04. Tamu tak diundang

Tepat pukul 20.00 Gerald sampai di apartemen, pria itu pulang lebih awal dari biasanya. Dia masuk dan melihat apartemen yang sudah sepi, Nadira mungkin tidur pikir Gerald.

Dia memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu, setelah itu dia pergi menuju dapur. Gerald membuka lemari pendingin untuk mengambil minuman bersoda nya, matanya memicing tatkala melihat ada bolu di sana.

"Gadis itu membuat ini?" Tebak Gerald. "Ah, tidak! tidak, dia pasti membelinya."

Gerald mengambil bolu itu, dia memotong nya dan mengambil potongan bolu itu lalu mencicipinya. "Enak, pintar juga dia memilih toko kue. Aku selalu menyuruh Zaky mencari toko kue enak selalu gagal." Ucap Gerald.

"Ekhem!!" Gerald dibuat terkejut dengan suara Nadira, pria itu bahkan tersedak bolu yang ada di dalam mulutnya.

"Uhuk!! uhuk!!! uhukkk!!!"

"Nad, air!! uhukkk!!!"

Nadira mengambilkan air untuk nya, Gerald menerimanya dan langsung menegak habis air putih itu.

"Huh!!! Kenapa kau mengejutkan ku?" tanya Gerald setelah dia rasa cukup baikan.

"Siapa yang menyuruh mu memakan bolu pandan ku?" Nadira balik bertanya.

Hah? Gerald sedikit gelagapan, dia pikir itu sengaja di sisakan untuk nya. Lagi pula, gadis itu baru dari rumah utama tadi siang dan Gerald tebak mungkin itu titipan dari mama nya.

"Gerald!" Nadira memanggil nama pria itu untuk pertama kalinya, biasanya Nadira akan memanggil tuan atau pak.

Gerald sedikit kaget mendengarnya, gadis ini mulai berani padanya. "Hey! siapa yang mengajari mu untuk bertingkah tidak sopan seperti itu?"

Gadis itu memajukan bibirnya kesal, apakah penting sekarang untuk bertanya seperti itu. Sekarang Nadira hanya ingin bolu nya utuh kembali, meski hanya satu potong tetap saja rasanya bolu itu tidak akan cantik ketika di berikan sebuah lilin.

Ini adalah hari ulang tahun almarhum ibunya Nadira, setiap tahunnya dia akan menyalakan lilin dan membuat kue untuk mengenang hari lahir mendiang ibunya.

"Itu tidak penting, kembalikan bolu ku seperti sebelumnya!" Ucap Nadira.

"Apa-apaan ini? Aku hanya memakan nya satu potong, lihat saja bolu itu besar kau mungkin tidak akan sanggup menghabiskan nya sendirian." Sahut Gerald tak mau kalah.

"Kau tidak akan mengerti, sudahlah!" Nadira hendak kembali ke kamar nya, namun Gerald menarik tangan Nadira.

Nadira menatap malas Gerald, dia sedang tidak ingin bertengkar sekarang. Lagi pula selama seminggu ini mereka tidak pernah akrab, sikap sombong, sok berkuasa dan Nadira si pembangkang yang tidak suka di atur-atur.

"Dengar, aku akan menyuruh Zaky membeli bolu lain. Tidak usah bertingkah seolah aku menghancurkan moments penting mu, itu hanya bolu." Ujar Gerald yang tidak tahu memang dia menghancurkan moments penting Nadira di tahun ini.

"Aku tidak akan bertengkar dengan mu, tapi asal kau tahu, kau memang menghancurkan moments penting ku." Terang Nadira lalu berlalu begitu saja.

Gerald yang tidak tahu apapun hanya mengedigkan bahu nya acuh, dia rasa tidak ada moment atau hari yang spesial lain nya.

Sebenarnya bolu itu Nadira buat sendiri di bantu mama Rowina, Nadira mengatakan hari ini adalah peringatan hari lahir mendiang ibunya. Dia juga mengatakan kebiasaan nya yang di setiap tahun menyalakan lilin dan sebuah kue, akhirnya mama Rowina membantu Nadira membuat bolu pandan bolu kesukaan ibunya.

Pagi harinya gara-gara kejadian bolu itu Nadira mendiamkan Gerald, dia membuat pria itu merasa heran dan sekaligus merasa bersalah tapi Gerald gengsi untuk meminta maaf.

"Kau tidak kuliah?" tanya Gerald yang melihat Nadira masih dengan pakaian tidurnya.

"Nanti siang." Jawab Nadira singkat.

"Baiklah, aku pergi sopir akan mengantar mu nanti." Gerald langsung pergi seperti biasanya, pria itu seakan tak memiliki rasa bersalah sedikitpun.

Seperginya Gerald, gadis itu mengumpat serapah pria yang menyandang status sebagai suaminya itu. Benar-benar keterlaluan, Nadira jadi membenci dirinya.

"Dia bahkan tidak merasa bersalah sedikitpun." Nadira menolak keras suami macam Gerald ini, dia berdoa di luar sana para gadis-gadis bisa memilih pria yang tepat dan baik untuk mereka.

****

Siang harinya Gerald merasakan hal aneh pada tubuhnya, tiba-tiba saja terasa dingin dan panas dia juga merasa lemas dan pusing. Karena kondisinya yang seperti itu akhirnya Gerald memutuskan untuk pulang.

Zaky mengantarkan Gerald pulang, dia juga bertanggung jawab untuk keamanan Gerald. Zaky mendudukkan Gerald di sopan ruang tengah.

"Nadira!!!" panggil Gerald.

"Tuan, nona Nadira sedang ada jadwal kuliah. Jangan khawatir dia akan segera kembali."

Gerald mendesis kecil, dia lupa gadis itu kuliah hari ini. "Kau bisa pergi Zak, urusan di kantor juga masih banyak." Titah Gerald.

"Maaf, tuan keamanan anda prioritas utama saya juga. Saya akan pergi ketika tuan sudah ada yang menemani di sini." Tolak Zaky.

Ah, iya Gerald lupa hal itu. Zaky selama bertahun-tahun bersama dengan nya, pria itu juga menjaga dirinya dengan baik.

"Kalau begitu, kau bisa belikan aku obat? Aku rasa aku akan lebih baik setelah minum obat."

Zaky mengangguk mengerti, dia pun pergi untuk membeli kan obat untuk Gerald. Seperginya Zaky, Gerald pun mencoba memejamkan matanya.

Baru saja akan memejamkan mata, bel apartemen berbunyi dengan rada pusing di kepalanya Gerald bangun untuk membuka pintu. Dia pikir mungkin itu Zaky yang kembali lagi sebab tertinggal sesuatu.

Cklek!!!

"Sayang!!!"

"Monika?"

Gerald tampak terkejut setengah melihat siapa yang datang, dia Monika gadis yang meninggalkan dirinya di hari pernikahan. Bahkan di detik-detik terakhir menuju ijab qobul.

"Kau? kenapa kau kemari?" tanya Gerald.

Monika yang berdiri di luar itu pun mendorong Gerald untuk masuk, namun Gerald berusaha untuk menahannya.

"Ya ampun sayang, kau kenapa? Kau sakit? Apa ini karena Nadira yang terus menyusahkan mu?" Monika menyentuh kening Gerald, dengan cepat Gerald mengindari nya.

"Hentikan Monika!" Sentak Gerald.

Rasanya Gerald jijik di sentuh wanita ini, dia itu sangat licik dan rendahan. Dulu Gerald membuat kesalahan karena percaya padanya, dia juga menyesalinya karena dia pernah mencintai nya sebelum membencinya seperti sekarang ini.

"Gerald, kau menolak ku?" Monika menatap tak percaya. "Kau dulu sangat menyukai sentuhan ku, kau lupa itu?"

"Sudah! Hentikan, pergi kau dari hadapan ku sekarang juga!" Seru Gerald.

"Tidak, tidak akan pernah. Aku tahu kau masih mencintai ku, iya kan? Benarkan, kau masih mencintai ku kan Gerald?" Monika mencoba meraih tangan Gerald, namun lagi-lagi Gerald menepis nya dengan kasar.

"Cih! Cinta? Aku, mencintaimu? Dulu mungkin iya, tapi sekarang aku sangat membenci mu. Kau tahu kenapa? Karena kau tidak pantas untuk mendapatkan cinta dari ku." Sarkas Gerald.

Monika tak menyerah, dia mencoba meraih lengan Gerald untuk kesekian kalinya. "Aku tahu kau bohong, hentikan akting mu. Aku sudah kembali sekarang, ayo kita hidup bersama. Aku mencintaimu Gerald, maaf kan aku yang kemarin sempat meninggalkan mu."

Apa-apaan ini? Gerald rasanya ingin muntah mendengar kata-kata cinta dari Monika. Dia sangat cepat berubah-ubah, Gerald yakin akan ada rencana lain di balik kembali nya Monika ini.

"Sayang, maafkan aku!" Monika memeluk Gerald tanpa permisi, dan tentunya tanpa Gerald duga.

Pria itu tidak bisa menghindari Monika kali ini, dia di peluk begitu erat oleh Monika. "Lepaskan Monika!"

"Apa-apaan ini?!"

...****...

Next?

Jangan lupa untuk klik favorit, rate, komen, like, hadiah dan vote!!!!

Terpopuler

Comments

Sofiatul Nafisah

Sofiatul Nafisah

uler sawah yg😍😍

2023-01-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!