“Rachel... Hey, Rachel...”
Suara lembut dan mendayu itu terdengar jelas di telinga Rachel. Mengusik Rachel yang baru terlelap beberapa menit lalu.
Antara sadar dan tidak, mata Rachel langsung terbuka dan menunjukkan warna kemerahan dibola matanya.
“Kak Ivana.” Rachel segera bangkit.
Karena menjaga Brandon ia sampai tidak sadar kalau ketiduran disofa samping tempat tidur Brandon.
“Sorry, ngagetin ya?” Ivana duduk di tepian tempat tidur Brandon dan memperhatikan sang adik ipar.
“Nggak kok kak. Tadi aku ngecek Brandon, dan Brandon ke bangun mau minum. Niatnya aku mau nemenin dia dulu tapi malah ikut ketiduran.” Aku Rachel apa adanya.
Kepalanya masih berdenyut pusing karena bangun tiba-tiba. Pikirannya pun masih antara di alam mimpi tentang Nata atau sudah berada di dunia nyata.
“Maaf ya, kamu pasti capek banget bantu aku jagain Brandon, beberapa hari ini.” Ivana menatap Rachel penuh sesal. Ia bisa membayangkan bagaimana lelahnya hari-hari yang dilalui Rachel untuk menjaga putranya.
Andai ia tidak terikat dengan pekerjaannya yang mengharuskannya bolak balik keluar kota, mungkin ia tidak akan meninggalkan dan menitipkan Brandon pada Rachel.
“Iya kak. Selama empat hari ini Brandon gak terlalu sering tantrum. Cuma tadi dia marah gara-gara tangan robotnya patah. Dia lari-lari terus nyenggol gelas dan pecah. Terus, pecahannya keinjek sama Brandon. Kaki Brandon,” Rachel menjeda kalimatnya dengan menunjukkan kaki Brandon yang terbungkus kasa.
“Udah aku obatin. Lukanya gak terlalu dalam cuma darahnya cukup banyak dan dia panik.” Terlihat Rachel yang merasa sangat bersalah.
“Iya, aku tau. Tadi mamah udah nelpon aku. Kamu sendiri gak apa-apa?”
Perhatian Ivana beralih beralih mencemaskan Rachel.
Warna merah dipipinya masih terlihat berbayang karena kulitnya yang putih. Juga luka di sudut bibirnya yang masih terbuka. Ia tahu persis kalau Martha memang ringan tangan. Ia tidak segan memukul orang lain apalagi Rachel. Wanita itu tidak pernah sembunyi-sembunyi melakukannya, membuat seisi rumah tahu bagaimana perlakuan kasarnya terhadap Rachel.
“Oh, aku gak apa-apa kak.” Rachel berusaha tersenyum pada Ivana yang mencemaskannya. Ia tidak mau membuat ibu satu anak ini merasa bersalah.
Tapi Ivana tahu benar usaha Rachel setiap harinya. Tanpa di duga, tiba-tiba Ivana memeluk Rachel. Rachel sempat terkejut karena sikap tiba-tiba Ivana memeluknya, namun ia membiarkan Ivana memeluknya dengan erat.
“Makasih banyak yaa, kamu selalu bantu aku. Maaf karena aku udah banyak ngerepotin. Aku gak tau harus gimana kalo gak ada kamu, Chel.” Ungkap Ivana dengan sungguh.
Rachel bisa mendengar ketulusan dari ucapan Ivana. Terdengar kelegaan dihembusan nafasnya. Sejak pertama bertemu, Ivana memang selalu bersikap baik padanya. Ivana sudah menganggap Rachel seperti adiknya sendiri dan itu membuat Rachel merasa nyaman.
Selama empat hari ini, Ivana pergi keluar kota untuk mengurus masalah utang piutang perusahaannya. Perusahaan yang sempat jatuh bangkrut ini, sedikit demi sedikit mulai Ivana perbaiki bersama Nata. Dan keharusan ia pergi keluar kota pun tentu bukan tanpa alasan.
“Kakak nggak ngerepotin kok. Aku juga seneng main sama Brandon. Dia bisa bersikap sangat manis sama aku. Tadi pagi aja dia nyuapin aku semangka.” Rachel sengaja menceritakan hal yang menyenangkan pada Ivana agar wanita itu terhibur.
“Oh ya? Dia bisa melakukannya?”
Ivana langsung terlonjak sambil menutup mulutnya tidak percaya. Lihat saja ekspresi wajah Ivana yang langsung sumeringah mendengar cerita sederhana itu.
Bagi sebagian ibu, disuapi oleh anaknya mungkin hal yang biasa. Tapi bagi Ivana, disuapi oleh anaknya yang istimewa itu tentu sesuatu yang berharga.
