Bab 3

Korea, Incheon 02:00

Pria berjas berdiri di depan makan yang basah karena hujan semalam. Dia menggenggam bunga berwarna hitam dan putih, genggaman itu semakin kencang dan mematahkan tangkai bunga mawar membuat beberapa bunga itu jatuh ke tanah. Mata tajam, bibirnya mengatup rapat dan nafas yang memburu.

Long Khanh, Vietnam 00.00

Waktu menunjukkan pukul 12 malam, Restoran itu sudah tutup. Semua peralatan dan perlengkapan sudah selesai dibersihkan. Ri duduk menghadap ke jendela, melihat pohon bonsai yang tumbuh besar di dalam pot keramik yang di desain dengan ukiran-ukiran khusus. Dia masih ingat pohon bonsai ini adalah pemberian dari ibu kandungnya saat pembukaan restoran orang tua angkatnya. Sudah lebih dari 20 tahun.

"Apa yang anak perempuan ku pikirkan?" Tanya Pham. Mengelus surai indah anaknya dengan sayang.

"Ayah, apa aku pernah menyulitkanmu dan ibu?" Tiba-tiba Ri bertanya membuat sang ayah melihatnya dengan serius.

Pham menggeleng. "Tidak, Ri selalu menjadi anak yang patuh sejak kecil. Kenapa bertanya begitu nak?" Pham mendekat duduk di samping Ri. Dia menggenggam tangannya.

"Saat orang itu datang kesini, kalian tidak meninggalkanku dan tetap memperlakukan aku sama seperti sebelumnya. Aku hanya merasa itu bagai mimpi, mimpi indah." Katanya sedih, Ri ingat semuanya.

Pembicaraan mereka begitu dalam. Saat Pham akan menjawab, Lein Nguyen datang dari dapur, dia mendengar sedikit perkataan Ri dan Ikut nimbrung dalam pembicaraan.

"Mimpi indah apa?" Sahutnya.

Kedatangan tiba-tiba istrinya memberikan Pham sebuah ide. "Ah, ibu dengar? begini, anakmu bermimpi akan menikah." Ujar Pham.

Di sebelahnya Ri tertawa. Sudah jelas, ayahnya menggoda. Lien menatap tajam Pham dan mendekat kearah Ri.

"Sayang, itu mimpi indah benar. Tapi jangan terburu-buru. Oke?" Kata Lein.

"Ibu, ayah menggodamu!"

"Ibu tahu!"

Mereka tertawa, sampai lupa karyawan masih berada di Resto. Lan Ahn dan suaminya datang dari arah ruang ganti dan pamit pulang pada paman dan bibinya. Sebelum keluar dari pintu, Lan Ahn menjulurkan lidahnya ke arah Ri. Ri tertawa menyadari sepupu jauhnya itu belum membalas apa yang dia lakukan tadi. Karyawan yang lainnya juga sudah pulang bersamaan dengan kepergian karyawan dapur.

Lampu di matikan, Pham M thien meminta istri dan anaknya keluar. Lien dan Ri masuk ke dalam mobil lebih dahulu lalu mereka menunggu di depan sementara Pham mengunci pintu kaca. Motor Ri tidak dibawa pulang, dia ditinggalkan di sebelah restoran, tempat biasanya karyawan parkir kendaraan. Tempatnya aman, Ri tidak khawatir.

"Besok libur, bagaimana kalau kita piknik?" Saran Pham di dengarkan dengan baik oleh istrinya.

Ri berharap ibunya mengizinkan. Dia menggenggam erat telapak tangannya dengan mata berbinar-binar. Saat Lien mengangguk Ri lega, dia sudah lama tidak keluar rumah selain urusan sekolah dan pekerjaan.

Lien sedikit dilanda rasa cemas, rasa takut itu tidak bisa menghilang walau dengan sekali mengambil keputusan. Melihat tatapan berharap dari Ri dan ketika dia setuju anaknya bergembira, terlihat jelas dari ekspresinya. Dia juga ikut senang.

Malam itu Ri tidur sekitar pukul 4 pagi, sehabis mandi dia menyiapkan segala perlengkapan pribadinya termaksud kamera digital yang akan dia gunakan memotret. Ri bersemangat untuk pertama kalinya dia keluar bersenang-senang. Sebelum tidur, dia menghabiskan waktu berselancar di dunia maya.

