"Zoya, tidak perlu melakukan itu. Sudah biarkan saja," ujar Thalia.
"Tidak apa-apa Nyonya eh Ibu. Ini semua salah Zoya karena sudah mengotori sepatunya Tuan muda, Naya minta maaf." Naya tersenyum manis pada Nyonya Thalia.
"Sudahlah, Mami. Biarkan saja gadis kampung ini bertanggungjawab atas apa yang dia perbuat, Kivan harus menunjukkan di mana tempat yang sebenarnya agar tidak bersikap sombong seperti itu," ucap Kivan pada maminya.
"Tapi, Sayang. Perbuatanmu ini tidak baik! Mami tidak pernah mengajarkanmu seperti ini, jangan ulangi lagi ya," nasihat Thalia.
"Iya, Mami."
Lalu Naya berjongkok dan membuka sepatu Kivandra. Naya menatap Kivandra seraya menyeringai. "Maafkan saya, Tuan muda." Naya memegang sepatunya. Lalu ia duduk di sebelah Kivandra dan tanpa Kivandra duga, Naya mengelap sepatunya itu menggunakan jas yang sedang dipakai oleh Kivandra.
"Hei! Apa yang kau lakukan?" pekik Kivandra sembari menyorotkan matanya yang menunjukkan kemarahan.
"Tuan Kivan ini bagaimana sih? Naya teh lagi membersihkan sepatu Tuan, kenapa Tuan teh teriak-teriak seperti itu? Naya teh tidak tuli," jawab Naya tanpa dosa.
"Selain gila, kau ini benar-benar bodoh! Maksud saya bersihkan pake yang lain jangan pake pakaian saya, kau tahu berapa harga jas yang saya pakai?" Kivandra berdiri seraya membersihkan jasnya yang kotor.
"Naya teh tidak peduli berapapun harga jasnya, yang Naya tahu, harga yang paling mahal itu harga diri! Tuan tidak berhak memaki-maki orang miskin seperti Naya, Tuan tidak berhak menyuruh-nyuruh Naya seperti itu. Tuan juga tidak boleh memperlakukan Naya seperti itu! Tuan Kivan lahir dari rahim seorang wanita dan Tuan Kivan pasti tahu bahwa surga ada di telapak kaki Ibu. Naya melakukan ini hanya untuk memberi Tuan Kivan sedikit pelajaran pentingnya menghargai orang. Tuan Kivan mungkin kaya tapi Tuan Kivan tidak boleh menindas orang miskin seperti itu! Naya teh minta maaf, Naya akan mencuci jasnya. Berikan pada Naya jasnya," jelas Zoya.
GLEUK!
Kivandra hanya tertegun mendengar semua ucapan Naya. Baru kali ini dia terdiam saat seseorang menasehatinya, baru kali ini juga ada seorang gadis yang berani memberinya pelajaran seperti itu. "Hah? Apa ini? Tuan Kivandra Galaxy Dharmendra diberi pelajaran oleh seorang gadis kampung seperti Naya? Apa kata dunia?" umpat Kivandra dalam hati.
"Tuan, berikan jasnya," pinta Naya.
"Tidak perlu, biar pelayan yang lain yang mencucinya!" kivandra berjalan menuju tangga.
"Kivandra! Grandpa belum selesai bicara," panggil Grandpa Liam.
"Maaf, Grandpa. Kivan lelah, Kivan mau istirahat. Nanti kita bicarakan lagi," timpal Kivan seraya menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Ya sudah kalau begitu, istirahat saja."
"Nak Naya, maaf atas sikap lancangnya Kivan. Dia memang seperti itu, Ibu sangat pusing melihat sikapnya yang seperti itu. Ibu sudah menasehatinya beberapa kali tapi dia selalu melakukannya lagi, mungkin selama ini dia sudah terbiasa dimanja makanya setelah dia dewasa dia tetap melakukan semua sesuka hatinya tanpa memikirkan akibatnya," jelas Ibu Thalia.
"Tidak apa-apa, Bu Thalia. Justru Naya yang harus meminta maaf ... karena Naya telah lancang mengotori dan menginjak kaki Tuan muda, maafkan Naya, Bu. Tolong jangan pecat Naya," Naya memelas.
"Aku tidak akan melakukan itu, Naya. Justru kedatanganmu kemari itu untuk dijadikan istri Kivandra, apa Naya mau menikah dengan anak Ibu?" tanya Thalia.
"Bagaimana, Nak? Apa kau bersedia menikah dengan Kivandra?" tanya Tuan Liam.
"Eumm, Naya ...."
Tiba-tiba datanglah seorang wanita paruh baya yang berjalan menghampiri Naya.
"Nenek? Bukankah Nenek ada di rumah sakit? Kenapa Nenek ada di sini? Nenek baik-baik aja? Apa semua ini?" batin Naya bertanya-tanya seraya matanya membulat saat melihat Neneknya.
"Nenek?" Naya berdiri dan menatap Nenek Aminah dengan penuh tanda tanya.
"Nak Naya, duduklah. Kami akan menjelaskan semuanya," ujar Taun Liam.
Naya pun duduk, begitu juga dengan Nenek Aminah. Naya terus saja menatap Neneknya, ia benar-benar bingung. "Tuan, apa semua ini? Bukankah Nenek ada di rumah sakit? Apa semua ini?" tanya Naya sembari menatap ke arah Tuan Liam.
"Maafkan kami, Nak Naya. Sebenarnya tujuan kami menyuruhmu kemari untuk menjadi istri Kivandra, menurut kami ... kau gadis yang tepat yang bisa merubah sikap Kivandra. Kami yakin jika Kivandra menikah denganmu maka semua akan baik-baik saja, bukan begitu Nek Aminah?" Tuan Liam menatap ke arah Nenek Aminah.
