Mencari Ilham

Ialah Rivan yang berbisik di dalam hatinya. Ia masih ingat dengan sosok wanita berambut hitam panjang yang berada di sampingnya. Ia pun ingin menyapa wanita itu. Tapi saat itu juga Naura meninggalkan kursi taman. Naura berjalan mencari kedai penjual es kapucino kesukaannya.

"Perasaan tidak jauh dari kantorku, di mana ya?" Naura bertanya sendiri sambil melirik ke arah kanan dan kiri.

Dan setelah sepuluh menit menit mencari, akhirnya Naura berhenti di kedai es kapucino kesukaannya. Ia pun meneruskan tulisannya di sana.

Pukul tujuh malam...

"Hai Karen," sapa Nara kepada Karen yang membukakan pintu.

"Masuklah Nara." Karen pun mempersilakan

Nara masuk ke dalam rumah.

"Kecil sekali rumah yang ayahku pinjamkan pada kalian." Nara menyeletuk saat ia melihat-lihat rumah itu.

"Ini saja kami udah bersyukur, Nara. Paman termasuk baik karena menyuruh kami untuk menempati rumah ini tanpa membayarnya," sahut Karen sambil menghidangkan minuman untuk Nara.

"Ya, tapi ini terlalu kecil. Tipe 21 dengan dua kamar tidur. Keterlaluan memang ayahku itu." Nara mendengus kesal.

Naura pun keluar dari kamarnya. "Aku pikir kau tidak datang, Nara." Tampak Naura yang sudah siap untuk pergi bersama Nara.

"Hhh ...." Nara pun hanya bisa mengembuskan napasnya.

"Hei, kalian mau ke mana? Sepertinya amat penting." Karen, Nara dan Naura pun berbincang sebentar.

"Aku diminta olehnya untuk mencari Ilham," cetus Nara kepada Karen.

Karen tersenyum. "Lekaslah bergegas, selagi belum malam." Karen pun mengerti maksud Nara.

"Kau tidak mau ikut?" tanya Nara ke Karen.

"Tidak. Aku sedang menunggu Niko datang," jawab Karen.

"Baiklah. Kalau begitu hati-hati di rumah ya." Naura pun berpesan.

Karen mengangguk. Nara dan Naura pun segera berpamitan. Nara akan menemani Naura malam ini untuk mencari Ilham. Tak lain tak bukan untuk tugas kantornya.

Pada akhirnya Nara pun hanya bisa menelepon sang kekasih sambil menunggu Naura selesai menulis malam itu. Nara pun segera mengantarkan Naura pulang begitu selesai. Tampak Naura yang berterima kasih kepada Nara.

"Terima kasih telah menemaniku, Nara," ucap Naura kepada Nara.

Nara pun hanya diam sambil berlalu. Ia kehabisan suara karena terlalu lama menelepon pacarnya sambil menunggu Naura menyelesaikan artikel yang dibuat. Kembali lagi Naura menyusahkan sepupunya, Nara.

Esok harinya, di kantor redaksi...

"Ini, Pak. Tugasnya sudah aku selesaikan," ucap Naura kepada bosnya.

"Letakkan saja di meja. Aku masih sibuk," sahut Hata.

Naura pun mengangguk lalu meletakkan tugasnya di atas meja sang bos. Ia pun segera berlalu dari ruangan bosnya. Kembali ke meja kerja yang mana Ina sudah menunggunya.

"Bagaimana?" tanya Ina kepada Naura.

"Dia masih sibuk," jawab Naura singkat.

"Hmm, begitu ya. Pimpinan selalu tegas seperti itu." Ina tampak berpikir tentang bosnya.

Naura hanya diam.

"Hei, Naura. Bagaimana jika jam makan siang kita keluar kantor? Temani aku menemui pacarku, ya?" tanya Ina dengan genitnya.

Naura hanya melirik ke arah Ina. Sepertinya Ina pun mengetahui arti dari lirikan Naura tersebut.

"Em, maaf-maaf. Aku tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya ingin kau melihat dunia luar saja. Dari pada berdiam diri di kantor sendirian, lebih baik kita keluar mencari udara segar." Ina memberi saran.

Naura merenggangkan kedua tangannya ke atas. "Aku mau ke taman saja, Ina. Lebih berhemat jika aku ke sana," sahut Naura kembali.

"Em, baiklah kalau begitu."

Ina pun tidak dapat memaksakan kehendaknya kepada Naura. Ia akhirnya menemui pacarnya sendirian di jam makan siang nanti. Sedang Naura, kembali ke taman untuk bersantai sejenak. Ia mempunyai cara tersendiri untuk merelaksasikan pikirannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!