Lalu, di atas layar muncul notifikasi dari salah satu aplikasi pesan berwarna hijau, tertera nama Tam.

Tam memberinya informasi soal komentar di salah satu forum online berjudul 'Sekolah tanpa ID' Dia baru pertama kali mendengar forum itu jadi Ri memeriksanya. Di dalam forum itu terdapat komentar mengenai perekrutan yang tidak transparan dari sekolah yang baru saja dia datangi untuk wawancara.

Bias, untuk pertama kalinya dia mendengar ada hal seperti itu. Ri menarik layarnya ke atas dan melihat banyak komentar negatif. "Siapa yang membuat forum ini?" Katanya. Kemudian dia melihat profil dan mengirim pesan kepada orang itu.

Dalam pesannya, Ri bertanya dari mana dia mendapat informasi. Sesaat dia ragu, orang yang memposting informasi itu mungkin adalah saingan atau memang dia memang pernah bekerja disana dan melihat kecurangan. Tapi kenapa baru sekarang? Saat semua orang memilih sekolah itu menjadi sekolah paling banyak di tuju.

Namun, dia tidak mendapat balasan apapun setelah lama menunggu. Ri juga melihat keanehan dari forum itu. Dia banyak memposting informasi menjelekkan sekolah tapi tidak satupun membalas pertanyaan orang-orang di dalam forum. Jika memang dia berniat membuka tirai buruk dan membantu orang-orang, seharusnya dia memberikan feedback agar mereka yang telah mendaftarkan dengan harapan diterima bisa memiliki gambar jelas, tapi orang ini berbeda.

Ri hanya punya 2 jawaban. Yang pertama, orang yang membuat akun itu benar tapi takut indentitasnya terbongkar karena dia merupakan orang dalam atau yang ke dua, dia berbohong sebab sakit hati karena tidak diterima dan memalsukan informasi. Dia berpikir banyak kemungkinan sampai ponselnya berbunyi. Di layar ponsel nama Tam tertera, dia sedang memanggil.

"Halo?" Sapa Ri.

"Kau sudah tahu siapa orangnya?" Tanya Tam dari sisi lain.

"Tidak, itu aneh. Jangan percaya pada forum itu. Coba kamu perhatikan, semua pertanyaan tidak pernah di jawab. Jika dia ingin membantu seperti yang dia katakan di awal postingannya seharusnya dia berusaha membalas dan menjelaskan secara detail. Tapi orang itu tidak melakukannya, bukankah dia aneh?"

Wajah Tam di latar terlihat khawatir, dia melakukan yang terbaik untuk kedua tes tapi jika memang ada kecurangan, apa yang harus dia lakukan? Ri melihatnya. Tentu Tam khawatir, dia sudah mengatakannya sejak awal perekrutan.

"Sudah aku bilang jangan khawatir. Kau melakukan yang terbaik, tunggu saja."

Ujar Ri menarik kekhawatiran Tam menjauh.

Tam menatap Ri melalui layar, dia menganggukkan kepala. "Kau benar, aku terlalu sensitif soal itu. Kau tahu, ini kesempatan terakhirku sebelum benar-benar menyerah."

Ri tersenyum kecil. "Lakukan yang terbaik, kita masih punya kesempatan sampai akhir." Kata Ri.

Mereka menghabiskan 1 setengah jam berbicara di telepon. Tam menyudahi percakapannya karena besok dia harus bekerja di swalayan. "Aku berharap ini bukan kali terakhir. Kau sudah mengejar mimpimu selama bertahun-tahun, jangan menyerah karena batu kecil di jalan." Motivasi sebelum Ri benar-benar menutup sambung itu.

Ah, helaan nafas itu terasa berat. "Aku berharap Tam lolos."

Keesokan Hari

Pagi mengembang, cerah tak nampak. Sejak subuh tadi air dari langit turun tak henti hingga pukul 7 pagi. Pham dan Lien sudah khawatir pada sang anak yang masih terlelap dalam tidurnya. Anak perempuan itu tertidur cukup lelap sehabis begadang, apalagi hujan ini menambah lelap berkali-kali lipat. Matanya memiliki lem kuat.

Orang tuanya pun tak membangunkan dirinya, mereka memandang hujan yang semakin deras di dalam melalui jendela kaca. "Kapan hujannya redah istriku?"

Sang istri menoleh. "Aku bukan tuhan, mengapa bertanya?" Kata dia. Sang suami yang tersentak, lantas berbalik. Dia tidak bermaksud seperti itu, sepertinya dia salah lagi.

Lien menyingkap sedikit jendela, percikan air masuk ke dalam membuat matanya berkedip beberapa kali. Lalu dia kembali menutupnya. "Sepertinya akan lama, apa tidak sebaiknya kita membangunkan anak itu?"

Mendengar usulan Lien Nguyen, Pham menggeleng. "Apa dia akan sedih?"

Sekarang giliran sang istri yang menggeleng. "Tida akan, hujan turun dari langit. Itu sesuatu yang tidak bisa kita prediksi. Ayo bangunkan saja." Saran dia lagi.

Dia benar. Sang ayah naik ke kamar anak perempuannya. Dia mengetuk sebanyak 3 kali, lalu masuk ke dalam. Lampu belum menyala, tirai juga masih tertutup rapat, gelap. Sebelum tangannya menyentuh saklar lampu, pergerakan dari kasur mengalihkan matanya.

"Ayah?" Panggil Ri.

Lalu dia nyalakan lampu. Gelap menjadi terang, mata Ri belum menyesuaikan cahaya yang masuk sebab itu dia menutup matanya sebentar. "Akkh, sudah jam berapa, aku lelat bangun?" Tanya dia.

Ayahnya menggeleng. "Baru jam 7 pagi, tapi-" Dia jalan ke arah jendela, menarik gorden berwarna abu-abu ke ke kanan. Ri turun dari ranjangnya dan melihat suasana di luar sana. Hujan. Cepat, kepalanya berputar menengok sang ayah. "Hujan?"

Ri mundur dan duduk di pinggi kasurnya. Matanya fokus menatap jendela yang basah. "Ah, hujan. Aku pikir hari ini akan cerah seperti kemarin." Lesu.

"Ya, seperti itu keadannya nak. Bagaimana, mau turun sarapan atau mau lanjut tidurnya?" Ayahnya mengelus rambut panjang Ri.

"Mau sarapan." Ri masuk ke kamar mandi, cuci muka dan turun bersama ayahnya.

^^^⋆˚࿔ Bersambung 𝜗𝜚˚⋆^^^

Episodes
1 Bab 1 (Vietnam)
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11 ( Ri Ahn dan Ravi)
12 Bab 12 (Bisnis kelompok HARI)
13 Bab 13 (Mendengar nama Ho Young)
14 Ep 15 : Bertemu langsung..
15 Ep 16 : Kita sepakat
16 Ep 17 : Agar tidak ketahuan
17 Ep 18 : PHP
18 Ep 19 : Hubungan rumit
19 Ep 20 : Peringatan
20 Ep 21 : Bertemu lagi, sebelum Ravi pulang
21 Ep 22 : Membahas kontrak atau...
22 Ep 23 : Ho Young baik & Ho Young jahat!
23 Ep 24 : Berbeda
24 Ep 25 : Sakit tapi tak berdarah
25 Ep 26 : Memilih Ri Ahn
26 Ep 27 : Bertemu Ravi
27 Ep 28 : Batalkah?
28 Ep 29 : Perjanjian batal
29 Ep 30 : Kita End
30 Ep 31 : Bab Baru
31 Ep 32 : Ri Ahn bekerja dengan giat
32 Ep 33 : Aku sibuk
33 Ep 34 : Siapa?
34 Ep 35 : Jangan lupakan masa lalu _ Liam Nguyen
35 Ep 36 : Dua sisi
36 Ep 37 : Ho Young
37 Ep 38 : Ho Young Bertemu teman lama
38 Ep 39 : Tidak sengaja
39 Ep 40 : Jackpot
40 Ep 41 : Trio bebek bertemu. Calon bestie.
41 Ep 42 : Saran orang berpengalaman
42 Bab 14 (Janji pertemuan)
43 Bab 15 (Melihat bisnis HARI- Hari pertama bekerja)
44 Bab 16 (Bertemu)
45 Bab 17 (Sepakat)
46 Bab 18 (Bertemu lagi)
47 Bab 19 (pertemuan sia-sia)
48 Bab 20 (Tom dan Jerry)
49 Bab 21 (Mansion of the Mafia, Stonewall)
50 Bab 22 (Rahasia gedung tua, bertemu lagi)
51 Bab 23
52 Bab 24 (Kesepakatan hukum)
53 Bab 25 (Rasa sakit)
54 Bab 26
55 Bab 27 (Tuan muda Ravi pulang)
56 Bab 28 (Tamu tak di undang)
57 Bab 29
58 Bab 30 (Ada apa!?)
59 Bab 31 (Bebas)
60 Bab 32
61 Bab 33 (Mulai terbiasa)
62 Bab 34
63 Bab 35
64 Bab 36 (Liam Nguyen)
65 Bab 37 (Dunia Ri Ahn & Ho Young)
66 Bab 38 (Ho Young & kehidupannya)
67 Bab 39 (Bertemu dengan Darren Lee)
68 Bab 40 (Kebetulan)
69 Bab 41 (Bincang-bincang)
70 Bab 42 (Mencari tahu)
71 Bab 43 (Ada yang tahu, ada yang rindu)
72 Bab 44 (Ada yang kacau)
73 Bab 45 (Selangkah didepanmu)
74 Bab 46
75 Bab 47
76 Bab 48
77 Bab 49
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1 (Vietnam)
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11 ( Ri Ahn dan Ravi)
12
Bab 12 (Bisnis kelompok HARI)
13
Bab 13 (Mendengar nama Ho Young)
14
Ep 15 : Bertemu langsung..
15
Ep 16 : Kita sepakat
16
Ep 17 : Agar tidak ketahuan
17
Ep 18 : PHP
18
Ep 19 : Hubungan rumit
19
Ep 20 : Peringatan
20
Ep 21 : Bertemu lagi, sebelum Ravi pulang
21
Ep 22 : Membahas kontrak atau...
22
Ep 23 : Ho Young baik & Ho Young jahat!
23
Ep 24 : Berbeda
24
Ep 25 : Sakit tapi tak berdarah
25
Ep 26 : Memilih Ri Ahn
26
Ep 27 : Bertemu Ravi
27
Ep 28 : Batalkah?
28
Ep 29 : Perjanjian batal
29
Ep 30 : Kita End
30
Ep 31 : Bab Baru
31
Ep 32 : Ri Ahn bekerja dengan giat
32
Ep 33 : Aku sibuk
33
Ep 34 : Siapa?
34
Ep 35 : Jangan lupakan masa lalu _ Liam Nguyen
35
Ep 36 : Dua sisi
36
Ep 37 : Ho Young
37
Ep 38 : Ho Young Bertemu teman lama
38
Ep 39 : Tidak sengaja
39
Ep 40 : Jackpot
40
Ep 41 : Trio bebek bertemu. Calon bestie.
41
Ep 42 : Saran orang berpengalaman
42
Bab 14 (Janji pertemuan)
43
Bab 15 (Melihat bisnis HARI- Hari pertama bekerja)
44
Bab 16 (Bertemu)
45
Bab 17 (Sepakat)
46
Bab 18 (Bertemu lagi)
47
Bab 19 (pertemuan sia-sia)
48
Bab 20 (Tom dan Jerry)
49
Bab 21 (Mansion of the Mafia, Stonewall)
50
Bab 22 (Rahasia gedung tua, bertemu lagi)
51
Bab 23
52
Bab 24 (Kesepakatan hukum)
53
Bab 25 (Rasa sakit)
54
Bab 26
55
Bab 27 (Tuan muda Ravi pulang)
56
Bab 28 (Tamu tak di undang)
57
Bab 29
58
Bab 30 (Ada apa!?)
59
Bab 31 (Bebas)
60
Bab 32
61
Bab 33 (Mulai terbiasa)
62
Bab 34
63
Bab 35
64
Bab 36 (Liam Nguyen)
65
Bab 37 (Dunia Ri Ahn & Ho Young)
66
Bab 38 (Ho Young & kehidupannya)
67
Bab 39 (Bertemu dengan Darren Lee)
68
Bab 40 (Kebetulan)
69
Bab 41 (Bincang-bincang)
70
Bab 42 (Mencari tahu)
71
Bab 43 (Ada yang tahu, ada yang rindu)
72
Bab 44 (Ada yang kacau)
73
Bab 45 (Selangkah didepanmu)
74
Bab 46
75
Bab 47
76
Bab 48
77
Bab 49

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!