5

Setelah selesai latihan, Aira diajak ke luar untuk berbelanja. Rupanya mereka mempunyai ketentuan yang berlaku saat berada di luar seperti sekarang. Aira tak lagi memanggil master seperti biasanya, tapi langsung berubah menjadi ayah kalau di muka umum.

Selesai belanja keperluan Aira, mereka segera ke rumah sakit untuk cek rutin kesehatan Aira. Menurut dokter gadis itu sangat sehat, tak ada masalah yang ditemukan sama sekali. Hanya amnesia yang dia alami belum tahu kapan bisa sembuh. Ya, Aira lupa dengan segalanya. Memang dia sering bermimpi seseorang berbisik padanya untuk terus hidup, tapi dia lupa bagaimana wajahnya. Tepatnya dia tak bisa melihat wajah orang tersebut.

Hal ini lah yang membuat Aira benci untuk terlelap, dia lebih memilih berlatih dan berlatih dari pada harus tertidur dan mengalami mimpi yang serupa. Bisa gila dia kalau memimpikan hal yang sama setiap kali dirinya terlelap.

"Rileks saja, mau permen?" tanya si dokter menyodorkan beberapa bungkus permen beraneka rasa.

"Tidak!" balas Aira tegas.

"Kenapa? Karena anda sudah dewasa dan tak cocok memakan permen yang manis?" tanyanya lagi sambil memeriksa Aira.

"Ya," kali ini jawaban dari Aira lebih singkat.

"Tak ada masalah, semuanya bagus," tukas si dokter selesai memeriksa kondisi Aira. "Bagaimana tidur anda?" tanyanya lagi.

"Tak ada masalah," balas Aira.

"Hoo, anda masih tak pandai berbohong," tukas si dokter memperhatikan wajah Aira. "Anda tak bisa tidur sama sekali, bukan?!" bukan pertanyaan, ini merupakan pernyataan yang dibuat oleh dokternya.

"Sedikit," ucap Aira dengan suara datar. "Dan itu bukan masalah besar,"ucap gadis itu lagi.

"Mau saya resepkan obat tidur?" tanya si dokter menatap Aira.

"Tidak perlu," tolak gadis itu. Dia bukannya tak bisa tidur, dia sendiri yang justru tak ingin tidur kalau bisa.

"Baiklah, anda bisa tetap di sini. Biar saya bicara dengan wali anda," kata si dokter keluar dari ruang pemeriksaan.

Aira menghela napas panjang, dia memejamkan mata dan berusaha untuk terlihat tenang. Dia sangat tak suka bau rumah sakit, tapi dia lebih tak suka kalau dirinya bermimpi buruk saat tidur. Kenapa dia tak menanyakan pada dokternya, dia malas karena tahu tak ada obat yang cocok untuk gejala yang dia alami.

"Tuan Raymond, maaf membuat anda menunggu lama," ucap si dokter duduk di kursinya.

"Tak apa, bagaimana kesehatan Aira?" tanya Raymond memasang tampang khawatir.

"Semuanya baik, hanya saja Nona Aira kesulitan untuk tidur," kata si dokter menjelaskan.

"Berikan saja obat, akan saya pastikan dia menghabiskan semua obat yang anda berikan, dok!" kata Raymond cepat.

"Sayangnya pasien saya tak menginginkan obat apa pun karena dia merasa kondisinya tak begitu buruk," balas si dokter.

"Apa tak bisa berikan vitamin saja?" tanya Raymond lagi.

"Baiklah, akan saya buatkan resepnya," ucap si dokter mulai menulis resep vitamin yang bisa membantu Aira.

"Kalau begitu kami permisi, dok!" tukas Raymond setelah mendapatkan resepnya. Aira juga sudah menyusul ke luar dari ruang pemeriksaan tadi.

"Hati-hati di jalan, tuan," balas si dokter ramah.

"Terima kasih," kata Raymond kemudian berlalu pergi.

...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...

"Kamu ingin makan sesuatu sebelum kita kembali?" tanya Raymond menawarkan untuk makan di luar saja.

"Tidak, master," kata Aira menjawab.

"Bagaimana kalau kamu belikan orang-orang di markas makanan? Kamu yang pilih," tukas pria itu lagi.

