Siswa Baru

Terlihat seorang pemuda tinggi yang memakai seragam sekolah musim panas sedang tersenyum. Pemuda itu memiliki rambut hitam tebal, dahi yang kecil, mata yang menyipit karena tersenyum, hidung mancung, dan bibir tipis yang melengkung.

"Saya Athlas Aldridge, murid baru."

Sontak kedua mata Zeline terbelalak. Tidak berharap jika dia harus kembali bertemu dengan pemuda itu, terlebih menjadi murid baru di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

Anehnya, pemuda itu seperti orang yang berbeda dibandingkan dengan yang kemarin. Matanya tidak berwarna merah, tapi berwarna kuning keemasan. Juga terkesan ramah dan hangat.

"K-kau adalah..." kata-kata Zeline tercekat di tenggorokan.

"Hmm? Apa sebelumnya kita pernah bertemu, Miss?" tanya Athlas masih tersenyum.

"Kemarin──"

Ding Dong

Suara bel pertanda jam pertama dimulai menghentikan perkataan Zeline.

Apa hanya mirip? pikir Zeline sambil menatap intens pemuda di depannya.

Mata keduanya jelas berbeda, dia masih ingat betapa menakutkannya mata merah menyala yang kemarin dilihatnya. Pada akhirnya, Zeline memilih untuk tidak terlalu paranoid.

"Mari kuantar ke kelasmu," ujar Zeline pada akhirnya, yang dibalas anggukan.

Kemudian Zeline mengambil perlengkapan mengajarnya, dan berlalu bersama murid baru itu.

Di perjalanan ke ruang kelas suasana cukup sepi, karena para murid sudah memasuki kelas masing-masing.

Perasaan was-was menyelimuti. Ujung ekor mata Zeline melirik Athlas. Alangkah terkejutnya saat matanya bertemu dengan mata kuning keemasan milik si pemuda.

"Saya mengingatnya. Kemarin kita bertemu di koridor, bukan?" Athlas menyipitkan mata, terlihat tidak terkejut namun jelas tidak senang.

Langkah Zeline berhenti detik itu juga. Ternyata memang benar dia.

Aku bertanya-tanya apa dia yang menabrakku?

Apa dia melihat mataku yang berwarna merah?

Apa yang harus kulakukan?

Bunuh...?

Keringat dingin menetes dari pelipisnya dan jantungnya berdegup dengan kencang. Menatap horor saat mendengar isi pikiran Athlas Aldridge yang sedang tersenyum padanya.

Siapa yang menyangka, dibalik senyum yang tampan itu tersembunyi keinginan untuk membunuh.

Insting Zeline mengatakan jika pemuda itu benar-benar berbahaya.

Memang kenapa dengan aku yang melihat matanya yang berwarna merah? Sekarang dia memakai lensa kontak? Kenapa sampai harus berpikir untuk membunuhku? batin Zeline bertanya-tanya.

"Jadi... Apa kemarin kita bertemu di koridor?"

Mendengar suara berat yang mengulang pertanyaannya, Zeline menelan saliva dengan susah payah. Dia berusaha melawan rasa takut, karena dirinya seorang guru.

Ya. Guru!

Seorang guru yang harus mendidik muridnya, mari kesampingkan kepribadian si murid yang menakutkan. Zeline tidak boleh takut dengan muridnya sendiri.

Bukankah dia dikenal sebagai guru killer?

Membuat kedua matanya melebar sedemikian rupa, Zeline mencoba berekspresi garang. Dia mendekati tubuhnya ke arah tubuh Athlas dan menyentil dahinya.

"Dan kau tidak meminta maaf? Kau telah menabrak gurumu dan mengumpat di depan wajahnya! Di mana sopan santunmu?" omel Zeline.

Tangan Athlas terulur, menyentuh dahinya yang baru saja mendapatkan sentilan. Senyumnya hilang dan menatap tidak percaya.

"Kau──"

Zeline menghentikan protes yang hendak dilontarkan Athlas dengan manarik salah satu telinganya.

"Kau tidak boleh melawan gurumu! Cepat ke kelas!"

Athlas membelalakkan mata ketika mendapati dirinya tengah diseret menuju kelas, terlebih dengan cara dijewer.

"Lepaskan telingaku, Miss!"

**

Suasana kelas cukup bising. Namun, begitu Zeline membuka pintu, sontak semua murid sibuk mencari kursi mereka. Sepertinya mereka tidak ingin sang guru killer marah-marah lagi.

Salah satu murid perempuan berkabut panjang meletakan cerminannya setelah merapikan bedaknya. Dia berdiri, lalu memimpin teman-temannya memberi salam.

"Selamat pagi, Miss. Zeline," murid-murid itu mengucapkan dengan kompak.

Zeline memberi isyarat duduk pada murid perempuan berambut panjang itu. Bisa dilihat tatapan-tatapan akan rasa penasaran dari para murid pada pemuda tampan yang datang bersamanya.

