Mimpi atau nyata

"Saya bukan tidak mau capek. Cuma ... dengan cara normal itu lama, apalagi seperti aku ini yang tidak punya skill apapun." Darjat mengulum salah satu puncak dari gunung indah milik Tiara.

Kini Darjat mulai mengerti gimana caranya memanjakan mahluk yang satu ini. Yang saat ini tubuhnya kembali menegang.

Tangan Tiara meremas rambut Darjat dan seakan ingin memasukan semua miliknya ke dalam mulut Darjat.

Setelah beberapa saat melakukan penyatuan kembali, pada akhirnya Darjat dan Tiara mengakhiri itu. Lantas Tiara mengeluarkan sebuah cincin berlian kepada Darjat yang melongo dan hampir saja berucap. Masa segitu doang?

"Kau. Pasti berpikir, cuma ini? tapi ketahuilah pemuda tampan ku. Ini kalau di jual, bisa mencapai 200 juta dan itu cukup dan buat modal utama. Dan ini juga modal awal yang ku berikan." Tiara seolah bisa membaca pikiran orang.

Darjat langsung mengambil barang tersebut dengan roman wajah yang sumringah, namun tiba-tiba senyumannya memudar. "Ini asli atau palsu?" Darjat menatap curiga.

"Hem. Tidak ada kata palsu yang diberikan oleh mahluk seperti ku. Tiada ada janji yang tidak pernah aku tepati. Itu modal awal dan aku akan memberikannya lagi bila aku menemui mu dan meminta kewajiban mu itu." Jelas Tiara sambil mengenakan semua pakaiannya.

"Kewajiban? kewajiban apa? apa aku harus memberimu sesuatu?" tanya Darjat cemas. Apa yang bisa dia berikan sebagai imbalan.

Tiara tersenyum manis seraya berkata. "Kau tidak perlu khawatir. karena kau cukup melayani ku dengan baik, Setiap malam Selasa. Aku akan mendatangi mu dan memberikan mu kekayaan lagi. Jangan mau sekali jadi. karena akan menimbulkan kecurigaan orang, lebih baik bertahap." Tiara mendekati ke arah Darjat.

"Terus? saya harus kemana? kalau ingin menemui mu Tiara?" tanya Darjat sembari menyimpan cincin ke saku celananya.

"Kau tidak perlu menemui ku. Nanti saya yang akan mendatangi mu. Tetapi bila kau perlu banget. Panggil saja namaku, Tiara 3 kali, niscaya aku akan datang padamu." Kemudian Tiara menyuruh Darjat untuk pulang.

Detik kemudian. Darjat membuka matanya dan menengok kanan dan kiri, dengan terheran-heran dia duduk serta mengingat-ingat apa sudah terjadi.

"Ku ini sedang berada di mana? di pinggir jalan begini?" Darjat menggoyangkan kepalanya belum berfungsi dengan baik.

Sedikit demi sedikit Darjat mengingat apa saja yang mereka lakukan dengan wanita cantik lantas memberinya sebuah cincin yang akan bernilai 200 juta.

Melihat dirinya yang bertelanjang dada dan tubuhnya terasa lengket. Berasa nyata kalau dia habis berhubungan dengan seseorang.

"Apakah aku benar-benar sudah melepas perjaka ku dengan dia? Tiara, yang dia. Tapi ... ini mimpi atau nyata sih?" lalu Darjat merogoh saku celananya.

Benar, ada sebuah cincin berlian yang berkilauan. Apalagi terkena sinar matahari yang semakin tambah bercahaya dan menyilaukan mata.

"Tapi ini benar!" memegangi cincin tersebut. Lalu dia beranjak bangun dari semak-semak pinggir jalan yang sepi.

Dia langsung pulang dan bersih-bersih dan di lanjut ke toko emas hingga lupa makan.

Sehingga ibunya memanggil dan bertanya, kalau semalam di kemana dan mau kemana lagi sehingga lupa makan segala?

"Nanti saya akan pulang dan makan. untuk saat ini saya ada perlu dulu, Bu." Darjat buru-baru pergi dan meninggalkan gubuknya tersebut.

"Tapi, Nak ..." gumam ibunya.

...---...

Di sebuah rumah yang sederhana terdengar kegaduhan dan suara anak-anak menangis.

