03

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Setelah mengurus semua administrasi pondok selesai ayah Fatih pun berpamitan pulang dengan Zuyyin dan mendoakan anaknya semoga betah di pesantren.

Sambil memeluk dan mencium kening Zuyyin ayah Fatih pun berpesan kepada Zuyyin agar menjaga kesehatan dan belajar yang rajin.

"Jaga diri baik-baik nak, ayah selalu mendoakan semoga apa yang kamu inginkan bisa terwujud!" ucap ayah Fatih yang masih enggan melepas pelukannya yang tak rela berpisah dengan anak semata wayangnya.

Iya ayah, Zuyyin akan tekun dan berusaha seperti apa yang ayah harapkan," ucap Zuyyin sambil mencium tangan sang ayah.

Kemudian ayah pun langsung berjalan menuju ke parkiran tempat tadi ayah memarkirkan kendaraannya.

Zahra yang telah di utus oleh ummi pun kini mengajak Zuyyin ke kamarnya yang terletak di ujung utara yang tak jauh dari kediaman ummi Aisyah.

"Kenalin ada santri baru!" ucap Zahra yang memperkenalkan kepada teman-teman sekamarnya. Ada empat anak yang berada di dalam kamar tersebut

"Ini mbak Meydina ketua kamar," ucap Zahra sambil menunjukkan temannya satu persatu.

"Sini mbak Zuyyin ini buat naruh bajunya!" ucap Zahra dan membantu menata pakaian nya untuk di masukan ke dalam lokernya.

"Kamu bawa tempat buat sabun mandi apa belom mbak?" tanya Zahra.

"Entah tahu mbak, itu yang ada di paper bag semua peralatan mandinya bunda yang siapkan tadi." Jawab Zuyyin langsung mengambil paper bag tersebut dan di berikan kepada Zahra.

Zahra pun mengambil paper bag tersebut dan melihatnya. Setelah di keluarkan dari paper bag ternyata peralatan mandinya sudah lengkap beserta namanya yang di tulis di tempat tersebut.

"Kok sudah tahu mbak, kalo tempat mandinya di kasih nama?" Tanya Zahra heran.

"Em…..bunda yang kasih tau mbak, jadi peralatan semua ini yang nyiapin bunda." Ucap Zuyyin sambil tersenyum ramah.

 

Setelah selesai merapikan barang bawaannya kini Zahra pun berkata "mbak Zuyyin mari ke kamar mandi, ntar keburu rame bentar lagi kita jamaah sholat Dzuhur," Ucap Zahra mengajak Zuyyin untuk ke kamar mandi guna mempersiapkan diri untuk melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di musholla.

Zuyyin pun mengikuti langkah Zahra menuju kamar mandi yang terletak di belakang asrama. Karena yang dia kenal baru Zahra. 

"Jangan kaget ya, kalau di pondok itu harus serba antri," Ucap Zahra.

"Iya mbak makasih ya, sudah mau membimbing Zuyyin."

Sesampai di kamar mandi ternyata udah agak ramai Zahra pun mengetuk pintu sambil bertanya, "mbak nomer 5 udah ada yang antri setelah kamu nggak?" tanya Zahra sambil menggedor pintu tersebut.

"Enggak ada mbak," jawab seseorang dari dalam kamar mandi. Ternyata yang ada di dalam Adzkiya teman kamarnya. 

"Kamu tunggu disini habis dia nanti kamu ya!"

Tak lama kemudian Adzkiya pun keluar dari dalam kamar mandi.

"Ra silahkan masuk," Ucap Adzkiya.

"Mbak Zuyyin kamu duluan gih cepetan masuk ntar di duluin sama anak-anak yang lain."

Zuyyin pun langsung masuk ke kamar mandi sambil menganggukkan kepalanya.

Sementara Adzkiya yang belum tahu kalau ada santri baru pun bertanya pada Zahra, "itu siapa Ra yang kamu Carikan antrian?" tanya Adzkiya.

"Zuyyina mbak Adzkiya, ummi menitipkannya kepada ku." 

Adzkiya pun hanya menganggukkan kepalanya seraya berpamitan untuk pergi ke kamarnya.

Selang beberapa menit kemudian mereka akhirnya kembali ke kamar untuk bersiap berangkat ke mushola guna melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah.

Setiap habis sholat Dzuhur dan membaca wirid bersama, para santri pun mengaji kitab kuning yang dipimpin oleh abah Adnan kalau tidak udzur.

Karena Abah ada jadwal di luar ahirnya Gus Atha yang menggantikan posisi Abah.

Zuyyin dan Zahra yang berangkat lebih awal, dia bisa bertempat di bagian depan apalagi tepat di belakang sang imam.

Zuyyin yang sudah disiplin dari rumah dia tidak begitu susah mengikuti kegiatan-kegiatan pesantren.

Para santri yang mengetahui kalau yang menjadi imam sholat adalah Gus Atha, anak-anak lebih bersemangat untuk menempati Shof bagian depan.

Setelah selesai wirid, mbak Zahra yang sudah terbiasa menata bangku untuk mengaji Abah, dengan cekatan pun menyiapkan buat Gus Atha langsung menghadap ke belakang.

Tanpa sengaja Gus Atha beradu pandangan dengan Zuyyin.

Zuyyin yang merasa di tatap pun langsung menundukkan pandangannya. Mbak Zahra yang mengetahui hal itu langsung berdehem kecil sambil menyenggol lengan Zuyyin.

"Ehem, awas ntar naksir sama guse!" ucap Zahra sambil cekikikan yang menggoda Zuyyin.

"Apaan sih mbak, Zahra bisa ajah." 

Gus Atha pun memulai ngajinya kini bab tentang Sholat.

