Bergegas keluar dari warnet, Iwan pun menghentikan angkutan umum yang menuju ke arah rumahnya. Di dalam kendaraan tersebut ia memperhatikan seseorang pria paruh baya duduk berhadapan dengannya sembari membaca koran.
ia pun ikut memperhatikan bacaan koran tersebut dari arah berlawanan, terlihat headline 'Hertanto Grup akan membangun kawasan perumahan di sekitaran gunung merapi', ia pun melanjutkan membaca detail lainnya disitu tertara bahwa pemerintah pun ikut serta mendukung rencana pembangunan perumahan Hertanto Grup karena dinilai akan membantu pertumbuhan ekonomi wilayah nya.
Hertanto Grup menginvestasikan sebesar 300 miliar rupiah dalam rencana pembangunan kawasan perumahan dan usaha komersil tersebut, demi terbangunnya wilayah pariwisata yang nantinya akan dapat menarik wisatawan asing.
Iwan pun tersadar bahwa ini masalah gawat yang ada di depan matanya sekarang, dahi nya pun seketika berkeringat, karena mendapatkan jawaban dari penyebab awal kebangkrutan perusahaan sang ayah. ia dahulu terheran keluarganya yang dibilang cukup mampu ini tiba - tiba terjebak dalam hutang yang sangat banyak. Pada saat itulah tidak ada keluarga besarnya yang ingin menjalin hubungan lagi dengan orang tuanya.
Larut dalam pikirannya, Iwan paling tau bagaimana kondisi keuangan keluarganya, meski sang ayah CEO sebuah perusahaan akan tetapi aset keluarga mereka hanya 50 miliar rupiah saja. Memang itu terlihat banyak dalam pandangan kebanyakan orang, itu adalah jumlah aset termasuk rumah, perusahaan, mobil dll. Jika hanya uang tunai saja palingan keluarganya hanya memilki kemampuan arus kas sebesar 500 juta rupiah. Maka dari itu keluarga Iwan termasuk menengah ke atas jika dinilai dari kemampuan arus kas nya.
Sedangkan Hertanto Grup menginvestasikan sebesar 300 miliar rupiah untuk pembangunan tersebut, bagaimana perusahaan ayahnya dapat dibilang mampu dengan jumlah investasi tersebut jika bukan di bantu dengan hutang - hutang.
Di kehidupan sebelumnya tahun 2011, ketika Iwan pulang kerumah. Kedua orang tuanya hanya terdiam melamun sesekali mengobrol di ruang keluarga dengan ekspresi yang terpuruk. Iwan yang pada saat itu cuek tidak peduli dengan urusan orang tuanya hanya mengira paling juga sekedar masalah sepele bisnis sang ayah.
Bahkan situasi keluarganya saat itu semakin terpuruk hingga ia sekeluarga pindah ke kontrakan minimalis, dan bahkan orang tuanya tidak mampu membiayai perkuliahannya. Dengan keadaan yang seperti itu, orang tuanya pun tetap tidak memberitahukan apapun tentang penyebab keluarganya tiba - tiba terpuruk.
Berfikir seperti ini, Iwan sekarang mengerti mengapa keluarganya di kehidupan sebelumnya tiba - tiba terpuruk. Karena kemampuan arus kas keluarga nya yang sangat tidak memungkinkan memenuhi angka investasi pembangunan tersebut jadinya harus mencari mitra bisnis lalu berhutang sana sini dengan jaminan saham perusahaan nya dan aset - aset keluarganya.
Tentunya mitra bisnisnya akan mendapatkan keuntungan yang besar dalam investasi ini, apalagi pemerintah mendukung penuh rencana pembangunan tersebut, oleh karena itu mitra bisnisnya sangat yakin dengan rencana investasi sang ayah bahkan tanpa perlu meyakinkannya. Yah inilah the power of pemerintah, jika pemerintah mendukung pasti kedepannya jalan akan lancar.
Rencana ayah Iwan memang sudah bagus dan menjanjikan keuntungan, akan tetapi apakah bisa ia melawan takdir alam yang akan terjadi. Pada tanggal 26 Oktober 2010 nanti terjadi erupsi gunung merapi secara tiba - tiba tanpa ada alarm dari jauh - jauh hari.
Puluhan ribu orang kehilangan rumahnya, banyak korban tewas, luka - luka dan pembangunan kawasan perumahan yang sudah berjalan 85% pun rata dengan tanah. Hal inilah yang menyebabkan kegagalan investasi Hertanto Grup sehingga ia dibenci oleh para mitra bisnisnya karena merugi, hutang pun menumpuk.
Saat itu ayah Iwan dengan kegigihannya ia membangkitkan kembali perusahaan dengan hutang bank, dan ke kerabatnya. Hal inipun membuat para pesaing ayah Iwan sangat senang. Karena melemahnya Hertanto Grup dan ditambah lagi hutang yang menumpuk, sudah jelas akan sangat mudah menjatuhkannya.
