Mobil melaju dengan kencang, seperti pesawat yang melesat di udara. Sekumpulan anak manusia sedang memakan cemilan, ada juga yang sekedar berbincang di dalam kendaraan roda empat itu.
"Kamu yakin, tahu di mana jalan menuju rumah Delima?" Tanya Tantri pada Lila.
"Iya aku tahu, kita belok ke kanan." Lila membelokkan kemudi ke arah kanan."
Jalanan yang terlihat lenggang dan sepi, Lila masih terus fokus menyetir mobil.
"Kok sepi jalannya?" Tanya si kembar yang duduk di kursi tengah.
Kedua perempuan itu bernama Sabila dan Sabili. Setelah perjalanan cukup lama, tiba-tiba mobil berhenti. Mereka semua memperhatikan sekelilingnya yang banyak pepohonan besar.
"Kenapa berhenti Lila?" Tanya Septi.
"Iya, lihatlah tempatnya sepi." Timpal Sonia.
"Mobilnya mogok." Jawab Lila.
"Iya sudah, ayo kita turun." Ajak Tantri.
Mereka semua turun dari mobil. Septi memeriksa ban belakang dan beralih ke ban depan.
"Tidak kempes bannya." Ucap Septi.
"Mungkin busi mobilnya bermasalah." Sahut Tantri.
"Tidak ada bengkel disekitar sini." Jawab Sonia.
"Kita cari bantuan dari warga sekitar sini saja." Riana mengusulkan.
"Kami tunggu di sini saja." Sahut si kembar Sabila dan Sabili hampir bersamaan.
Septi, Sonia, Tantri, Lila, dan Riana pergi untuk mencari bantuan, mengunjungi sebuah rumah yang lumayan besar, namun halamannya semak dan penuh sarang laba-laba di pentilasi pintu.
"Rumahnya seram sekali, pulang saja ayo." Ajak Sonia pada Riana.
"Kita harus mencari bantuan, kalau kamu tidak mau ikut masuk tunggu di sini saja." Jawab Riana dengan kesal.
Tantri dan Lila mengetuk pintu berulang kali, namun tidak ada jawaban. Mereka segera masuk ke dalam rumah, Septi, Riana, dan Sonia mengikuti mereka.
"Tidak ada siapapun juga." Ujar Riana.
"Sebaiknya kita pergi ke rumah yang lain." Ajak Septi.
Mereka semua keluar dari rumah itu. Melangkahkan kaki masing-masing menuju rumah yang lainnya.
"Eh lihat deh itu ada rumah lagi. Kita ke sana saja ayo." Ajak Tantri.
"Iya, kita harus cepat menemukan bantuan." Jawab Lila.
Sonia bergidik ngeri "OMG, tempat ini seram sekali."
"Lebai loh." Tantri dan Lila berucap hampir bersamaan.
"Sebaiknya kita berpencar." Sahut Riana.
"Oke, aku dengan Lila" Ujar Tantri.
"Aku dengan Riana." Ucap Sonia.
"Aku sendiri saja."
"Hah? Janganlah, kamu ikut aku dengan Riana saja." Ajak Sonia.
"Tidak apa-apa Septi sendiri. Semakin banyak kita berpencar maka akan semakin cepat bantuan ketemu."
"Tidak bisa dong, khasian Septi." Jawab Sonia.
"Jangan egoislah." Ucap Tantri dengan kesal.
"Kamu yang egois." Jawab Sonia.
"Sudahlah jangan bertengkar, aku sendiri tidak apa-apa." Ujar Septi.
Septi berjalan duluan mencari tempat yang pas untuk mencari bantuan. Mungkin bila ada pasar atau kantor kepala desa pasti ramai orang pikirnya.
"Kenapa di sini tidak ada orang sama sekali. Bagaikan rumah rumah di sini tidak pernah dihuni lagi. Tapi ke mana orang-orangnya." Septi bertanya-tanya sendiri.
Sementara Tantri dan Lila mengetuk sebuah rumah, namun tidak ada juga sahutan dari dalam. Mereka langsung membuka pintu yang tidak terkunci.
Brak!
Suara kayu yang terjatuh sendiri dari langit-langit gedung itu.
"Uhuk-uhuk banyak debu." Lila mengibaskan tangannya berulang kali.
"Iya, apa desa ini desa mati. Kenapa semua rumah yang kita lihat tampak lusuh, ditambah lagi seram."
"Benar juga. Hati-hati loh biasanya rumah tak dihuni manusia akan dihuni makhluk halus." Lila menakut-nakuti.
Tantri menempeleng kepala sahabatnya itu. "Kamu tidak usah membuat aku parno deh. Tidak ada hantu di sini."
Brak!
Lagi-lagi suara kayu terjatuh terdengar, mereka berdua berteriak secara bersamaan dan hendak keluar tapi pintu tertutup sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments