Dekrit Kekaisaran

"Nyam!"

"Duh! Panas!"

"Hahaha, makanya hati-hati kalau makan! Masih panas di telan langsung!" Kazuki ikut terkekeh mendengar ucapan pedagang roubao itu. Dia sedang duduk menekuk lutut ke dada di atas kotak dekat gerobak roubou kedai teh sambil memakan roubou panas yang diberikan percuma oleh si pedagang.

"Ya habisnya ini enak sekali, sih!" Kazuki mengambil gigitan panas lagi. Dia sedang berteduh dari gerimis pagi yang mendung.

"Ack!"

"Haha, banyak orang mengatakan seperti itu!" paparnya percaya diri. Kazuki menjulingkan matanya mendengar hal itu. Tidak aneh sih, kedai si pedagang ramai pembeli. Pastinya dagangannya enak.

"Ngomong-ngomong anak muda, bajumu bagus sekali." Pedagang itu menunjuk pakaian Kazuki sambil tersenyum. Kali ini pemuda itu kebingungan dengan ucapan si pedagang, dia kembali tidak tahu maksudnya. Alhasil karena berpikir terlalu berlebihan Kazuki melepaskan bajunya, hendak diberikannya pada si pedagang. Dia mengira si pedagang menginginkan pakaiannya sebagai ganti roubao gratis itu, walaupun harganya tidak seimbang.

"Eh-eh..bukan itu yang ku maksud!" Pedagang menggeleng-gelengkan kepala agar Kazuki mengerti, tapi pemuda 20 tahun itu tetap kekeh ingin memberikan pakaian yang sepertinya dapat terjual mahal itu.

Karena si pedagang terus mengelak akhirnya Kazuki melempar baju itu ke muka si pedagang kemudian meloncat pergi ke atap.

"Telanjang dada begini tidak akan membuatku mati!" lontarnya sok kuat. Angin sejuk tiba-tiba berhembus.

"Di-di-dingin-!"

Haccho!

Setelah sarapan di pagi gerimis, Kazuki pergi ke daerah air terjun yang sudah diketahuinya sejak kemarin malam untuk berlatih di sana. Dia memperkuat jurus-jurus yang sudah dipelajari, yang dengan itu dia berhasil membuat rumah dari jurus kayunya.

Kazuki juga berusaha mencari alternatif termudah untuk mengendalikan elemen tanpa perlu menggunakan segel tangan terlebih dahulu. Dia mulai bisa sedikit demi sedikit mengendalikan elemen udara dengan memusatkan cakra di pergelangan tangan dan kaki.

5 hari berlalu dia habiskan untuk berlatih pengendalian elemen sambil mencari informasi tentang hutan hujan cakra hingga terdengarlah kabar datangnya dekrit kekaisaran.

Di depan balai kota di mana terdapat papan pengumuman di sana, penduduk berkumpul menyaksikan seorang prajurit utusan Kekaisaran datang membawakan gulungan berisi dekrit kekaisaran. Kazuki di atap penginapan tidak jauh dari sana segera memasang telinga agar tidak ketinggalan pengumuman yang akan di sampaikan.

"Dekrit Kekaisaran, atas izin surga dan kehendak Kaisar, bahwasanya datangnya dekrit ini kejatuhan sampai pada 15 hari ke depan, akan dilaksanakan sayembara di hutan provinsi Hang selatan. Targetnya adalah penangkapan hewan spiritual, dengan jumlah tidak terkhusus kan. Bagi seorang pemenang maka kaisar sendiri akan memberikan baginya bunga istana!"

Whooaa

Teriak penduduk histeris, pemenang sayembara akan dijadikan menantu Kaisar. Entah akan di nikahkan dengan Putri yang mana.

Sementara itu Kazuki yang tengah mengamati dengan baik, terganggu di tengah-tengah oleh datangnya elang hitam dengan sedikit warna merah di lehernya mematuknya beberapa kali. Hingga Kazuki hanya sempat mendengar setengah dari pengumuman.

"Perwakilan satu pria tiap keluarga. Para wakil keluarga yang mengikuti sayembara akan di umumkan 3 hari ke depan, selesai!" prajurit itupun turun dari panggung dan segera mencari minum untuk membasahi tenggorokannya yang kering setelah berteriak.

"Astaga, apa yang di ucapkan nya terakhir tadi, ini semua salahmu, elang!" sentak Kazuki pada si elang.

tuk

"Au, tanganku, ku bakar baru tahu!" burung itu pun menciut.

"Yang pasti di daerah bernama ibukota Kekaisaran akan di adakan sayembara berhadiah!" Senyum miringnya tercetak jelas. Kazuki pergi dari sana meloncat-loncat ke arah barat. Di tengah jalan dia mencuri sehelai syal merah dari penduduk yang berpapasan dengannya untuk di gunakan sebagai baju. Dengan penuh semangat Kazuki mengatur seluruh strateginya di kepala.

\=\=\=\=\=\=

"Kaisar mengadakan sayembara di dalam dekrit yang baru-baru ini, Meimei, kamu tahukan apa yang akan terjadi?" tanya Putri Qiaofeng pada adiknya dengan wajah khawatir. Sementara Putri Fangyin dengan wajah datarnya yang cantik, kali ini tidak tertutupi cadar hanya diam.

Pandangannya menelisik kertas dengan cap merah yang tengah dipegangnya.

"Meimei sangat mengerti, Jiejie." Sang kakak terlihat kebingungan dengan reaksi adiknya. Dia berpindah duduk di samping sang adik agar lebih dekat kemudian memegang pergelangan tangan sebelah kiri adiknya. Sebelum Putri Qiaofeng dapat berbicara Putri Fangyin angkat suara.

"Meimei sudah memperhitungkan semuanya, Jiejie tidak perlu khawatir. Semuanya akan baik-baik saja, ini juga merupakan bentuk kesalehan bagi Meimei kepada ayahanda Kaisar dan ibu Permaisuri." Sang kakak tetap khawatir karena adiknya mengatakan kalimat itu dengan wajah tanpa ekspresi.

Dirinya yang sudah berusia 22 tahun belum juga di nikahkan oleh kaisar karena pernikahan anggota istana adalah upacara sakral yang memakan waktu cukup lama. Sementara Putri Qiaofeng sendiri tidak keberatan menunda pernikahannya disebabkan perang dua Kekaisaran.

Namun kini kaisar mengadakan sayembara kepada masyarakat Kekaisaran Yan secara bebas dengan hadiah bunga istana kepada seorang pemenang. Maka siapa lagi kalau bukan Putri Fangyin yang baru saja memasuki masa usia untuk menikah yang akan dinikahkan oleh pria asing pemenang sayembara. Karena Putri Qiaofeng sudah mengatakan kepada sang ayah agar menunda pernikahannya. Masalahnya yang nantinya akan dinikahkan dengan adiknya adalah pria asing, itu sebabnya Putri Qiaofeng khawatir. Bisa saja yang memenangkan sayembara adalah pria jelek, kalangan rendah, dan random sekali. Maka apakah pantas hal tersebut untuk Putri kebanggaan Kekaisaran.

Empress Dong akan tertawa mendengar hal ini.

"Huh, Jiejie hanya mengkhawatirkanmu, tidak lebih!" Putri Fangyin tersenyum lembut mendengarnya.

"Baiklah, Jiejie akan kembali ke kamar, panggil saja jika Meimei butuh sesuatu," pesannya yang diangguki lucu adiknya.

"Yang terpilih sudah datang."

\=\=\=\=\=\=

Kazuki berkelana menuju sebuah kota yang ramai dengan hal-hal yang berbeda dari beberapa kota yang di lewati Kazuki lainnya. Di kota ini para wanita seperti tidak diharuskan memakai cadar dan penutup kepala. Mereka dibebaskan memakainya atau tidak memakainya tanpa adanya kesenjangan sosial. Rupanya para wanita di negeri ini sedikit sama seperti di negerinya yaitu sama-sama malu-malu tapi mau. Mau tapi tidak berani bersuara.

Hingga sampailah langkah Kazuki di depan tempat surga dunia bagi para pria. Rumah bordil. Kazuki melangkah kedalam dengan cengengesan.

"Eit!"

"Tunjukan token keanggotaan anda!" perintah seorang wanita menghadang jalannya.

"Hah?!"

"Tunjukan token keanggotaan anda~" Ulang wanita itu.

"Hah, apa?!"

"Hush syeh syuh!" Wanita itu memanggil penjaga tempat itu dan mengusir Kazuki dengan kasar. Bahkan Kazuki sampai di giring menjauhi tempatnya berjarak 10 m.

'Eoh, niat sekali mereka menemaniku sejauh ini,' batinnya kesal.

Kazuki pun tidak jadi mampir, dan memilih melanjutkan perjalanannya. Di tengah jalan terkadang dia di godai oleh beberapa gadis muda karena hanya memakai kain yang dibelit-belitkan asal sehingga lekuk tubuhnya terlihat. Kazuki tersenyum manis membalas gadis-gadis itu. Memang dia...

Sampai malam harinya dia tiba di depan sebuah penginapan ke tujuh yang ditemuinya. Saking penuhnya seluruh penginapan di kota ini dia sampai harus memutari tiap jalan yang cukup padat. Rupanya kota ini dikunjungi banyak orang.

"Satu kamar, tolong."

"Biaya semalam nya 1 perak." Mahal sekali batin Kazuki. Dia membayar dengan uang curian di jalan, dan beberapa kayu dari jurusnya yang ia jual.

Dia diantar dua pelayan wanita yang menawarkannya menggosok saat mandi, akhirnya malam dingin berubah menjadi malam hangat. Kepalanya di pijat atas permintaan Kazuki sendiri yang mengiming-imingi uang tip. Siapa yang nolak tip di sini, para pelayan memang tidak diberikan gaji oleh pemilik penginapan dan hidup bergantung pada tip tamu.

"Terima kasih banyak, tuan."

"Terima kasih juga nona-nona."

"Hah, indahnya hidup bila setiap saat seperti ini."

Senyumannya luntur seketika begitu suara ketukan kasar terdengar dari pintu kamarnya. Pemuda itu segera keluar dari air lalu mengenakan celananya dan melilitkan kain syalnya.

"Hm, siapa?" Di depannya pemilik penginapan yang menyapanya tadi terlihat kikuk dan takut kemudian menjelaskan maksud 'mengganggu' nya ini.

"Tuan Ishi, beliau adalah seorang yang penting di Kekaisaran dan hendak menginap di sini malam ini saja. Karena kamarnya habis jadi-"

"Uhuh?" wajah sinis Kazuki juga menakuti pemilik.

Terpopuler

Comments

jadi inget Kazuki ito.. 🙄

2023-04-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!