Menunggu cewek memang sangat menyebalkan bagi Barnes, tapi kekesalannya kini terbayarkan dengan pesona yang belum pernah dia dapatkan dari gadis manapun.
Lihat saja, gadis dengan seragam putih tapi bawahannya sudah ia ganti dengan celana jeans, di tangan kanan nya ada bola basket yang selalu setia dibawanya, tak lupa rambut panjang yang ia cempol asal menambah kesan berbeda di mata Barnes.
"Cielah segala bawa bola basket segala lo Nes, udah pacaran aja sama bola basket!" cetus Feli yang melihat Nessa atau gadis yang mereka tunggu sudah tiba.
"Hahaha lo tau sendiri kalau gue nggak bawa ni bola ntar dia di rumah beranak bisa berbae gue!" sahut Nessa.
"Gue sama siapa nih? Nggak mungkin gue ikut tapi bawa mobil, kan?" tanya Nessa yang mampu membuyarkan lamunan Barnes.
"Astaga mikir apa gue barusan, dia itu tetep cewek yang super duper ribet pasti!" batin Barnes dengan menyimpan besi standar motornya.
"Eh, eh Bar! Lo sendirian kan?" Rifki menghentikan Barnes yang baru saja akan melajukan motornya.
"Nggak! Gue sama tas!" ketus Barnes.
"Ya elah, bawa cewek kek sekali-kali, gue sama Jody ini!" Rifki memohon.
Mendengus kesal akhirnya Barnes mengiyakan permintaan dari Rifki, "Ya udah ayok!"
"Nes, lo bareng sama Barnes yak!"
"Ok!" sahut Nessa singkat, gadis itu kini sudah nangkring di atas jok motor, tepatnya di belakang punggung Barnes.
"Bar! Tas lo ngabisin jok belakang tuh! Kasihan Nessa ntar jatuh lagi, anak orang itu." Jody berucap.
"Kan, apa gue bilang? Cewek selalu ngeribetin!" batin Barnes dengan memindah tas punggungnya di depan.
BRUMMM...
Kuda besi milik Barnes kini sudah melaju membelah jalan raya, sedikit bertanggung jawab, Barnes meraih tangan Nessa, dan ditariknya tangan itu agar berpegangan pada pinggangnya.
"Pengangan! Ntar jatuh, gue lagi yang kena marah!" sedikit berteriak Barnes berucap.
"Iya!" sahut Nessa dengan berteriak juga.
Tak membutuhkan waktu lama, sekitar 15 menit Barnes dan kawan-kawan sudah tiba di lokasi, yang sudah nampak kacau.
Turn dari motor Barnes sedikitpun tak menghiraukan gadis yang tadi di bonceng nya.
Kerusuhan masih terjadi di tanah lapang alun-alun, sepertinya dua kubu ini sudah sepakat untuk adu fisik di sini.
Barnes masih menatap dati kejauhan, Rifki kini sudah berdiri di sampingnya dengan tongkat baseball yang di bawanya.
"Sekarang?" tanya Rifki, Barnes hanya mengangguk, mereka segera berlari masuk ke dalam kerusuhan itu.
Menyerang secara membabi buta, Barnes awalnya bisa melumpuhkan beberapa anggota dari kubu lawan.
Dengan tangan kosong Barnes layaknya Takiya Genji yang tengah melawan ribuan musuh.
Merasa musuh mulai mundur secepat ini Barnes merasa heran, "Ada apa ini? Apa ini jebakan?" batinnya dengan melihat ke sekeliling.
Saat itu lah matanya terpaku pada gadis yang hampir kewalahan melawan musuh. Indah sekali gerakan gadis itu, dengan bola basket yang ia pantulkan menggugurkan lawannya satu demi satu, dan kerennya lagi bola Oranye itu kembali ke tangannya, seolah binatang peliharaan yang sudah nurut saja.
Terpaku dengan pesona gadis dengan bola oranye ungu yang tak lain adalah Nessa, lengah Barnes hingga__
Bugh...
Siiiiiiinnngggg!!!
Mendadak pandangan Barnes gelap, laki-laki tampan dengan darah yang menghiasi kedua tangan dan juga ada goresan-goresan di wajah itu menoleh ke arah belakang dengan memegangi tengkuknya, dan__
Brugh...