Salat menurut syara' adalah beberapa ucapan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan Ucapan dan perbuatan tersebut dinamakan “Salat”, karena salat menurut bahasa, adalah doa.

Salat-salat yang fardu ain itu lima kali dalam satu hari-satu malam, yang sudah diketahui dengan pasti dari agama. Oleh karena itu, kafirlah bagi orang yang menentangnya.

Salat Maktubah, yaitu lima waktu, hanya wajib dikerjakan oleh setiap Muslim yang mukalaf, yaitu yang telah balig, berakal sehat, laki-laki atau selainnya, dan yang suci.

Maka, salat tidak wajib atas orang kafir asli, anak-anak, orang gila, ayan dan mabuk. Karena mereka tidak terkena beban agama. Tidak wajib juga atas perempuan yang sedang menstruasi (haid) dan nifas, karena sajat tidak sah dikerjakannya dan tidak wajib mengadhanya.

Selama satu jam lamanya Gus Atha mengkaji kitab Fathul Mu'in.

Zuyyin pun menulis point-point penting apa yang diterangkan oleh Gus Atha tersebut.

"Apa ada pertanyaan dari yang saya jelaskan tadi!" Ucap Gus Atha kepada para santrinya.

"Mboten Gus sampun faham," jawab sebagian santri.

Gus Atha pun kemudian mengucapkan salam dan di jawab serempak oleh para santriwati.

"Ya sudah kalau begitu saya akhiri sampai di sini, assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh."

'Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh."

"Gimana mbak guse ngajinya?" tanya Zahra.

"Enak mbak, kalo menerangkan enggak mbulet."

"Dari tadi guse curi-curi pandang loh sama mbk zuyyin sambil menerangkan tadi."

"Ah, mbk Zahra bisa ajah kan dia menerangkan pasti ya mengawasi para santrinya supaya tidak jenuh kali mbak." 

"Biasanya juga guse ngajinya seperti itu mengawasi para santrinya tetapi tadi guse kayak memperhatikan mbak Zuyyin."

"Mungkin dia aneh kali mbk lihat saya kan belom pernah ketemu," Elak Zuyyin yang tak mau ke ge er an.

Yuk ke kamar sebentar, habis ini kita makan siang di dalem karena ummi tadi sebelum mengantar mbak Zahra berpesan agar mengajak mbak Zuyyin makan di ndalem.

Sampai di kamar pun mereka merapikan mukenanya dan di gantung di atas biar lebih rapi.

Zuyyin pun merapikan kerudung nya di depan cermin dan mengaplikasikan lipbalm nya biar lembab.

Mereka berdua pun langsung menuju ndalem dimana sang ummi sudah menunggunya.

"Assalamualaikum ummi." 

"Waalaikumsalam." Jawab ummi yang berada di meja makan.

"Mbak Zahra panggilkan Gus Atha buat makan sekalian."

"Nggih ummi," Zahra pun langsung melangkahkan kaki nya menuju kamar Gus Atha yang berada di lantai atas.

Sedangkan Zuyyin pun duduk bercengkrama di meja makan bersama ummi.

"Tok tok tok, assalamualaikum Gus sudah di tunggu ummi di meja makan," ucap Zahra yang menanti jawaban dari Gus Atha.

"Ya mbak bentar lagi akan turun."

"Nggih Gus," Zahra pun langsung  kembali ke meja makan yang berada di dapur bersih.

"Mana mbak Gus Atha nya?" tanya ummi yang merasa heran karena Zahra turun sendiri.

"Masih mengganti pakaian ummi." 

Tap 

Tap

Tap

Gus Atha pun menuruni anak tangga satu persatu, dengan langkah pasti Gus Atha langsung menuju ruang makan dimana ummi sudah menunggunya.

"Kok ada gadis ini lagi, sebenarnya siapa sih gadis yang bersama ummi kayaknya ummi sudah deket banget," gumam gus Atha dalam hati.

Gus Atha pun duduk di samping kiri ummi karena yang sebelah kanan ada Zuyyin dan Zahra.

Gus Atha pun saling berhadapan duduknya. Dengan cekatan ummi pun mengambilkan makanan untuk anaknya.

"Ayo nak Zuyyin, silahkan ambil enggak usah sungkan-sungkan, ucap ummi sambil mengembalikan centong nasinya.

"Iya ummi," Zuyyin pun hanya menganggukkan kepalanya kemudian mengambil nasi beserta lauknya dan di ikuti oleh Zahra juga.

Zahra juga sudah biasa menemani ummi makan kalau di ndalem tidak ada orang.

Mereka makan dengan hikmat tanpa ada yang berbicara.

"Alhamdulillah." Ucap Gus Atha yang sudah menyelesaikan makan dan minumnya.

"Ummi Atha mau ke depan ya." Pamit Gus Atha yang akan ke kamar para asatidz sambil meraih tangan ummi lalu menciumnya.

Sementara Zahra membersihkan bekas makan siang nya yang di bantu oleh Zuyyin.

Makasih yang sudah berkenan mampir di karya author yang receh ini.

jangan lupa tinggalkan jejaknya 🤗🤗🤗

Like

Komen

Gift

Terpopuler

Comments

𝐅𝐀𝐙𝐀😘²¹

𝐅𝐀𝐙𝐀😘²¹

sabar ayah pasti kelak akan berubah manis di kemudian hari

2023-05-02

0

ϝαȥα😘²⁰

ϝαȥα😘²⁰

hoooo pasti nangis dalam hati ayah keluar dari pondok

2023-05-02

0

❀🅸ꋊቿ₥˙˚ʚ(´◡`)ɞ˚˙ ✅

❀🅸ꋊቿ₥˙˚ʚ(´◡`)ɞ˚˙ ✅

smangat mondoknya ya zuyin

2023-03-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!