Belum sempat mereka bertanya, Zeline membuka suara terlebih dahulu, "Ya, baiklah, anak-anak, hari ini kelas kalian kedatangan murid baru. Aku berharap semua orang akan bersikap baik kepada murid baru itu, oke?"

Athlas tersenyum hingga menyipitkan mata, jika diperhatikan terdapat cekungan kecil di pipi kanannya, "Halo semuanya, namaku Athlas Aldridge. Mari bergaul dengan baik."

Kedatangan murid baru yang tampan tentu saja disambut dengan antusias. Zeline juga mengakui bahwa ketampanan Athlas di atas rata-rata. Jika saja isi pikirannya sebagus tampangnya, itu pasti tidak akan membuat Zeline merasa paranoid.

Salah satu siswi mengangkat tangan, "Aku punya pertanyaan!"

Zeline menyipitkan mata, ingin tidak setuju tapi mengalah, "Apa itu? Lanjutkan."

Padahal dia baru ingin memberitahu mereka untuk bergaul dengan si murid baru saat jam istirahat, tapi hanya satu pertanyaan tidak masala...

"Ceritakan tentang ciuman pertamamu, Athlas!"

What the...!

Zeline terbatuk, tersedak salivanya sendiri.

"Ah, ciuman pertamaku?" Athlas tersenyum menanggapi pertanyaan itu, yang membuat Zeline mendelik tidak percaya karena menanggapinya, "Itu terjadi sudah lama sekali, bahkan aku tidak ingat dengan siapa aku melakukannya."

Seketika seisi kelas menjadi ribut, terlebih para anak perempuan yang berteriak histeris. Mereka membicarakan betapa berani dan kerennya Athlas. Bahkan para siswi merasa iri dengan gadis yang dicium pemuda itu, ada juga yang menyatakan cinta dan mengajak pacaran.

Kening Zeline berkedut. Bisa-bisanya mereka mengangkat ciuman sebagai topik pembicaraan di kelasnya yang suci ini.

Bocah-bocah ini... Aku saja belum pernah berciuman... batin Zeline teriris.

Meraih penggaris kayu untuk memukul papan tulis beberapa kali hingga menimbulkan suara yang nyaring, sontak suasana kelas kembali kondusif.

"Sekarang..." ucap Zeline penuh penekanan, menyapu kelas dengan tatapan garang, lalu berakhir menatap Athlas yang berdiri di sampingnya, "Ayo kita duduk..."

Para murid menelan saliva dengan susah payah. Tidak terkecuali Athlas, yang telinganya masih terlihat memerah kerena habis dijewer, dia tidak mau dijewer lagi.

"Ayo kita lihat," Zeline berpose dengan tangan yang memegang dagu, mencari kursi kosong yang dapat diduduki si murid baru, "Bagaimana dengan kursi terakhir sebelah kanan? Di dekat jendela? Apa itu terdengar bagus?"

"Ya, Miss," jawab Athlas seraya mengangguk pelan. Seperti tidak ambil pusing. Lalu dia langsung melangkah menuju di mana kursinya berada.

"Sekarang, ayo kita mulai kelas!"

Tidak ingin membuang waktu lagi, Zeline memutuskan memulai pembelajaran matematika. Ketika dia menulis di papan tulis, dapat dirasakan tatapan tajam pada belakang lehernya.

Lehernya terlihat enak.

Tangan yang memegang kapur berhenti. Zeline merinding dibuatnya.

Membayangkan betapa nikmatnya menancapkan gigi taringku pada lehernya dan menyaksikan dia mati kehabisan darah.

Tubuh Zeline gemetar dan perut terasa terlilit. Merasa mual karena ngeri dengan apa yang dia dengar. Bahkan tangannya lemas hingga kapur yang dia pegang jatuh begitu saja.

Aku bertanya-tanya bagaimana rasa darahnya. Manis atau...

Dengan cepat Zeline berbalik untuk melihat si pemilik pikiran itu. Dapat dilihat Athlas yang juga menatapnya.

Melongo, terbelalak, tertegun. Sebut saja semua ekspresi terkejut yang ada. Itulah wajah Zeline saat ini.

Siapa Athlas? Tidak lebih tepatnya apa?

Well, tubuhnya akan digores sana-sini hingga mengucurkan darah yang lumayan deras. Terakhir aku akan melenyapkannya.

Zeline menunduk ketika melihat pemuda itu tersenyum padanya.

Bagaimana bisa dia tersenyum di saat memikirkan sesuatu yang mengerikan?

Zeline yakin, jika Athlas Aldridge lebih membahayakan dari apa yang dia bayangkan.

_To Be Continued_

Terpopuler

Comments

Haryati

Haryati

wahhh nih vampir belum juga kelaksana niat tuh Bu guru Uda tau pikiranmu...

2023-02-18

1

。.。:∞♡*♥

。.。:∞♡*♥

mungkin karena kelaparan makanya jadi merah

2023-02-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!