Pagi ini Novi menjemput ku pagi-pagi sekali. hingga ibu terheran-heran melihatku yang bisa bangun pagi tanpa dibangunkan.
Aku berangkat lebih dulu daripada kedua orang tuaku, karena Novi sudah datang dan menunggu didepan rumah.
"Hai Nov, ayo kita berangkat".
"Okay Syah, kamu aja yang bonceng yah".
Kita bergegas menuju kesekolah, kali ini aku akan berhenti jika ada lampu merah. Kulihat dari kejauhan ada Pak polisi yang kemaren.
"Wah ternyata orangnya nggak ada Nov, mungkin bukan waktunya tugas. ah kamu belum beruntung".
Kulihat sudah hijau aku segera melajukan motorku kesekolah. aku sampai sekolah tepat waktu berkat dijemput Novi.
Tepat pukul 07.00 wib, Ujian Tengah semester dimulai. Kulihat yang jaga hari Bu Hanny. Tak lama kemudian Bu Hanny datang dan memimpin doa sebelum ujian dimulai.
"lho itu Aisyah?, tumben sekali kamu tidak terlambat. Perlu syukuran nih". kata Bu Hanny sambil tersenyum.
"Saya sebenarnya memang rajin Bu tapi nggak ada yang tahu saja he.. he.. he...".
"Coba nggak aku jemput yah pasti sudah terlambat". celetuk Novi
Satu kelas menertawakan aku. Aku memang terkenal si tukang terlambat, bahkan semua guru sudah bosan menghukum aku.
"Sudah... sudah, ayo dikerjakan". kata Bu Hanny.
Aku mulai mengerjakan ujian yang sudah dibagikan Bu Hanny. Tak lama Pak Zain dari bagian administrasi masuk kedalam kelas dan memanggilku.
"Aisyah kamu kamu kebawah yah, ada yang ingin bertemu".
"Siapa pak? tanyaku.
"Dari kepolisian, ayo cepat".
Jantungku berdetak tak karuan, kenapa ada polisi mencariku, apa salahku.
Aku menatap Novi seakan berkata temani aku Nov. Ternyata Novi mengerti kode itu, dia meminta ijin kekamar kecil.
Aku dan Novi bergegas turus kebawah. Ku lihat memang ada polisi diruang tamu, namun aku hanya melihat dari belakang.
Aku menarik Novi untuk ikut masuk kedalam ruangan, namun Novi tidak mau dan menungguku diluar.
"Assalamualaikum Pak, ada apa yah?", tanyaku.
Pak polisi itu berdiri dan menoleh kebelakang. Astaga ternyata itu Pak Rudi polisi yang kemaren memarahiku karena menerobos lampu merah.
"Kok kamu Pak, kenapa? mau memarahiku lagi. aku tadi pagi nggak nerebos lampu merah kok. kalau tidak percaya coba lihat CCTV jalan".
Kulihat Novi diluar ruangan tersenyum-senyum melihat Pak Rudi.
Pak Rudi hanya tersenyum melihatku dan berkata,"Ternyata kamu cerewet yah Aisyah. Saya kesini memang mau bertemu kamu. Ini punya kamu kan? kemaren nggak kamu bawa, langsung pergi saja. sebenarnya mau saya titipkan Bu Hanny tapi tadi beliau keburu berangkat".
Astaga ceroboh sekali aku, kenapa bisa ketinggalan.
"Iyah Pak, terimakasih. maaf sudah salah paham".
"Iyah nggak apa-apa, saya pamit dulu yah".
"Iyah pak hati-hati".
Pak Rudi berjalan melewati Novi yang sedang menunggu diluar dan tersenyum kepada Novi. Kulihat Novi berjingkrak-jingkrak kegirangan mendapat senyuman dari Pak Rudi. Aku mengusap wajah Novi yang terus melihat Pak Rudi.
"Sudah Nov, biasa aja kalau lihat".
"Ganteng sekali Syah seperti Siwon (artis Korea). Itu kah pak polisi yang kamu ceritakan itu".
"Iyah itu polisi yang mau aku tunjukkan tadi pagi. Ganteng sih, tapi orangnya menyebalkan. Itu keponakannya Bu Hanny. Sudahlah ayo balik".
"Bu Hanny wali kelas kita itu. kamu kok tahu".
"Sudahlah Nov, ayo masuk".
Aku berjalan menuju kelas sambil mendengar ocehannya Novi yang terus bertanya-tanya tentang pak Rudi.
Aku melanjutkan mengerjakan ujian, Bu Hanny menghampiriku dan bertanya, "Barusan siapa Syah?".
"Pak Rudi Bu, mengembalikan STNK sama kartu pelajar".
"Owh kirain siapa, tadi sebenarnya mau nitip saya, tapi nggak datang-datang jadi saya tinggal".
Bel istirahat sudah berbunyi aku dan Novi bergegas menuju warung bakso langganan kita. Ku lihat Putra sudah mendahului kita. Cepat sekali dia sudah makan hingga hampir habis.
Novi, antri memesan bakso dan aku menunggunya sambil melihat Putra makan yang seperti orang nggak makan seminggu.
Aku makan bakso sambil mendengarkan Novi yang masih bertanya-tanya mengenai Pak Rudi. Bahkan dia berniat menjemputku lagi besok pagi. Dia seperti kesurupan melihat ketampanan Pak Rudi.
Aku mengambil handphone dari saku bajuku yang bergetar. Ternyata sebuah pesan, dan aku lihat dari nomor yang kemaren mengirim pesan.
"semangat yah sekolahnya jangan ceroboh lagi".
Aku baru ingat jika nomor kemaren adalah nomornya pak Rudi. Aku jadi penasaran dengan Pak Rudi, mengapa dia masih mengirim pesan kepadaku. Nggak takut apa jika ketahuan Istrinya pasti marah.
Ah kubiarkan saja biar tidak menambah masalah.
Setelah makan kita segera masuk kelas untuk mengikuti ujian jam ke dua.
Aku bertemu Bu Hanny saat berjalan menuju kelas. "Bu, apa ibu yang memberi tahu nomorku ke Pak Rudi?".
"Iyah Syah, kenapa?".
"Nggak apa-apa Bu cuma nanya aja".
"Ganteng kan keponakan Ibu Syah".
"Iyah Bu, seperti Siwon artis Korea. masih jomblo kan Bu, apa sudah menikah ", sahut Novi.
"Masih single kok, tapi ibu juga nggak tahu sih sudah punya pacar apa belum. Sudah ah, ayo masuk kelas".
Sebenarnya pertanyaan Novi mewakili rasa penasaranku. Setidaknya jika aku membalas pesannya itu tidak salah.
Aku mulai mengerjakan soal ujian Matematika. Aku berpikir keras untuk menghitung soal ini. Ku coret-coret kertas buramku, rasanya sulit sekali konsentrasi. Aku masih memikirkan perkataan Bu Hanny mengenai Pak Rudi. Apa mungkin dia naksir denganku hingga dia mengirimiku pesan lagi.
Ahh.... sudah-sudah pasti dia sudah tua. fokus Aisyah... fokus, ingat Pak Rudi itu menyebalkan sudah memarahiku waktu itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Kelvin Ardiansyah
jadi ikut ngebayangin hehehehe
2023-03-28
1