Para pesaingnya itupun melakukan segala macam cara untuk menjatuhkan Hertanto Grup bahkan menggunakan cara yang licik, ayah Iwan kala itu kembali kerumah dengan kondisi yang acak - acakan memikirkan hutangnya. Setelah itu dia menjadi stres hingga akhirnya menderita stroke.
Angkutan umum yang ia naiki pun sudah tiba di kawasan perumahan tempat keluarga Iwan tinggal, ia pun turun dari angkutan tersebut tidak lupa membayar ongkos dan langsung tergesa - gesa memasuki gerbang perumahan tanpa menyapa satpam yang sedang berjaga.
Setiba nya dirumah ia melihat ayahnya dan orang - orang berpakaian formal sedang mengobrol serius di ruang tamu, ia tau itu pasti orang - orang dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah untuk membahas tentang rencana investasi ayah Iwan. ia tidak mengganggu urusan ayahnya dan langsung ke ruang keluarga.
Diruang keluarga ia hanya mampir untuk menaruh tasnya, lalu berjalan ke arah dapur dan melihat mamahnya sedang menyiapkan hidangan bersama pembantu yang sudah lama tinggal dengan keluarganya.
"Maahh, itu beneran ayah mau investasi dikawasan gunung merapi?," tanya Iwan
"Astagaaa, kaget mamah. Tumben kamu pulang masih siang gini. Udah sana ganti baju dulu baru pulang udah nanya macem - macem saja," jawab mamah Iwan yang terkaget sembari membalikkan badan ke arah Iwan.
"Maah, iihhh jawab dulu please," iwan membujuk mamahnya terus.
"Tumben kamu peduli sama urusan - urusan kayak gini, bener emang ayahmu ingin berinvestasi di wilayah tesebut, ini sudah ayah mu rencakan dari tahun lalu. Bahkan beberapa bulan ini ia melobby terus - terusan ke pemerintahan," jawab mamah Iwan
"Maah, aku mau minta tolong mamah kasih tau ayah buat batalin rencana investasi tersebut, bisa nggak?," tanya Iwan dengan muka seserius mungkin berharap di dengarkan.
"Aiiihhh, itu sangat tidak mungkin wann, ini sudah ayahmu rencanain dari setahun yang lalu mana bisa kan tiba - tiba diberhentiin gitu aja. Lagian mamah juga udah setuju kok, ini kesempatan yang dibuat ayahmu demi bisa menaikkan taraf hidup keluarga," jawab mamah Iwan.
ia curiga anaknya ini sedang tidak enak badan, ia pun menghentikan aktivitasnya lalu menghampiri Iwan dan meletakkan punggung tangannya ke dahi Iwan mencoba mengecek suhu.
Iwan yang diperlakukan seperti itupun mengerutkan keningnya. ia sangat ingin memberitau mamah nya bahwa nanti gunung merapi akan meletus dan investasi sang ayah akan gagal, tapi ia hanya bisa menahan hal tersebut demi mencegah dirinya dianggap semakin sakit jiwa oleh mamahnya ini.
Memikirkan ini Iwan pun tersadar bahwa posisinya saat ini hanyalah anak pemalas yang tidak mengerti apa apa bagi orang tuanya, bagaimana mungkin ia dapat menghentikan rencana investasi tersebut. Maka dari itu ia sekarang hanya ingin berubah secepat mungkin agar mendapatkan kepercayaan orang tua nya.
Nasib baik masih memihaknya ketika teringat untung saja dia memberikan permintaan konyol tersebut kepada sang mamah karena mamahnya sangat super sabar menghadapi hal tersebut. Coba saja Iwan langsung bertanya pada ayahnya, sudah pasti bukan jawaban yang diharapkan malah yang ada gesper menyabet ke punggung. Iwan yang membayangkan pun merinding sebab ayahnya sangat disiplin.
"Aaahh... yasudah mah, nggak usah dengerin omongan konyol aku tadi, aku cuma kecapean aja kok makanya pulang cepet nih biar bisa istirahat," ucap Iwan
"emmmm.. Makan dulu gih, baru abis itu bobo siang. udah kamu nggak usah mikir aneh - aneh, belajar saja yang serius," ucap mamah Iwan tanpa curiga sedikitpun karena merasa anaknya mungkin hanya kecapean saja.
"Baiklah maahh," jawab Iwan sembari melangkahkan kaki menuju kamarnya
Pikirannya pun terlarut pada bagaimana cara menghentikan rencana investasi yang akan dilakukan sang ayah. 'aiihhhh nggak ada cara lagi, satu - satunya cara yah aku harus buru - buru menjalani rencanaku untuk mendapatkan uang sebanyak - banyaknya,' gumam Iwan dalam hati.
Jangan lupa habis baca di like yaaa!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ompangky
knpa iwan ga mau hentikan ayah nya buat investasi udh tau Bkal celaka...
2023-02-26
0