“Ren, sebenarnya mau lo itu apa sih?” tanya Melissa pada Rendy.
“Maksudnya?”
“Kenapa lo bikin ni perjodohan diadakan?”
“Mel, dari tadi siang udah aku bilang kalau perjodohan ini bukan aku yang mau”
“Hh, pokoknya gue nggak akan pernah mau berjodoh sama lo”
“Tapi tetep aja kamu akan jadi istriku pada akhirnya”
Kata-katanya barusan membuat Melissa ingin tutup telinga, itu seperti kutukan yang akan terus mengikutinya seumur hidup. “Kenapa sih lo itu nggak bisa ngebiarin gue hidup bebas pada masa SMA ini”
“Ya tinggal beberapa bulan lagi dan pernikahan kita akan dilaksanakan” kata Rendy enteng pada Melissa yang terlihat enggan mendengarnya.
Begitu mudahnya dia ngomong soal penikahan yang tak akan pernah Melissa harapkan. “Stop gue lagi nggak pengen dengar soal itu!” kata Melissa berusaha mengalihkan perhatian soal perjodohan dan pernikahan. “Tolong cari topik cerita yang lain”
“Oke Meli, bagaimana persiapanmu untuk ujian kali ini?” katanya pada Melissa dengan nada suara meremehkan.
“Jelas sudah matang” kata Melissa dengan serius.
“Kalahkan aku di ujian kali ini dan jika kamu berhasil aku akan membuat perjodohan ini dibatalkan” Kata Rendy dengan nada suara pelan agar tak ada yang mendengar kata ‘perjodohan ini dibatalkan.
Melissa mengerinyitkan alisnya berusaha mencari titik bercanda dari Rendy, namun tak ia temukan. Rendy terlihat serius akan hal ini, Melissa tak tahu apa alasannya melakukan semua itu. “Bagaimana kalau gue tetap berada diposisi kedua?” tanya Melissa yang memiliki makna jika ia sedang tawar menawar dengannya.
“Meli, semua orang tahu kalau kamu selalu berada diposisi dua setelah aku” kata Rendy sambil tersenyum licik. “Penawaranku adalah kamu harus bisa mengalahkanku diujian kali ini, jadi otomatis kamu harus berada di posisi pertama”
Melissa menimang-nimang sebentar memikirkan matang-matang apa yang harus dipilih. Membiarkan perjodohan tetap berjalan lalu akhirnya masuk ke gerbang pernikahan atau menerima tantangan yang diberikan Rendy agar perjodohan ini dibatalkan.
“So, how?” tanyanya lagi pada Melissa.
“Gue terima tantangan lo, tapi lo harus menepati janji lo”
“No problem” katanya enteng pada Melissa sambil tersenyum meremehkan.
Lalu Melissa pulang ke rumahnya sambil memasang tekad yang kuat untuk mengalahkan Rendy di semester ini demi membatalkan perjodohan. Sesampai di rumah ia langsung mencari buku-buku pelajarannya akan ia baca, segalanya Melissa usahakan agar mendapat peringkat satu di ujian kali ini.
Belajar, belajar, dan belajar adalah satu-satunya cara Melissa untuk bisa menandingi Rendy di segala mata pelajaran baik teori maupun praktek.
Beberapa bulan telah berlalu dan hari-harinya Melissa isi dengan buku-buku di dalam kamarnya. Hingga saatnya ujian itu diadakan, Melissa berusaha keras menjawab soal ujian itu dengan teliti.
Dan akhirnya pengumuman hasil ulangan diumumkan, Melissa cukup gembira mendapat nilai yang hampir sempurna. Semua mata pelajarannya rata-rata nilainya 89, Melissa tersenyum bahagia mendapat nilai itu, ternyata usahanya selama ini tak sia-sia.
“Dapat berapa Mel?” tanya Rendy pada Melissa, ia terlihat berdiri di samping Melissa.
“Jeng Jeng, nilaiku tinggi lho. Maaf aja ya” kata melissa dengan sombongnya pada laki-laki yang bernama Rendy itu. Melissa begitu percaya diri karena bisa mendapatkan nilai tinggi dan memiliki pemikiran jika miliknya lebih tinggi daripada Rendy.
“Wah selamat ya, tapi memang maaf sih” Senyum Melissa langsung berubah ketika Rendy menyombongkan nilainya. Ia mendapat rata-rata nilai 93, memang satu hal yang menakjubkan.
