Negeri Castor dengan keajaiban yang tak terduga..
***
Hazel duduk di atas kuda, laju kuda terasa sangat cepat, ada seorang pria menunggangi kuda sambil memeluk Hazel dari belakang. Putri Tommy itu belum memiliki keberanian untuk membuka mata, dia menikmati semilir angin dingin, laju kuda itu semakin kencang membawanya terbang.
"Ahhpp!" Suara pria itu memberikan aba-aba kepada kudanya.
Hazel tetap saja enggan membuka matanya, dia memegang erat pula tali kuda. Entah kemana pria itu akan membawanya. Hazel hanya pasrah karena telah dia berada di negeri berbeda dari manusia.
Tidak lama berselang, kuda itu berhenti di suatu tempat, tuannya memerintahkan untuk membawanya masuk ke halaman menara. Pria itu turun dari kuda, sedangkan Hazel masih di atas masih memejamkan mata.
"Istirahatlah, Jasper. Aku nanti akan memberikan mu susu," ucap pria itu kepada kudanya.
Tangan Hazel di tarik olehnya, tubuh gadis itu digendong. Hazel yang kebingungan dengan keadaan sekitar mencoba membuka mata, dia terkejut dengan sosok pria yang menggendongnya saat itu.
"Si-siapa kamu?" tanya Hazel.
"Aku Alaric," jawab pria itu.
Hazel terperangah memandang ketampanan Alaric, namun sayang ada dua gigi taring panjang di sela bibirnya. Hazel menyadari sosok yang menggendongnya adalah vampir pria, mungkinkah dia akan dijadikan tumbal oleh spesies penghisap darah itu? Hazel mulai gemetaran.
"Kau? Ahhp, turunkan aku, turunkan aku!" Hazel meronta agar Alaric menurunkannya. Namun Alaric tak menggubris, dia tetap melanjutkan perjalanan menyusuri lorong yang ada di ruangan itu.
Hazel sangat ketakutan, pikiran sudah terarah bahwa hidupnya akan berakhir di dalam buku dongeng itu. Hazel tak sempat lagi bertemu Ayah angkatnya, belum sempat meminta maaf kepada Pak Van Hill karena telah lancang menyentuh buku "The Castor Land".
Alaric menurunkan Hazel di sofa dekat jendela, gadis dengan bola mata warna hazelnut itu terperangah melihat pemandangan di luar sana. Gelap namun dihiasi bintang-bintang, tetapi tumbuhan semuanya mati, tak ada kehijauan di negeri itu, bahkan udara Castor beda dari udara di dunia manusia.
"Kenapa negeri ini berbeda dari negeri Disney?" tanya Hazel spontan.
Alaric tak menyahut, dia sibuk meracik minuman untuk Hazel. Ia sengaja mengamankan Hazel di kastil rahasianya agar gadis itu terlindungi, ada banyak bahaya yang akan mengintai hazel di luar sana, termasuk binatang suruhan Zhietta.
"Hei, kenapa kamu diam saja? Aku harus keluar dari sini, harus tahu negeri ini seperti apa," kata Hazel.
"Harus ku jelaskan dari mana?" tanya Alaric. Ia menyodorkan segelas minuman kepada Hazel.
Hazel menunjuk ke diri Alaric, mengisyaratkan pria itu menjelaskan siapa jati dirinya. Mata biru Alaric memandang Hazel tanpa berkedip, sekian ratus tahun menanti gadis itu, kini dia telah berhadapan langsung dengan Hazel. Gadis yang di ramalkan akan menyelematkan negerinya dari kutukan Zhietta.
"Aku adalah Alaric, pangeran yang akan menemanimu selama kau ada disini," papar Alaric. Sebelumnya dia ingin berbohong kepada Hazel tentang jati dirinya sebagai pangeran, namun ia pikir itu malah akan membawa masalah baru bagi Hazel nantinya.
Hazel mengamati penampilan Alaric, memang sangat menampakkan dari kaum bangsawan. Garis wajahnya tegas, berkharisma, tutur nada bicaranya juga tertata rapi dan sopan, sangat jelas didikan oleh kerajaan.
"Negeriku ini telah di kutuk, ratusan tahun lalu seorang penyihir wanita menyebarkan virus vampir kepada seluruh Rakyat kami dan keluarga kerajaan, kami menjadi vampir untuk saat ini," jelas Alaric.
Pangeran itu berdiri di depan jendela, dari atas ia memandangi negerinya yang telah mati. Yang dapat mengembalikan itu hanyalah kematian Zhietta, namun sampai saat itu belum ada yang dapat mengalahkan Zhietta, harapan mereka hanya di tumpukan kepada Hazel, si pemegang batu Ruby.
Hazel juga ikut memandang ke arah luar, memang Castor terlihat sangat menyeramkan, binatangnya pun ikut menjadi vampir.
"Aku ingin keluar dari sini, Negeri mu sangat berbahaya untuk aku seorang manusia," ucap Hazel.
"Kau akan keluar setelah Castor kembali seperti semula, ada yang harus membunuh Zhietta, dan yang bisa lakukan peran itu adalah kamu," kata Alaric melirik ke Hazel.
Hazel menggelengkan kepalanya, menolak tugas itu, dia merasa dirinya hanya manusia lemah, tak memiliki keberanian serta kekuatan untuk melawan penyihir yang diceritakan oleh Alaric.
"Ini bukan tugas dariku, tapi takdirmu .." sambung Alaric meyakinkan Hazel.
Kedua pasang mata itu bertautan, sangat jelas Hazel terbelenggu oleh ketakutan, ini lebih sulit dari meluluhkan hati Ibu angkatnya. Namun menolak pun itu hak tidak berguna, ia sudah terjebak di negeri kutukan, semua karena kesalahannya membaca mantra.
Alaric membuyarkan ketegangan di antara mereka, ia menawari Hazel dengan minuman, gadis berambut pirang itu enggan meminum apapun, semua yang di lihatnya masih misteri, tak semudah itu mempercayai Alaric.
"Terserah, aku harus pergi memberi makan kuda ku, tetaplah di sini," ucap Alaric.
"Tidak, aku ingin keluar dari kastil ini," pinta Hazel.
"Lalu kau jadi santapan vampir lainnya?"
Alaric menciutkan nyali Hazel, gadis itu menepi di sudut sofa. Memikirkan nasibnya yang sudah terjebak dalam negeri dipenuhi masalah itu. Alaric turun dari menara kastil, sejenak dia mendongak ke atas, terlihat Hazel mengamatinya dari jendela.
"Aku akan kembali setelah ini," ucap Alaric meneriaki Hazel dari bawah.
Alaric bersama Jasper si kuda kesayangannya menuju ke istana kerajaan Castor, ia akan memberitahu kepada Ayahnya tentang kehadiran Hazel. Selama ratusan tahun, Raja Castor sakit karena racun dari penyihir Zhietta.
Sementara Hazel mengamati lukisan-lukisan terpajang, dia melihat sosok pria yang sangat ia kenali berada di jajaran keluarga kerajaan, Hazel tercengang mendapati ada Pak Van Hill yang ada di antara keluarga kerajaan. Gambar yang menunjukkan Pak Van Hill duduk di samping Alaric.
"Siapa sebenarnya Pak Van Hill? Kenapa ada di lukisan bersama Alaric?" Hazel bertanya-tanya seorang diri.
Bukan hanya satu lukisan saja, hampir seluruh lukisan itu, ada gambar Pak Van Hill, si Kakek pemilik perpustakaan itu memakai pakaian kerajaan pula. Namun tiba-tiba ada yang memutar kenop pintu, Hazel membalikkan badan melihat sosok yang hadir itu.
"Ternyata kau yang dimaksud Alaric?" tanya perempuan itu. Wajah tegasnya tak menampakkan senyuman sedikitpun. Di sela bibirnya ada dua taring tajam nampak, namun tak mengurangi kecantikannya.
Hazel tak bergeming, ia mewaspadai perempuan itu, takut bila dirinya hanya dijadikan korban untuk tumbal keluarga vampir.
"Ada yang kau butuhkan? Aku bisa memberikannya," tanya wanita itu. Dingin yang pucat tetap saja menyelimuti wajahnya.
"Aku butuh jalan keluar, aku ingin keluar dari buku dongeng ini, aku ingin keluar!" Hazel meminta dengan cara paksa.
Wanita itu menghela nafas, mengabaikan permintaan Hazel, ia lebih memilih keluar dari ruangan itu tanpa berucap sepatah katapun.
"Hei!" Hazel meneriakinya. Pikirannya sudah kacau, ketakutan teramat mendominasi dirinya.
Note :
Alaric
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments