Malam ini Dewo keluar dari rumahnya, ia ingin mencari Mario yang sering beredar di Kafe Ajib -ajib. Mario adalah tangan kanan seorang pemilik tender perumahan yang saat ini sedang menjadi pegangannya. Mario berhasil menyingkirkan Dewo sebagai rivalnya. Ia sengaja menggandeng bos mafia untuk melancarkan semua aksinya. Sebenarnya proyek perumahan itu hanya sebagian dan di bagian belakangnya ia akan membuat kafe untuk mencari keuntungan pribadinya.
"Bos ada yang mau ketemu, biasa teman baik bos yang cupu itu," ucap salah satu anak buah Mario.
"Suruh dia masuk kesini," tegas Mario yang sedang bersantai di sebuah sofa panjang di temani beberapa wanita panggilan di bawah naungannya dan satu sloki minuman berlabel premium yang saat ini biasa ia tenggak dengan kesombongan.
Tidak lama Dewo pun masuk ke dalam ruangan khusus dimana Mario berada. Kedua matanya mengedar jelas ke seluruh penjuru ruangan tersebut.
"Mario ada yang ingin aku bicarakan, empat mata," ucap Dewo dengan santai.
Mario menatap Dewo saat masuk ke dalam ruangan itu dan menyimak ucapannya.
"Santai bro ... Duduk saja dulu, minum dulu, baru kita bicara dari hati ke hati, sama gue tuh, semua pasti beres," ucap Mario membuat Dewo semakin bersalah.
Dewo pun duduk di salah satu sofa tunggal yang empuk dan tepat berada di depan Mario. Kedua sikutnya berpangku pada paha dan satu tangannya menutup mulutnya, sambil berkali -kali memejamkan kedua matanya dan melempar pandangannya ke arah lain.
Mario sengaja membuat Dewo menunggu dan memanas -manasi teman karibnya itu.
"Aku harus nunggu berapa lama? Menunggu kalian bermesraan seperti ini terus? Bisa sampai besok pagi," kesal Dewo pada Mario.
Mario menyudahi semua aktivitasnya dan menciumi pipi satu per satu dua wanita yang sedang menemaninya saat ini. Lalu memberi kode kepada mereka semua yang ada di ruangan ini untuk pergi dan meninggalkan mereka berdua saja.
Semuanya sudah pergi, pintu ruangan itu sudah tertutupkembali dnegan rapat.
"Sudah kosong. Loe mau bilang apa? Bukan kah acara Saras masih besok?" tanya Mario berkelit. Mario berusaha meyakinkan Dewo yang untuk tidak membatalkan semua rencanannya, karena dari bau -baunya, Dewo akan membatalkan semua perjanjian tak bertuan itu.
"Aku tidak jadi membawa Saras besok kemari, sepertinya aku akan memberikan pekerjaan lain untuk Saras," tegas Dewo pada Mario.
"Apa?!" teriak Mario nampak frustasi. Apa yang ia yakini benar terjadi. Tapi alasannya apa? Bukankah Dewo masih banyak membutuhkan uang dan masih banyak berhutang pada Tuan Takur. Kalau sampai Tuan Takur tahu, jika Dewo ikut membebaskan Saras dari ryumah besarnya tentu Dewo tidak akan pernah selamat. Sayang, Mario baru mengenal Tuan Takur dari Bos Mafia yang memberikan keppercayaanya sehari seelum ia kembali ke kota.
"Biasa aja, gak perli teriak juga," tegas Dewo pada Mario.
"Loe gila Dewo!! Loe kan udah terima dua puluh persen dari pembayaran Saras yang udah gue jual kepada klien gue setelah dia nyanyi besok. Loe lupa, keperawanan Saras itu di bayar sangat mahal sekali. Loe lupa? Loe sendiri yang nekat jual Saras. Bener gak?" ucap Mario mengingatkan.
"Sorry ... Masalah uang yang udah aku terima nanti aku balikin. Aku minta nomor rekening kamu aja, pasti aku transfer. Aku harap, kamu bisa nolong aku untuk yanag terakhir kalinya," pinta Dewo dengan wajah memelas.
"Gue gak bisa nolong loe. Sorry Wo. Gue gak mau tahu, loe besok harus bawa Saras kesini atau loe bawa perempuan lain untuk menggantikan posisi Saras yang penting dia harus virgin. Gue gak peduli soal ini, dan gue gak mau tahu lagi. Kalau loe, mangkir, loe akan tahu apa akibatnya buat loe nanti," tegas Mario yang pergi begitu saja dari hadapan Dewo. Mario tidak mau ada penawaran lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments