...~•Happy Reading•~...
^^^Ayah Marons jadi heran dengar permintaan Marons. 'Bukankah pemberitaan di media, Chasina ditangkap karena membunuh Rallita? Mengapa justru sekarang Marons meminta Danny jadi pengacaranya? Bahkan mau memberikan jasa detektif untuk menolongnya?' Ayah Marons bertanya-tanya sendiri dalam hati. Baginya, apa yang dilakukan Marons terdengar aneh, jika dipikirkan.^^^
📱"Marons, mengapa kau usulkan itu untuk Ayah lakukan? Bukankah Chasina adalah pembunuh istrimu? Mengapa kau tidak membiarkan dia menanggung perbuatannya terhadap istrimu?" Ayah Marons tidak tahan untuk bertanya, karena tetap masih heran memikirkan permintaan Marons.
Mendengar pertanyaan Ayahnya, Marons terdiam. Dia tidak memikirkan hal itu, saat meminta tolong pada Ayahnya. Dia berpikir cepat, karena tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya tentang kehidupan Rallita. Ayahnya akan sangat sedih dan merasa bersalah, karena ikut mendesak bersama Papa Rallita, agar mereka segera menikah setelah mengetahui mereka berpacaran.
📱"Iyah, Ayah. Tapi ada banyak hal yang dilakukan Rallita juga, membuat hal itu terjadi. Aku belum bisa ceritakan itu untuk Ayah sekarang. Nanti agak mereda, baru kita bicara di rumah." Marons berkata demikian, karena bagaimana pun Ayahnya akan tahu kehidupan Rallita saat kasusnya disidangkan.
Apa lagi Papa Rallita juga ditangkap sebagai perencana dalam kasus penjebakan dirinya. Marons tidak bisa berbohong atau menutupi, karena kasusnya akan terbuka terang benderang saat persidangan dimulai. Atau mungkin juga, sebelum persidangan.
📱"Ayah bertanya begini selain heran dengan permintaanmu, mungkin hal yang sama juga akan ditanyakan oleh Pak Adolfis. Jadi kau harus menjelaskan baik-baik, agar beliau percaya dan mau menggunakan Danny sebagai pengacara putrinya." Ayah Marons berkata tegas, agar Marons bisa meyakinkan tentang yang diinginkan.
📱"Pak Adolfis bisa berpikir, mungkin karena marah istrimu dibunuh oleh putrinya, jadi kau sengaja menyodorkan Danny, agar putrinya bisa dihukum berat. Jadi pikirkan baik-baik saat bicara dengannya nanti." Ayah Marons mengingatkan, dan tidak mendesak lagi, karena dari penjelasan dan karakter Marons, ada hal yang disembunyikan.
📱"Iya, Ayah. Terima kasih sudah ingatkan. Tadi aku tidak pikirkan itu, hanya berpikir untuk menolong Chasina. Nanti di rumah baru aku jelaskan ke Ayah, mengapa aku mau melakukannya. Sekarang Ayah tolong bicara dan yakinkan Pak Adolfis, agar putrinya bisa tertolong. Minimal, hukumannya tidak terlalu berat." Marons meminta pertolongan Ayahnya.
📱"Baik... Nanti Ayah hubungi Pak Adolfis. Tapi kau juga ingat, mereka pasti sudah punya pengacara pribadi." Ayah Marons berkata demikian, karena berpikir dari kalangan mereka, pasti sudah punya pengacara pribadi.
📱"Iya, Ayah. Makanya tadi aku minta tolong Ayah, karena alangkah baiknya Ayah berbicara dulu dengan beliau. Nanti baru aku jelaskan, setelah beliau menghubungiku." Marons berkata serius.
📱"Dan juga Ayah, pengacara pribadi mereka akan mulai dari nol untuk menangani kasus ini. Sedangkan Danny, sudah bersamaku menangani kasus ini dan mengerti seluk beluk serta isinya." Marons berkata untuk meyakinkan Ayahnya.
📱"Sedangkan untuk detektifnya, dia yang menemukan Chasina saat menolongku. Jadi mereka mungkin bisa bantu Chasina, dengan menemukan bukti tambahan yang bisa meringankan hukumannya." Ucap Marons lagi untuk meyakinkan Ayahnya soal Kaliana.
📱"Ayah tau sendiri, jika Jaksa penuntutnya nakal, Chasina akan dihukum berat karena merencanakan pembunuhan terhadap Rallita." Marons menjelaskan dari apa yang dia tahu saat gelar perkara. Semua yang ditanyakan Kaliana dan jawaban Chasina bisa sangat memberatkan hukumannya.
Sehingga kenapa Kaliana meminta Danny menjadi pengacaranya. Marons mengusulkan demikian kepada Ayahnya, karena melihat Kaliana ingin membantu Chasina tanpa berpikir dia adalah pembunuh istrinya.
📱"Ayah tau juga, hubungan Pak Adolfis dan Pak Ewan tidak mulus. Pak Ewan bisa gunakan segala cara untuk membalas Pak Adolfis lewat putrinya." Marons teringat perbuatan Papa Rallita kepadanya dan juga hubungan bisnis yang tidak mulus diantara Pak Adolfis dan Pak Ewan.
"Iyaa, itu sedang Ayah pikirkan. Lalu kenapa Pak Ewan juga ikut ditangkap dalam kasus pembunuhan anaknya?" Tanya Ayah Marons penasaran, hingga tidak sabar untuk bicara di rumah dengan Marons.
"Mengenai itu juga, Yah. Aku akan jelaskan di rumah. Intinya, beliau ditahan karena kasus penjebakan." Marons tidak mau bicarakan hal itu di telpon. Ayahnya bisa marah untuk apa yang dilakukan Papa Rallita terhadapnya.
"Lalu pria yang satunya lagi itu siapa? Mengapa bisa ditangkap secara bersamaan seperti itu?" Tanya Ayah Marons, agar bisa menjawab rasa penasarannya. 'Mengapa ada banyak orang yang ditangkap berhubungan dengan tewasnya Rallita.'
"Oooh... Dia lelaki brengs^ek, suami Chasina. Ditangkap karena 'make'." Jawab Marons singkat dan emosi, mengingat Jaret. Dia belum mau bicarakan perihal Rallita dengan Ayahnya.
"Oooh... Baik... Kalau begitu, tutup dulu, Ayah mau telpon Pak Adolfis." Ayah Marons mengakhiri pembicaraan mereka setelah Marons membalas salamnya.
Selesai bicara dengan Ayahnya, Marons keluar dari kamar menemui Kaliana dan anggotanya yang sedang meeting di ruang keluarga. Dia terkejut melihat keseriusan mereka membahas apa yang terjadi, sehingga tidak menyadari kehadirannya. Agar tidak mengganggu, Marons berjalan ke dapur untuk mengambil minuman.
Kaliana yang menyadari Marons tidak berada bersama mereka, segera mencarinya. Keasyikan membahas dan mencari jalan keluar untuk kejadian yang terjadi, Kaliana lupa kalau Marons mungkin tidak menyukai atau tidak mau mendengar tentang pemberitaan di media sosial. Dia keluar dari ruang keluarga untuk mencari Marons.
"Sedang apa di situ?" Tanya Kaliana melihat Marons sedang duduk sendiri di meja makan sambil memegang botol minuman air mineral.
"Sedang cari yang segar-segar. Sudah selesai, pembahasannya?" Tanya Marons lalu berdiri mengambil botol air mineral di kulkas untuk Kaliana.
"Belum. Lagi tunggu penyidik konferensi pres. Semoga bisa diijinkan pimpinannya lakukan malam ini. Aku khawatir pengacara Pak Ewan mencuri panggungnya penyidik." Kaliana duduk di depan Marons, lalu minta terima kasih untuk botol minum yang diberikan Marons kepadanya.
"Kalau begitu, pesankan minuman hangat untuk semua. Apa yang kalian lakukan sudah maksimal. Tinggal menunggu bagian 'Yang Maha Mengatur Semuanya'. Bukankah kau pernah bilang, kita lakukan bagian kita dan biarkan Tuhan yang melakukan bagian-Nya?" Marons mengingatkan Kaliana tentang apa yang pernah dikatakannya.
Kaliana melihat Marons dari pinggiran botol yang sedang diminumnya. Dia tidak menyangka Marons memperhatikan apa yang dikatakannya, bahkan masih mengingatnya.
"Iyaaa... Kadang tidak sabar melihat hasil yang dikerjakan. Apalagi berhubungan dengan orang-orang yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Terima kasih, sudah ingatkan." Kaliana berkata pelan seiring dengan rasa hatinya yang sedikit lega. Dia telah diingatkan Marons untuk hal yang mendasar sebagai manusia.
Hati Kaliana menghangat melihat Marons menatapnya dengan tatapan yang berbeda. "Apakah aku masih bisa gunakan kartumu untuk pesan minuman hangat untuk kita?" Tanya Kaliana, mengingat Marons minta pesan minuman hangat untuk mereka semua.
"Aku sudah bilang, tidak usah minta ijin untuk menggunakan itu. Gunakan saja untuk keperluan kalian." Marons berkata pelan, tapi serius. Dia sangat mengagumi Kaliana, karena kartu yang diberikannya tidak digunakan secara asal atau sesuka hati. Dia hanya menggunakan untuk kebutuhan sesuai dengan pekerjaan mereka. Padahal ada hal-hal kecil, dimana Kaliana bisa gunakan kartu yang diberikannya.
...~°°°~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
𝓐𝔂⃝❥Etrama Di Raizel
Aku yakin, ini pasti Marons punya rencana tersendiri ayah, kita coba lihat nanti apa yang akan dia lakukan
2023-07-10
3
𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe
Mungkin Marons ada rencana tersendiri di balik ini ayah 🤔
2023-07-10
3
🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄
make maksudnya make narkoba? tapi di eps lalu katanya penjebakan , hmm masih misteri ternyata
2023-07-10
4