"Apa kau ingin menyelamatkan rombongan mereka?" tanya si pria paruh baya, seakan dia dapat menorek keluar isi kepala pria tampan di depannya dan membaca semua yang coba dia sembunyikan.
"Bawa aku ke tempat mereka sekarang!" perintahnya langsung berdiri.
"Jangan gegabah!" Pria paroh baya itu menasehati.
"Perasaanku kuat. Mereka sedang dalam bahaya besar!" ujarnya tak sabar.
"Baiklah." Pria paroh baya itu menyerah menahan si peri tampan yang ingin menyelamatkan orang lain.
Keduanya kembali ke tempat tabib. Pria paroh baya itu menyentuh kepala Elf pria beberapa saat.
"Dugaanmu benar!" ujarnya. Sebuah cahaya segera mengelilingi kedua orang itu. Tabib memperhatikan cahaya terang yang perlahan menghilang.
Tabib tua berjanggut putih dan berkaca mata bulat itu menggelengkan kepala. "Dia berulah lagi. Seakan segala sesuatu adalah petualangan seru saja!" gerutunya.
*
*****
Gilang sudah pasrah dengan nasibnya. Dia memejamkan mata untuk menerima kematian.
Kesiuran angin melintas cepat di depannya. Dia sudah menunggu lama dengan mata tertutup. Namun, kematian tak juga menghampiri.
Perlahan kelopak matanya terbuka. Meski pandangannya mengabur tapi Gilang tahu bahwa Orc di depannya sudah lenyap entah ke mana.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya seorang pria paroh baya.
Dia yang baru datang, langsung melihat seorang Orc yang sudah siap untuk mencincang seorang pria di bawah pohon. Tangannya mengibas cepat, tepat sebelum gada besar penuh duri tajam itu mencincang pria yang sudah tak berdaya di sana.
"Tolong, selamatkan Putri Cristal!" ujar Gilang sebelum jatuh dan kehilangan kesadaran.
Pria paruh baya itu terkejut. Dia tak mengira mereka adalah rombongan Putri Kerajaan Elf.
"Mereka rombongan putri kerajaan Elf!" seru pria tua itu pada komandan pasukan peri yang sedang memeriksa di suatu tempat.
"Ya! Aku menemukan pasukan mereka lainnya di sini!" sahutnya.
"Apakah ada yang masih hidup?" tanya pria paruh baya itu lagi. Dia sudah membawa tubuh gilang, melayang di udara.
"Tak ada yang hidup di sini. Mereka tewas dengan gagah berani!" ujarnya sedih.
"Aku menemukan satu orang yang entah masih bisa diselamatkan atau tidak!" kata pria paruh baya itu.
"Mari kita bawa mereka semua, sebelum pasukan Orc kembali kemari!"
Komandan pasukan peri itu mengeluarkan cahaya dari tangannya, lalu perlahan mengangkat tubuh para prajurit Elf yang tewas. Kemudian selubung cahaya yang dibuat pria paroh baya, membuat mereka menghilang dari sana dalam sekedipan mata.
Tabib mendapat satu pasien lainnya yang kondisinya paling parah. "Aku tak tahu apakah bisa menyelamatkan pria ini," kata tabib.
"Pertahankan saja nyawanya. Aku sudah menyuruh prajurit mengirim kabar ke kota. Mereka pasti akan segera mengabarkan pada kerajaan Elf. Dan kau sangat tahu, kekuatan batin para ELf mampu menyelamatkan salah seorang dari mereka dari situasi kritis!" kata komandan pasukan.
"Tapi dia bukan Elf!" bantah tabib. Ditunjukkannya telinga Gilang yang sama sekali berbeda dengan para Elf dan para peri.
"Apa dia bagian dari Bangsa Penyihir?" tanya komandan, Dia mendekat untuk memperhatikan lebih teliti.
"Perkiraanku, dia juga tak mempunyai kemampuan sihir!" Tabib mengangkat tangan Gilang.
"Tangannya kekar, berbuku-buku dan kapalan. Itu hanya akan ada pada orang yang bekerja kasar. Dan dia seperti seorang pemain pedang!" Tabib memeriksa telapak tangan Gilang dengan teliti.
"Bangsa Penyihir apa yang menggunakan pedang, ketimbang sihir, dalam menghadapi Orc?" Komandan mengerutkan keningnya bingung. Baru kali ini dia bertemu bangsa penyihir yang tidak bisa sihir.
"Siapapun dia, selamatkan semampumu!" Komandan meninggalkan rumah tabib setelah memberi perintah terakhir.
Kemudian memeriksa para prajurit Elf yang tewas. Anak buahnya sedang membersihkan mereka, untuk disimpan nanti. Komandan itu harus menunggu perintah selanjutnya dari atasan di kota.
*
*****
Di istana Angel.
Wanita itu gelisah sejak siang, setelah kepergian Cristal dan rombongannya. Pasalnya, siang tadi dia baru mendapat kabar dari istana Raja, bahwa perbatasan negara Penyihir sudah jatuh dan dikuasai Orc.