"Iya, Naya. Nenek sudah sepakat untuk menikahkanmu dengan Tuan muda, Nenek rasa Naya tidak akan merasa keberatan dengan keputusan Nenek ini. Semua yang Nenek lakukan ini demi kebaikanmu sendiri dan usiamu sekarang sudah cocok untuk menikah," timpal Nenek Aminah sembari mengelus lembut wajah Naya.
"Nenek! Kenapa Nenek membuat keputusan seperti ini? Kenapa atuh Nenek teh tidak bilang dulu sama Naya? Naya pikir Nenek teh beneran sakit, Naya khawatir, Naya takut Nenek kenapa-kenapa. Tapi, apa ini? Naya dipermainkan seperti ini?" Naya menatap Nenek Aminah dengan mata yang berkaca-kaca.
"Naya Sayang, Nenek melakukan ini demi kebaikanmu sendiri. Percayalah, semua akan baik-baik aja seperti yang Tuan Liam katakan," ujar Nenek Aminah.
"Baik-baik aja apanya atuh, Nek? Naya teh tidak bisa menikah dengan cara seperti ini? Bagaimana bisa Naya menikah dengan Tuan muda yang songong seperti itu? Naya tidak mau hidup bersama pria yang tidak Naya cintai, Tuan muda juga pasti punya pemikiran yang sama. Naya mohon sama Nenek dan Tuan Liam, jangan menjodohkan Naya sama Tuan muda," tolak halus Naya di hadapan Tuan Liam, Nyonya Thalia dan Nenek Aminah.
Tiba-tiba Tuan Liam memegang dadanya seraya meringis kesakitan. "Daddy, kenapa? Daddy!" teriak Nyonya Thalia saat melihat Tuan Liam jatuh pingsan setelah meringis kesakitan.
"Nyonya, Tuan Liam kenapa?" Nenek Aminah berdiri dan menghampiri Tuan Liam.
"Sepertinya penyakit Daddy kambuh, Nek. Ayo bawa Daddy ke kamarnya!" perintah Nyonya Thalia.
"Naya, sini atuh bantuin!" ujar Nenek Aminah.
"Iya, Nenek." Naya pun turut membantu Tuan Liam dan membawa Tuan Liam ke kamar.
"Kivandra! Kemari! Grandpa pingsan!" teriak Nyonya Thalia dengan suara yang keras.
Tentu saja Kivandra yang mendengar itu panik dan berlari menghampiri Maminya. "Mami bilang apa? Grandpa pingsan?" tanya Kivandra setelah ia berada di hadapan Maminya.
"Iya, sepertinya penyakitnya kambuh. Panggilkan Dokter Richad sekarang! Suruh dia datang ke rumah!" perintah Nyonya Thalia.
"Baik, Mami." Kivandra langsung merogoh sakunya dan mengambil ponsel.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Kivandra langsung menghubungi Dokter Richad. Setelah menghubungi Dokter Richad, Kivandra berlari ke kamar Grandpa.
Ceklek!
Kivandra membuka pintu kamar Grandpa. "Kau!" panggil Kivandra setelah melihat Naya berada di kamar Grandpa.
Naya yang tengah duduk di tepi ranjang Tuan Liam langsung berdiri. "Tuan muda." Naya menoleh ke arah Kivandra.
"Sedang apa kau di kamar Grandpa?" selidik Kivandra dengan tatapan yang tajam.
"Naya teh lagi jagain Tuan Liam, Naya disuruh Ibu Thalia untuk menjaga Tuan Liam di sini. Baiklah, karena sekarang Tuan muda sudah ada di sini ... saya pamit." Naya berjalan keluar kamar.
"Tunggu!" Kivandra menghalangi jalan Naya.
"Iya, Tuan. Ada apa? Apa Tuan ingin menghinaku lagi?" tuduh Naya terang-terangan.
"Sebelum kau keluar dari kamar Grandpa, saya harus menggeledah tasmu itu. Jangan sampai kau mencuri sesuatu di kamar Grandpa! Berikan tasmu!" pinta Kivandra.
"Apa? Mencuri?" Naya membulatkan matanya. "Tuan pikir Naya itu gadis apaan? Naya teh mana berani mencuri, kenapa Tuan menuduh Naya seperti itu? Salah Naya apa, sampai Tuan menuduh Naya seperti itu?" Naya menatap Kivandra dengan mata yang berkaca-kaca.
"Jangan kebanyakan drama kau! Jika kau tidak mencuri maka berikan tasmu! Biarkan saya menggeledah tasmu." Kivandra memicingkan matanya.
"Ini tasnya! Geledah sampai kepalamu bucat, Tuan!" timpal Naya dengan kesal.
Kivandra langsung menyambar kasar tasnya dari tangan Naya. "Kita lihat, apa yang ada di dalam tasmu ini!" Kivandra tersenyum kecut.
Begitu ia menggeledah tas Naya, ia tidak menemukan apa-apa melainkan ada sebuah Al-Qur'an dan tasbih. "Bagaimana? Apa Tuan menemukan sesuatu di dalam tasku? Bukankah Naya sudah bilang kalau Naya itu tidak mencuri apa-apa di sini." Naya merebut paksa tasnya lagi. Kemudian Naya keluar dari kamar Tuan Liam.
Kivandra terdiam tanpa kata, rasanya ia malu sekali karena tuduhannya itu salah besar. Ternyata Naya bukanlah gadis yang ia pikirkan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
Sasyaaaz15
kenapa naya jadi zoya? typo yaa, thor? hihihi
2023-10-05
2
lestari saja💕
menarik....naya yg sangat cerewet...
2023-09-18
1
Yullia Azahra
seru juga
2023-04-04
1