Asy'ari saling bertatapan satu dengan yang lainnya itu," kalau lapar apa kalian mau temani kakak makan di dalam kebetulan kakak sama suaminya kakak juga belum makan," timpal Ayun sambil mengelus perutnya Itu dengan senyuman termanisnya.
"Tapi, ka-kak kami tidak punya uang," ucapnya sendu anak berambut ikat satu itu lagi.
"Kalian tidak perlu khawatir untuk bayar makanannya, semuanya kakak yang akan bayar kok, jadi kalian hanya duduk dengan tenang sembari menikmati makanan yang kakak pesankan, gimana kalian setuju?" Tanyanya Ibra.
"Hore! Kami akhirnya bisa makan," sorak ketiganya bersamaan sembari melompat-lompat di tempatnya itu.
Berselang beberapa menit kemudian, mereka sudah duduk di salah satu meja yang cukup panjang yang memuat tubuh mereka berlima. Mereka melanjutkan percakapan hingga pesanan mereka sudah tersaji di hadapannya dengan aroma makanan yang langsung menyeruak hingga menusuk Indra penciuman mereka.
Ayun mengelus rambutnya salah satu dari mereka yang tubuhnya paling kecil dari ketiganya itu dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
"Kalian harus makan yang banyak yah," pintanya Ayun penuh kelembutan dan kasih sayang.
Anak laki-laki itu terdiam saja tidak seperti saudarinya yang lainnya, ia sedih dan air matanya menetes membasahi pipinya itu.
"Kok kamu enggak makan? Kenapa apa makanannya gak kamu suka?" Tanyanya Ayun penuh penasaran.
"Mama belum makan apapun di rumah sendirian, karena papa balik ke Indonesia tidak mengajak kami dengan mama," jawabnya anak yang dipanggil Aeri Astuty itu.
Ibra dan Ayun saling melempar pandangan matanya," MasyaAllah… anak-anak kecil seusia empat tahun itu sungguh mulia hatinya karena mengingat kondisi mamanya," pujinya Ayunda.
"Kalau gitu kamu makan saja dulu, setelah kita selesai makan baru beliin untuk mamanya gimana? Setuju gak dengan usulannya kakak Aeri?" tanyanya Ibra.
Aeri Asmirah itu mengangguk sambil tersenyum lebar dan seketika itu raut wajah kesedihannya hilang seketika. Mereka segera makan dan menghabiskan makanannya yang tersedia di depan mereka semua.
Mereka berangkat berjalan kaki saja ke rumahnya Hana, Gun dan Aeri dengan berjalan kaki, karena jarak dari tempat restoran itu cukup dekat. Ayun terkejut melihat pemandangan rumahnya Hana dengan kedua adiknya itu yang sama sekali tidak layak huni.
"Kalian tinggal di rumah ini?" Tanyanya Ibra yang memastikan apa mereka benar atau salah.
Mereka menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan perkataan dari Ibra. Mereka menutup mulut mereka saking terkejutnya melihat kondisi rumah yang hampir rubuh itu. Dengan hanya dua ruangan yang tersedia mereka pakai sebagai kamar tidur sekaligus.
"Mama!" Teriaknya Aeri yang berlari kencang ke arah dalam rumahnya.
Mamanya yang baru bangun dari tidurnya terkejut mendengar teriakannya dari anak keduanya itu.
"Aeri apa yang terjadi padamu Nak?" Tanyanya dengan suara lemah tak bertenaga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
💞 RAP💞
sedih rasanya tdk semua yg tinggal di negeri orang itu enak
2023-03-24
3
FarAh kHan
kasihan hidup mereka di negeri orang
2023-03-07
1