"Kau itu bekerja yang bener dan cari uang yang banyak, apa kau tega melihat anak-anak kelaparan kurang makan. Mana saya lagi hamil," teriak seorang wanita kepada suaminya.

"Saya sudah bekerja dan uang pun sudah saya serahkan, kenapa tidak cukup juga?" sergah si pria tentunya dengan nada tinggi.

"Apa? kau bilang, kenapa tidak cukup? kau gila apa? emang yang kau berikan padaku itu berapa ha? bego ... kau pikir uang lima puluh itu cukup buat apa ha? sementara anak dua. Belum kita belum nanti kalau dah lahiran? buat lahiran pun bingung mau pake apa, kau bilang kepa ga cukup! pikir pake otak bukan pake dengkul. Rokok saja yang kau hisap berapa sehari?" Wanita tersebut semakin merembet kemana-mana.

"He, makanya jadi istri itu juga harus pinter cari duit juga. Jangan ngandelin suami, jangan bego-bego amat! bantu keuangan suami--"

"Bantu dengan cara apa ha? siapa yang mau ngurus anak-anak yang masih kecil itu? kau pikir masukan ke dalam lemari dibicarakan di rumah ha?" wanita tersebut semakin emosi sambil menunjuk anak-anak yang sekitar usia 6 dan 4 tahun itu yang tidak berhenti manaangis, ada yang minta jajan dan yang satunya minta makan.

"Titipkan pada neneknya." Bentak sang suami sambil memukul tembok.

"He? mikir, sudah cukup orang tua kita mengurus kita dari kecil, masa sekarang kita dah blakota. begini masih saja ngerepotin orang tua? bukannya di senengin!" Kata sang istri sambil menangis.

"Tapi ini lain cerita nya. Kita ke Pepet dan kita membutuhkan bantuannya. Masa mereka juga tega melihat anak dan cucu kelaparan?" timpal suaminya lagi.

"Kau gila atau apa sih? apa kau tidak melihat kondisi ku seperti apa? hamil besar begini! mau kerja apa dan seharusnya kau sebagai suamia yang memikirkan itu! bukan menyuruh ku bekerja, jadi suami jangan malas. Kerja serabutan masih juga malas. Ada uang main sama perempuan! mikir lu mikir?" si istri mendorong kepala suaminya supaya mikir.

Suaminya kalau ada uang lebih main sama perempuan. Gak ada uang diem bae di rumah dan tega melihat orang rumah kelaparan.

"Kau berani ya? mendorong kepalanya dasar istri kung ajar." Plak! lima jari tangan suaminya itu bersarang di pipi sang istri.

"Aw!" seiring dengan tamparan di pipinya. Wanita tersebut menunduk menyamping sambil menutupi pipinya yang terasa panas, bagaikan terbakar. Sakit dan perih. Di sudut bibirnya pun keluar darah.

Istri yang tidak terima mencengkram kerah kaos suamya. "Kau dengan beraninya memukul ku!" Pekik sang istri sambil menarik-narik kerah baju suaminya tersebut.

Suaminya tambah marah dan mendorong tubuh sang istri sehingga terembab ke belakang terjatuh ke lantai.

Anak-anak tambah menjerit tidak karuan berhias suara tangisan yang semakin menjadi. Tidak kuasa melihat sang bunda yang dianiyaya oleh suami nya.

"Ibu? Ibu ... Bapak? kasiha ibu. Him-hik-hik! teriak anaknya sambil menangis.

"Kau pikir, kau ini siapa ha? mau mengatur-ngatu ku segala ha?" hardik pria tersebut sambil menjambak rambut istrinya dan wajahnya supaya mendongak. "Cuyhih." Wajah si istri di ludahi.

Sish ....

Siah ....

Sish ... suara ular berwarna emas itu bergerak berkelok-kelok mendekati rumah tersebut yang di dalamnya sangat gaduh dengan tangisan anak-anak dan dewas ....

.

...Bersambung!...

Terpopuler

Comments

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

ini kenapa jadi pada berantem ya
kasihan itu bini nya bang..lagi bunting..malah d aniyaya..noh anak nya pada nangis

2023-02-16

1

Kurniaty

Kurniaty

Tiara bukan ya,atau ada siluman lain selain Tiara.
Kalau emang benar Tiara semoga Tiara bisa membantu wanita itu agar bisa terhindar dari suami yang selalu kasar terhadapnya.
Sukses thoor & lanjut.

2023-01-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!