“Iya, tadi aku sama Brandon makan semangka karena aku pikir dia udah lama gak makan buah. Tau-taunya dia suka banget dan malah aku yang disuapin. Dia bisa makan sendiri sampai habis walau mukanya belepotan. Nanti aku kirimin fotonya ke kakak.” Urai Rachel dengan penuh semangat.
“Ya ampuuunnn, gemes banget.” Mata Ivana sampai berkaca-kaca karena terharu.
“Ada apa nih, kok kayaknya seru banget?” Seorang laki-laki menghampiri mereka yang tidak lain adalah Brams, suami Ivana.
Rachel mengangguk sopan menyambut Brams.
“Ini tadi Rachel bilang Brandon nyuapin dia semangka. Uuhhh gemes banget…”
“Aku aja belum pernah disuapin tapi Rachel malah udah duluan. Eeemmm… Aku iri.”
Suara Ivana terdengar bergetar menahan tangis. Ia menggunakan punggung tangannya untuk mengusap air mata yang menetes dengan sendirinya. Ia sangat terharu, Brandon yang antisosial namun menunjukkan pencapaiannya yang sangat membanggakan.
“Wah, itu progress yang bagus. Aku juga belum pernah di suapin Brandon.” Brams ikut antusias. Laki-laki itu menatap Rachel dengan penuh perhatian.
“Apa aku bilang, cuma Rachel yang bisa jaga Brandon. Aku gak bisa percaya sama orang lain dan Brandon pun gak nyaman sama orang lain.” Ivana menggenggam tangan Rachel dengan erat.
“Aku harap kamu juga segera punya anak. Jadi nanti Brandon ada temennya. Dan mudah-mudahan, setelah kamu punya anak, sikap mamah juga bisa berubah. Untuk sekarang, aku cuma bisa bilang, sabar yaa dan makasih banyak… Tenang, aku pasti bantu kamu hadapin mamah.” Ivana menatap Rachel dengan sungguh.
“Iya kak. Makasih…” timpal Rachel. Ini sangat berarti untuk Rachel.
Lagi Ivana memeluk Rachel dengan sayang, beberapa saat. Dua orang di hadapan Rachel ini memang selalu memperlakukan Rachel dengan baik.
“Kalau gitu, aku ke atas dulu ya kak.” Pamit Rachel setelah Ivana melerai pelukannya.
“Iya. Kamu istirahat ya, mimpi yang indah.” Ivana mengusap pipi Rachel dengan sayang.
“Iya kak. Aku permisi. Selamat malam kak.” Rachel mengangguk takjim pada Ivana dan Brams.
“Malam…” timpal Ivana dan Brams bersamaan.
Sebelum pergi, Rachel sempatkan untuk menoleh Brandon. Disamping kejadian mengagetkan tadi, hari ini Brandon memang sangat luar biasa.
“Anak kita memang istimewa ya, Mas.” Ungkap Ivana yang sedang memandangi wajah Brandon yang terlelap.
“Iya, dia juga sangat tampan sepertiku.” Timpal Brams sambil memeluk Ivana dari samping.
“Kamu bisa aja. Iya sih, dia memang mirip kamu.” Balas Ivana seraya mengusap pipi Brams yang si penuhi rambut-rambut halus dan rapi.
“Sudah pasti.” Brams membalasnya dengan kecupan dikepala Ivana. Beberapa saat mereka sama-sama memandangi Brandon. Selain rasa sayang, tentu saja ada rasa khawatir yang mengisi hati mereka.
“Aku kayaknya mau WFH aja deh untuk project sekarang. Aku pikir, gak cuma Rachel yang seharusnya menjaga anak kita.” Ucap Brams tiba-tiba.
“Benarkah?” Ivana menoleh tidak percaya.
“Iya. Pekerjaan aku bisa di remote dari sini, paling aku fokusin nyelesein kerjaan pagi-pagi, setelah itu aku bisa gantian sama Rachel buat jagain Brandon. Gimana menurut kamu?” Brams menatap Ivana, menunggu persetujuan istrinya.
Pekerjaan Brams yang memang dibidang IT, dengan mengembangkan sistem keuangan perusahaan, membuat ia bisa melakukan pekerjaannya dengan fleksibel, bisa darimana pun.
“Okey, aku setuju. Biar Rachel juga ada waktu buat dirinya sendiri. Kasian dia selalu diprotes Nata karena gak bisa jaga penampilan. Aku gak mau liat mereka berantem terus.” Ungkap Ivana dengan sungguh.
“Iya, aku juga kasian sama Rachel.” Aku Brams, sambil mengusap lengan Ivana untuk menenangkan istrinya.
Dalam beberapa saat keduanya saling terdiam dengan pikirannya masing-masing.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Ririn
kok tercium bau2 brams akan hamilin rachel hehhehee
2023-05-26
1
Bunda dinna
Masih nyimak
2023-03-08
1
N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
semoga brams beneran baik ya, ga ada udang dibalik batu tiba2 mau wfh 🤔
2023-03-02
1