Mertuanya menyuruh beberapa prajurit terpilih untuk mengejar rombongan itu, agar menghentikan perjalanan. Namun, tengah malam ini mereka kembali dengan tangan hampa. Rombongan Cristal dan Gilang tak ditemukan, hingga di perbatasan Tanah Tak bertuan.
Hatinya sangat gelisah setelah mendapat kabar tersebut. "Apakah mereka menghadapi pasukan Orc di perbatasan Negara Penyihir?" Angel sangat cemas. Bujukan ibu mertua dan putranya, Levyn, tidak dapat menghapus ketakutannya.
"Ibu rasa, ayahmu harus dikabari tentang hal ini," gumam Angel.
"Bu, ayah sedang menghadapi Elf yang mengacau di kota sebelah utara! Jika kita memecah perhatiannya untuk sesuatu yang belum pasti, maka itu akan merugikan pasukan yang ada di sana," bujuk putranya.
"Lalu, bagaimana dengan kakakmu!" sergah Angel tak sabar.
"Ada Paman Gilang dan Komandan Pasukan khusus yang menjaganya. Dia akan baik-baik saja!" kata pangeran muda itu enteng.
"Lagi pula, tidak akan ada Orc yang bisa tahan dengan kecerewetan kakakku!" katanya sambil tersenyum geli.
"Keadaan ini bukanlah sebuah lelucon!" bentak Angel marah. Dia merasa kecewa. Putranya tak dapat memahami kegentingan situasi yang ada saat ini.
"Kakek bilang, akan mengirim pasukan lain, menyusul ke perbatasan Negara Penyihir." Pria muda itu memberi informasi yang tadi didengarnya.
"Kenapa mereka tidak pergi sekarang saja!" gerutu Angel tak sabar.
"Pasukannya harus dipilih dulu. Lagi pula, berbagai pertimbangan harus dipikirkan. Urusan ini kan harus sepengetahuan Paman Raja!" jelas pangeran Elf muda itu.
"Agrhhh!" erang Angel kesal. "Terlalu banyak birokrasi!"
Putranya menggelengkan kepala. Dia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ibunya sangat tahu bahwa mereka tak boleh melangkahi kewenangan raja. Kegelisahan lah yang membuat ibunya tak sabar dan tak bisa berpikir panjang seperti sekarang.
Pangeran muda itu terus menemani Angel hingga ibunya itu tertidur kelelahan. Kemudian dia keluar ke halaman. Melihat taman rumah mereka yang indah, Akan tetapi, keindahan itu tak dapat menghapus hatinya yang sebenarnya gelisah. Dilihatnya horizon di kegelapan malam.
"Apapun yang kau alami, bertahanlah hingga kami menemukanmu!" bisiknya ke udara. Matanya memejam dan seberkas cahaya putih samar, terbang ke udara.
"Pergi!" bisiknya, setelah membuka mata. Cahaya itu terbang dan kemudian menyatu dalam gelap malam.
Pagi hari, berita mengejutkan datang dari Negara Peri. Dikatakan bahwa mereka menyelamatkan seorang wanita dan pria Elf di hutan perbatasan mereka. Dan bahwa Putri Cristal hilang dibawa lari Orc.
Angel pingsan saat mendengar kabar itu. Kekhawatirannya terbukti. Levyn segera meminta pelayan untuk membawa ibunya beristirahat di kamar. Sementara dirinya segera pergi ke kediaman kakeknya, untuk minta pendapat.
"Baiklah. Kita kabari ayahmu!" jawab Pangeran Felix. Levyn lega, karena kakeknya bersedia mengikuti keinginan ibunya.
Seekor burung diterbangkan untuk mengirim pesan pada Pangeran Glenn.
"Katakan pada Paman Raja, aku mau masuk ke dalam tim pencari!" pinta Levyn.
"Tunggu ayahmu kembali! Negara ini yak boleh melepas semua pangerannya ke lapangan!" Kakeknya mengingatkan.
Levyn mengeluh panjang. Pangeran mahkota sedang pergi bersama ayahnya untuk menumpas para Orc di kota lain. Maka dia menjadi pangeran berikutnya setelah putra pamannya yang ketiga. Sementara pangeran ketiga itu masih belum cukup umur. Jadi Levyn tak bisa meninggalkan posnya di ibu kota kerajaan.
Seakan tahu apa yang dipikirkan oleh cucunya, Felix menghibur.
"Raja sudah memerintahkan menyiapkan satu pasukan besar untuk menyusul mereka ke Negara Penyihir. Siapapun Orc yang membuat ulah di sana, mereka harus menghadapi tentara kita. Berani-beraninya menyentuh cucuku tercinta!" geram Pangeran Felix marah.
Namun, itu tak dapat menghibur Levyn. "Jika masih tidak ada kabar baik hingga besok, Aku sendiri yang akan mencarinya!" Levyn meninggalkan kakeknya dengan tak puas.
*********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
🍁мαнєѕ💃🆂🅾🅿🅰🅴❣️
ayo lanjut seru nih
2024-02-17
0
范妮
keren ya dunia kerajaan
AK blm bs bkin yg begini..
2023-04-02
3