Aira hanya mengangguk, malas untuk menolak lagi. "Ayo kita beli di sana saja!" tukas Raymond menunjuk kafe teras yang tak jauh dari mereka.

Aira ikut saja, terserah apa mau bosnya. Mau membeli di mana saja dia tak masalah. "Selamat datang, silakan dilihat-lihat menunya," ucap seorang pelayan menyambut kedatangan keduanya.

"Pilih yang mana menurutmu enak," tukas Raymond berbicara pada Aira.

Aira membuka buku menu yang diberikan padanya, dia membalik-balik halaman dan kemudian menutup kembali buku menu itu. "Bungkuskan semua, buat dalam lima porsi untuk setiap menu!" kata gadis itu.

"Ya?" si pelayan yang menulis pesanan Aira melongo tak percaya.

Raymond terkekeh melihatnya. "Buatkan sesuai perkataannya!" tukas Raymond.

"Ba, ba, baik!!!" kata si pelayan tergagap. Dia sering melihat orang kaya, tapi belum pernah melihat yang seperti Aira dan Raymond. Keduanya seolah memesan tanpa pikir panjang.

"Kukira kamu memperhatikan buku menu dan memilih beberapa makanan, rupanya kamu menghitung berapa banyak menu yang tertulis di sana dan membeli sesuai jumlah anggota kita, ya!" Raymond kembali terkekeh, dia meras tingkah Aira cukup menghibur. "Pintar, sangat pintar!" puji pria itu sedikit bangga dengan kecepatan pemikiran Aira dalam memutuskan sesuatu.

Dibantu oleh beberapa pelayan kafe, makanan yang dipesan Aira dimasukkan semuanya dalam bagasi mobil mereka. Tentunya Raymond sudah membayar semuanya dengan tunai. "Sayang, kamu harus mengganti uang yang aku keluarkan hari ini, ya?!" kata pria itu melirik usil Aira.

"Master yang menyuruh saya, jadi saya tak berkewajiban menggantikan apa pun!" balas Aira cepat.

"Aku memang menyuruh kamu memesan makanan, tapi aku tak pernah menyuruh kamu memborong banyak makanan, bukan?!" timpal Raymond tersenyum licik.

"Akan kutagih uangnya dari mereka nanti di rumah," ucap Aira menemukan solusi dengan cepat.

"Berapa yang akan kamu minta? Aku tak mau merugi, sayang!" tukas Raymond lagi.

"Lima ratus ribu untuk satu porsinya. Akan saya pastikan anda menerima banyak keuntungan, master!" kata Aira lagi.

"Bercanda, aku hanya bercanda, bonekaku!" bisik Raymond menarik sudut bibirnya. "Biarkan mereka makan dengan tenang, kamu tak perlu meminta bayaran," lanjut pria itu lagi.

"Baik, master!" tukas Aira patuh.

Raymond tersenyum puas, terbukti kalau Aira akan melakukan apa saja yang dia perintahkan. Aira bisa menjadi senjata yang akan memusnahkan semua musuhnya. Nanti, tunggu saatnya tiba. Raymond akan membuatkan panggung yang megah untuk kemunculan perdana boneka cantiknya itu.

Begitu sampai di kediaman mereka, gerbang tinggi yang memisahkan mereka semua dengan dunia dunia luar. "Bos sudah datang," sambut anak buah Raymond. "Bagaimana perjalanan anda, bos?" tanya mereka ingin tahu.

Raymond tak menjawab, dia melemparkan kunci mobilnya. "Ambil makanan di bagasi! Ucapkan terima kasih pada Aira, kalian bisa makan enak karena Aira yang memesan makanannya," kata pria itu.

"Wah, terima kasih, bos! Terima kasih, nona!" kata mereka serempak.

Aira melangkah masuk ke dalam, malas ikut ribut bersama yang lain. Dia lebih memilih mengurung diri dari pada berbaur dengan semuanya.

Anak buah Raymond akhirnya pesta makan-makan. Aira memesan begitu banyak makanan, hingga mereka puas menyantap semuanya. Terlalu ribut, terlalu menjengkelkan untuk berada di tempat yang sama dengan orang-orang seperti mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!