Mata Melissa menunjukkan suatu hal yang hampir sama dengan kata terkejut. “Berarti...” kata Melissa pelan begitu pelan.
“Berarti perjodohan kita tetap akan terjadi” katanya sambil tersenyum, senyum malaikat maut.
Melissa tak bisa percaya dengan semua ini, ini mustahil.
“Udah dibawa santai aja” katanya sambil menepuk-nepuk pundak Melissa pelan, “Nanti malam aku ke rumahmu, kita jalan-jalan” lalu ia pergi meninggalkan Melissa di lapangan yang padat itu. Belum sempat Melissa menjawabnya, ia sudah duluan berlalu dari pandangannya.
Di rumah.....
Melissa masih termenung di dalam kamarnya, dan melihat ke arah cermin di depannya melihat betapa bodohnya kelakuan yang sedang Melissa lakukan. “Meli ada Rendy tuh!” suara berat seorang laki-laki yang adalah Papa Melissa terdengar di telinga putri tunggalnya.
“Iya Pa!” seru Melissa balik. Ia lalu segera memakai jaket birunya dan keluar dari dalam kamar lalu menuju ruang tamu tempat Rendy berada.
“Ada apa?” tanya Melissa judes pada Rendy.
“Kita ke kafe yuk” katanya sambil tersenyum tulus namun tetap saja senyum itu tak terlihat tulus di mata Melissa.
“Ngapain?” tanya Melissa sambil mengambil handphone dari dalam tas kecilnya yang berwarna krem.
“Minum kopi” katanya lagi sambil bangkit berdiri.
“Kalau mau minum kopi ’kan juga bisa di rumah nggak usah di kafe”
“Yaelah sekalian refresing” katanya sambil menggandeng Melissa.
“Kami pergi ya Om” katanya kepada Papa Melissa yang entah kapan ada di ruangan tersebut.
“Ya” kata Papanya singkat.
Ia lalu menarik Melissa keluar rumah, dan membukakan pintu mobilnya untuk perempuan itu. Melissa hanya cuek saja dan masuk ke dalam mobil itu, ia lalu menutup kembali pintu yang ia bukakan pada Melissa dan masuk ke dalam mobil yang berada di belakang setir.
Dengan hati-hati ia mengendarai mobil itu, menyusuri jalan-jalan yang begitu padat. Dan pada akhirnya mereka sampai di kafe yang kelihatannya lumayan banyak yang mengunjungi, lalu Rendy turun dari dalam mobil dan membukakan pintu mobil yang ada di samping Melissa.
Melissa memutar bola matanya malas, lalu turun dari dalam mobil itu dan berjalan mendahului Rendy.
“Tunggu aku” Rendy berkata sambil menyesuaikan irama langkahnya.
Ketika sampai di dalam kafe itu, mereka langsung memilih tempat duduk yang baik. Lalu memesan secangkir moccachino untuk Melissa minum, sedangkan Rendy ia memesan secangkir cappuchino untuk ia minum. Pesanan yang mereka pesan belum kunjung datang karena banyaknya pelanggan yang harus di layani.
“Mama dan Papaku bilang bulan depan pesta pernikahan akan dilaksanakan” Lagi-lagi Rendy mengungkit kisah itu, kisah yang sedang tak ingin Melissa bahas.
“Hhh, bisa nggak ngebahas hal itu gak” kata Melissa dengan kesal pada Rendy. Tak lama kemudian minuman yang dipesan pun datang, Melissa meminum moccachno yang ia pesan dan meneguknya.
“Keliatannya kamu nggak suka banget ngebahas soal pertunangan ini ya?” katanya dengan lirikan heran, lalu ia meneguk capuchinonya dengan tenang.
“Lo mau gue jujur? Oke gue jawab, karena gue emang nggak suka kalau hidupku diatur-atur sama orang lain” kata Melissa dengan tatapan serius.
“Dibawa santai aja kali” katanya dengan santai pada perempuan di hadapannya, “Kalau kita nggak jodoh pasti ada masalah yang akan memutuskan tali perjodohan ini” kata Rendy pada Melissa dengan senyum kecil.
“Kalau kita jodoh?” tanya balik Melissa pada Rendy.
“Emang kamu mau berjodoh denganku?” tanyanya sambil tertawa kecil.
Melissa menatapnya dengan tatapan kosong, itu adalah satu perkataan yang dikatakan oleh Rendy yang menurutnya begitu langka karena kata-kata biasanya selalu terlihat menggoda.
Ia lalu meneguk minumannya lalu kembali menatap Melissa. “Saat ini cukup serahkan aja pada Tuhan, semuanya” Katanya lagi.
Melissa tersenyum mendengar perkataannya barusan.
“Kok kamu senyum-senyum sendiri, ada apa?” tanyanya ketika Melissa tersenyum manis.
“Ngggk apa-apa, cuma seneng aja mendengar omongan lo yang bukan omong kosong” kata Melissa sambil terus tersenyum sambil memandangnya.
“Hahaha emang omonganku selama ini omong kosong ya” katanya sambil tertawa lepas.
“Udah jam delapan nih, pulang yuk” kata Melissa pada Rendy sambil melirik jam tangannya.
“Yaelah baru jam delapan, kita ke taman dulu” katanya sambil bangkit berdiri dan memegang tangan Melissa lalu mengajaknya keluar setelah ia membayar minuman mereka berdua.
Lalu kami menuju parkir mobil dan lagi-lagi ia membukakan mobil untuk Melissa. Perempuan itu menghela nafas panjang lalu memasuki mobil tersebut, Rendy kemudian memasuki mobil juga dan menyetirnya menuju taman.
Di taman terlhat beberapa keluarga dan juga pasangan-pasangan sedang menikmat malam itu. Melissa merasa tak nyaman dengan suasana malam ini, ingin rasanya ia pergi dari sini.
“Ayo” suara Rendy mengagetkan Melissa lalu tangan Rendy menggenggam tangan Melissa lalu menariknya menuju bangku taman.
“Kamu tahu nggak, ini adalah tempat kesukaanku” kata Rendy sambil memandang langit yang kelihatannya cerah.
Melissa menatapnya dengan heran baru tahu kalau cowok yang gayanya asal-asalan namun berprestasi seperti Rendy menyukai sebuah tempat yang sering dikunjungi orang banyak seperti taman.
“Oh ya?”
“Serius, tapi bedanya hari ini aku nggak sendiri” katanya sambil menatap Melissa sambil tersenyum.
Melissa pun tersenyum ke arahnya, “Berterima kasihlah karena gue mau nemanin lo malam ini.”
“Kamu laper gak?” Tanyanya pada Melissa sambil menunjuk beberapa pedagang yang sedang berjualan di sekitar taman. Agak gengsi juga sih minta jajan ke cowok yang tak ia suka ini, tapi kalau ditawarin makan siapa yang nolak apalagi kalau itu gratis.
“Jagung bakar kayaknya enak deh” kata Melissa setelah melihat sebuah gerobak yang sedang membakar jagung dan membuat aroma yang menggugah indra pengecapnya.
“Ya udah tunggu bentar ya” Katanya sambil berdiri dan berjalan santai menuju gerobak jagung bakar.
“Pedes ya” seru Melissa pada Rendy sebelum ia semakin jauh. Ia mengacungkan jempolnya ketika mendengar seruan itu. Melissa menyandarkan tubuhnya di bangku taman itu sambil memandang langit malam yang bertabur bintang.
Tak lama kemudian Rendy datang sambil membawakan dua buah jagung bakar dan dua botol air mineral. “Nih!” katanya sambil menyodorkan sebotol air mineral dan juga jagung bakar pesanan Melissa.
“Makasih ya” Kata Melissa sambil tersenyum, tangannya mengambil benda yang diserahkan Rendy padanya. Lalu Melissa mengambil sebungkus tisu dari dalam tasnya dan menaruhnya di paha.
Perempuan itu pun menikmati jagung bakar itu, dengan ditemani malam yang cerah ia semakin menkmati hari ini walaupun dengan laki-laki yang ada di sampingnya ini. Waktu sudah menunjukkan jam 21.25 malam semakin larut, dan Rendy mengajak Melissa pulang, Melissa turuti saja kemauannya karena memang ia sudah puas menikmati malam ini.
Namun sebelum itu Rendy mampir dulu ke minimarket untuk membeli es krim milik Melissa. Perempuan itu memang penyuka es krim, apalagi saat dirinya sedang bad mood.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments