Bisma menatap sendu pintu kamar mandi yang tertutup rapat, terdengar gemercik air shower dari dalam, sudah di pastikan yang di dalam adalah istrinya.
Bisma Beranjak dan duduk di pinggir ranjang bersandar pada kepala ranjang, pria itu mengusap wajahnya frustasi.
beberapa menit berlalu, Bisma menatap kembali pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat, Pria itu merasa istrinya terlalu lama di dalam kamar mandi,
Bisma beranjak memastikan kalau istrinya baik-baik saja.
Saat Bisma hendak mengetuk pintu secara bersamaan Maura keluar membuka pintu dan menatap Suaminya dengan tatapan tajam!
Bisma mundur selangkah memberi jarak agar istrinya bisa melewati dirinya yang menghalangi.
Maura bergeming, mengabaikan suaminya lalu dengan cepat Perempuan itu masuk ke ruang ganti untuk memakai pakaian,
saat keluar dari kamar mandi perempuan itu masih menggunakan selimut yang dia bawa.
Bisma hanya menatap langkah istrinya dengan prasaan bersalah,
Pria itu lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Keesokan paginya,
Bisma sudah siap dengan pakaian kantor nya, pria itu dengan sabar menunggu istrinya untuk sarapan.
"Mbak, Panggil nyonya," Bisma menginterupsi Asisten rumah tangga nya.
"Iya Tuan"
Namun Maura sudah lebih dulu turun dan bergabung dengan Bisma.
perempuan itu masih mode ngambek masih menekuk wajah nya pada suaminya.
"Kenapa pakai baju kantor?" Bisma memperhatikan Istrinya.
Maura melirik sinis pada suaminya.
Bisma menghela nafas berat, "Oke, soal yang semalam, aku minta ma'af Maura" Bisma meraih tangan istrinya di atas meja dengan hati-hati.
"Aku gak mau bahas itu" sahut Maura datar.
"Baiklah, tapi bisakah kamu di rumah saja, gak perlu kerja lagi" kata Bisma berusaha memberi pengertian pada istrinya.
"Aku gak bisa, aku harus kerja, Ada seseorang yang harus aku selamatkan hidupnya, dia sedang berjuang untuk melawan sakitnya!" Maura menunduk lesu mengingat sang Adik yang tak kunjung sadar dari koma nya.
Bisma menggenggam tangan Maura dan menatap istrinya "Soal Alesha sudah aku urus semuanya, kamu tenang saja Maura, semua tanggung jawab ku terutama kamu sebagai Istriku" ucap Bisma penuh penekanan.
Maura mendongak menatap suaminya intens,
"Tapi!" Maura merasa tidak enak pada suaminya.
"Sudah jangan khawatir, sekarang aku cuma mau kamu berhenti bekerja dan berdiam lah di rumah, menyambutku pulang kerja, bisa kan?" Kata Bisma menekankan sekali lagi.
"Setidaknya untuk hari ini ijinkan aku tetap masuk kerja dan mengundurkan diri dengan terhormat, biar bagaimana pun aku masuk ke perusahaan itu dengan cara baik-baik, keluar pun harus baik-baik juga kan?"
"Baiklah, Aku antar kamu terlebih dahulu ke kantor mu ya" Kata Bisma akhirnya mengalah.
"Gak usah Mas, aku mau mampir dulu ke rumah sakit" Tolak Maura. perempuan itu menarik tangannya dari genggaman suaminya.
"Ya sudah, aku antar ke rumah sakit dulu kalau begitu, setelah itu aku langsung ke kantor, kamu gak pa-pa pergi ke kantor sendiri dari rumah sakit?" Bisma khawatir, karna Istrinya masih mode ngambek.
Bisma takut Istrinya akan kabur gara-gara kejadian semalam.
Maura mengangguk, dan mulai menyantap makanan di depan nya.
keduanya makan dalam diam sampai selesai.
Selesai makan, Bisma dan Maura pergi meninggalkan Rumah.
"Masuk lah, kabari aku segera jika terjadi sesuatu!" Ucap Bisma Saat sampai di lobi rumah sakit. pria itu menyodorkan Tangannya minta di raih untuk di cium.
"Iya, hati-hati", Maura melengos beranjak meninggalkan Suaminya yang masih termenung menatap kepergian Istrinya.
Bisma menarik kembali tangannya lalu menghela nafas panjang,
'Sabar Bisma, pelan-pelan saja dia akan luluh' Bisma bermonolog dalam hati sambil tersenyum kecut.
Pria itu memutar mobil nya meninggalkan area rumah sakit.
***
"Asalamualaikum Bu" Maura mengucapkan salam terlebih dahulu sambil membuka pintu ruang rawat Sang adik.
"Walaikumsalam, Ra kamu datang?" Tati ibu maura langsung menyambut putri sulung nya.
"Iya Bu, Gimana keadaan Alesha, apa ada kemajuan?" Maura mencium punggung tangan Ibunya lalu mendekati Sang adik yang terbaring lemah di brangkar.
"Seperti yang kamu lihat Ra, Ibu gak tahu kapan Adik mu akan sadar!" Ucap Tati sendu menatap putrinya yang terlihat sangat lemah.
"Ibu jangan sedih, percayalah akan ada keajaiban untuk Alesha, kita sudah berusaha untuknya Bu" Maura merangkul pundak ibunya memberi ketenangan.
Tati menatap sayu Pada Maura " Ra duduk sini nak" Tati mengajak Maura untuk duduk di sopa.
"Kenapa Bu?" tanya Maura
"Gimana sikap Tuan Bisma sama kamu Ra?" tanya Tati merasa bersalah karna sudah memaksa Maura untuk menikah dengan Bisma waktu itu.
Maura menunduk kembali teringat dengan kejadian semalam, Suaminya telah merenggut paksa kesucian nya, meski itu adalah hak nya namun Maura merasa itu adalah paksaan, karna di lakukan tanpa dasar Cinta.
"Ra!" Tati menangkap suram wajah putrinya.
Maura mengangkat wajah nya dan tersenyum paksa menatap Ibunya.
"Ibu gak usah khawatir sama aku Bu, aku baik-baik aja, Mas Bisma baik kok" jawab Maura
"Syukurlah kalau begitu, Ma'afkan Ibu nak, Ibu sudah egois memaksa kamu untuk menikah dengan Tuan Bisma, Ibu takut kamu gak bahagia, ma'afkan sikap Ibu Maura" Tati memeluk Tubuh Maura sambil terisak.
Maura mengusap lembut punggung Ibunya "Aku bahagia kok Bu!" Berusaha keras Maura menyembunyikan kesedihan nya .
"Berjanjilah, kamu harus bahagia Nak" Tati melepaskan pelukan nya, mengusap pipi Maura dengan sayang.
Maura mengangguk, "Bu aku harus ke kantor sekarang, ibu baik- baik ya, kalau ada apa-apa cepat kabari aku ya Bu!" Maura melirik jam di tangannya lalu berpamitan pada sang Ibu, begitupun pada Sang adik yang masih memejamkan mata entah kapan Dia akan sadar.
Sesampainya di kantor, Maura langsung bergegas ke ruangan Ceo untuk menyerahkan surat pengunduran diri secara langsung pada Bos nya.
Setelah Mengetuk pintu terlebih dahulu, Maura di persilahkan masuk,
perempuan itu pun masuk ,
"Permisi Tuan, Saya dari Divisi bagian Marketing, saya Mau menyerahkan surat pengunduran diri saya Dari perusahaan ini" Maura menunduk hormat,
perempuan itu menatap punggung pria di balik kursi kebesaran sang Ceo.
"Kamu akan Risent?" Tanya Ceo sambil memutar kursi kebesaran nya menghadap ke arah Maura.
Maura maupun Bisma melongo saling tatap.
keduanya tentu saja kaget, Maura tidak tahu kalau Ceo nya adalah Suaminya sendiri, begitupun dengan Bisma, dia tidak pernah tahu kalau ketua Divisi bagian marketing itu adalah Istrinya.
keduanya masih sama-sama bengong tak percaya dengan apa yang mereka lihat.
"Maura!" Akhirnya Bisma tersadar dan berdiri mendekati Istrinya.
Maura masih Kaget, perempuan itu hanya berdiam diri di tempat seperti patung.
sampai Bisma mendekatinya perempuan itu baru menyadari.
Maura menatap Suaminya berkedip-kedip masih speeclles
"Maura, jadi selama ini kamu kerja di sini?" Bisma benar-benar tak habis pikir.
"Iya dan aku gak pernah tahu kalau Bos ku ternyata suamiku sendiri!" Maura menghela nafas.
Bisma tersenyum tipis "Tadi kamu bilang aku suamimu?" Bisma menatap istrinya intens.
Maura mendongak, "Lupakan, ini surat Risent nya tolong di tanda tangani Tuan!". kata Maura kembali ke mode serius.
Bisma menahan senyum dan menerima surat berbalut amplop putih itu dari tangan istrinya.
"Saya permisi Tuan, ada banyak barang yang harus saya bereskan setelah Berhenti bekerja!" Maura begitu formal membuat Bisma gemas .
"Hmmmm, selesaikan pekerjaan mu hari ini untuk terakhir kalinya" sahut Bisma datar.
"Baik Tuan, permisi" Maura memutar tubuhnya lalu keluar dari ruangan Ceo alias suaminya sendiri.
Bisma tertawa setelah Maura pergi.
"Kenapa juga aku gak pernah tahu tentang kariawan ku sendiri" Bisma terkekeh merasa lucu dengan Tingkah istrinya yang canggung .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Susi Sidi
jodoh tuh mang gak bisa di tebak😝😝
2023-05-18
0