Sudah tak terlihat lagi semua pemandangan, semua gelap, Barnes terkapar tak berdaya di tanah lapang penuh kerusuhan itu.
...("sB&sB")...
"Gila tu orang, berani-beraninya dia nyerang Barnes, minta di mutilasi emang." samar indera pendengaran Barnes menangkap suara-suara tak asing.
"Tumben banget ini Barnes kena serangan!" lagi-lagi ada ucapan itu.
"Kalian gimana sih? orang namanya berkelahi ya pasti bakal ada luka lah!" kali ini ada suara gadis.
"Awas kalian minggir, biar gue obatin dia! Cowok bukannya gerak cepat malah gibah! Ntar kalau temen kalian ini mati gimana coba?!"
"Eh jangan gitu dong Nes ucapan lo! Kubu kita bakal kalah besar kalau sampe Barnes kenapa-kenapa!"
Perlahan Barnes merasakan perih ditangan, ia merasa kulit halus dan dingin itu menyentuh kulit tangannya yang penuh luka.
Perlahan terbuka mata sipit nan tajam itu, "Lo ngapain?!" tersentak Barnes mendapati Nessa yang tengah duduk di samping dirinya berbaring.
"Diem lo! Sini biar gue obati dulu!" cetus Nessa dengan menarik kembali lengan yang sempat Barnes jauhkan dari tangan Nessa.
"Aduh aw! Sakit bego!" Ketus Barnes kala salah satu lukanya di tekan oleh jemari lentik Nessa.
"Makanya diem!" Akhirnya Barnes mengalah.
"Nurut aja kenapa sih Bar! Lagian hari ini lo kacau banget kenapa coba?!" tanya Rifki, jujur saja kekalahan Barnes hari ini membuat banyak hati yang kecewa.
Terdiam Barnes, ia malah menatap lekat wajah Nessa yang masih fokus dengan luka di tangannya.
"Kira-kira kutukan lo tadi beneran nggak ya?" gumam Barnes tiba-tiba, Rifki yang berdiri di tak jauh darinya tidak begitu mendengar, sedangkan Nessa tetap fokus dengan pengobatannya.
"Apa?" tanyanya Rifki, tapi kali ini malah Barnes sedikitpun tak menyahutinya.
"Dah tangan lo selesai, sekarang maaf ya." mengatakan kata maaf Nessa melepas jepit rambut yang menyimpan rambut poni panjangnya, kemudian ia gunakan untuk menjepit rambut poni milik Barnes.
Ctak...
Tersentak Barnes dari lamunannya, "Sudah." ucap Nessa, kedua mata remaja beda gender itu saling bertemu satu sama lain.
Bibir dengan warna pink natural itu membuat Barnes terpaku, terdiam cukup lama Barnes dengan pandangan itu juga dengan pikiran kutukan yang Rifki berikan...
Perlahan Barnes membingkai wajah Nessa dengan kedua telapak tangannya, sontak gadis itu balas memandang dirinya.
Perlahan tapi pasti Barnes memangkas jarak diantara keduanya, sedikit memiringkan wajah, remaja tampan itu mempertemukan kedua bibir yang terasa manis itu.
Barnes mulai merasakan rasa manis yang semanis permen milkita, hingga__
Pick...
Pick...
Pick...
"Woy!!! Udah selesai, ini kalau mau permennya pegang sendiri, udah mending dikasih, masih mau di suapin," gerutu Nessa sambil membereskan Kotak P3K yang tadi digunakannya.
Tersentak Barnes mendengar suara jentikan jari di depan wajahnya, juga suara Nessa bahkan permen lolipop milkita yang menempel di bibirnya.
Barnes membuka matanya yang terpejam dan "Astagah!" keluhnya, ternyata yang barusan itu hanya bayangan kotornya saja.
Barnes melahap permen yang masih dipegang Nessa, "Thanks, ya!" cetusnya dengan menggigit gagang permen yang digigitnya.
"It's no problem! btw lo bisa bawa motor nggak nih? Kalau nggak bareng gue aja gimana?" tanya Nessa.
"Nggak makasih, gue bisa sendiri!" tolak Barnes, ia masih menjaga jarak apalagi dengan otak mesum yang sempat merasuki otak geniusnya...
Yuk dukung dan beri vote biar othor makin semangat up nya... see y0u next episode...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments