Algol menatap tak percaya pada pemandangan yang ada di hadapannya. Ia turun dengan perasaan yang tak menentu. Mereka semua mengerubungi prajurit yang sudah hancur tubuhnya ditimpa pohon.
Menolak untuk melihat pemandangan mengerikan itu, Algol membuang pandangannya.
“Lalu, kemana kita akan pergi?” Sadir Cygnus melepas jubahnya untuk menutupi pemandangan berdarah di hadapan mereka.
“Pulang!” Carina Avior terlihat gemetar ketakutan.
Sadir Cygnus mendengus keras, “Kita tak bisa pulang tanpa mendapatkan pengetahuan. Aku tak mau disebut sampah lagi!”
“Aku tak perduli dengan mu. Bahkan dengan pelatihan ini, kau tetap akan tak dianggap. Kau pikir mengapa mereka dengan tega mengirim kita di sini? Mereka ingin membuang kita!” Carina Avior merobek ujung gaunnya agar lebih pendek.
“Siapa yang merencanakan adanya pelatihan ‘iblis’ ini,” dengus salah seorang pria bernama Hamal Aries.
Saat perkenalan, Algol menyadari bahwa ada dua orang anak bangsawan dari keluarga Aries. Algol tak mengenal Hamal, karena mungkin Hamal bukan berasal dari keluarga utama Aries, seperti Alphard.
Bukankah keluarga Aries terlalu banyak membuang pewaris mereka?
Jika Alphard dibuang, mungkin karena kondisi kesehatannya yang seperti akan mati kapan saja. Tetapi, Hamal tidak. Hamal sangat sehat dan bertalenta. Lalu, kenapa dibuang di pelatihan kebatinan ini?
“Hamal, berhentilah mengatakan omong kosong!” Sadir menebarkan kebenciannya pada Hamal.
“Apanya yang omong kosong! Ilmu kebatinan ini hanya kedok, yang benar itu ilmu sihir. Mereka bilang ini sihir putih, namun sihir tetaplah sihir!” tegas Hamal.
Alphard terbatuk sesaat sebelum duduk di batang pohon yang tumbang. Mau tak mau Algol menatap Alphard dengan horor.
Bagaimana bisa anak ini duduk dengan nyaman seolah tak ada mayat di sebelahnya?
Mayat prajurit yang hancur itu berada di sebelah kiri Alphard, nyaris tersentuh oleh kaki Alphard yang bergantung. Padahal baru beberapa menit yang lalu Alphard mendoakannya, dan kini Alphard bertingkah seolah mayat itu tak ada.
Alphard memandangi Hamal seolah memandang kecoa. Algol tak tahu apa masalah di antara kedua orang ini, namun Alphard dan Hamal jelas saling membenci.
Ini mungkin saja persoalan siapa yang layak meneruskan nama keluarga Aries. Namun bukankah kedua orang ini adalah orang yang terbuang, tetapi mengapa mereka masih bersaing?
“Aku tak seperti seseorang yang sengaja ingin mendapatkan sihir. Sengaja meninggalkan keluarga sendiri untuk mempelajari ilmu kebatinan,” sindir Hamal.
Carina merobek lagi gaunnya hingga selutut, dan menatap jengkel pada Hamal, “Bisakah kau berhenti membicarakan soal pelatihan ini itu. Saat ini yang terpenting adalah menuju ke guru kebatinan. Kita tak tahu kemana harus pergi.”
Mereka saling bertatapan untuk memastikan adanya ide yang tercetus di antara mereka. Namun baru saja bertatapan, mereka mendengus dengan keras. Tanpa mereka sadari, mereka berkumpul bersama orang-orang yang sama sekali tak berguna.
“Aku punya pendapat,” Algol menengahi.
Kesembilan orang lainnya menatap Algol dengan penasaran, terutama Carina yang sejak tadi menaruh perhatian pada Algol.
“Kita sudah terlanjur memasuki jalan setapak ini. Jikapun kita kembali, kita tak akan bisa keluar dari jalan ini. Ingat berapa jauh kita sudah berjalan.”
Sadir mengeluarkan pedangnya untuk menebas tebu yang ada di pinggir jalan. Mengupasnya, lalu mengunyahnya karena haus, “Kau mau melanjutkan ini?”
Algol mengangguk. Lagipula, Algol memang tak mau kembali ke keluarga Perseus begitu saja.
“Aku tak setuju,” Hamal mengeluarkan pendapatnya.
Alphard tersenyum tipis seolah mengejek Hamal. Hal ini tentu saja membuat Hamal geram, ia menarik kerah jubah Alphard dan memberikannya pukulan di wajah sekali.
“Tidak semua orang di sini gila sepertimu,” Hamal melemparkan Alphard yang terlihat pucat ke tanah dengan keras.
Hamal membersihkan tangannya dengan geram, ia menatap Algol tajam, “Kita tak tahu apa lagi yang ada di depan sana. Tetapi, mereka sengaja membawa kita kemari agar kita mati. Kau tak menyadari kan jika sedari tadi kita hanya berputar-putar di sini.”
Hamal menunjuk prajurit yang malang itu, “ Kau tahu mengapa orang ini ada di sini? Karena dia juga dibuang. Prajurit ini membunuh seorang pelac*r dari rumah cinta, semua orang tahu bahwa itu dirinya. Tetapi, tak ada bukti yang dapat membuktikannya. Dia mati di sini sebagai pembukaan.”
Algol mendengus pelan untuk membuang kejengkelan yang membabi-buta dalam dadanya.
Ia tahu. Sangat tahu. Algol suka mengamati, ia tahu bahwa sejak tadi prajurit ini membawa mereka berputar-putar. Awalnya, Algol menduga bahwa prajurit ini sengaja agar mereka bersepuluh belajar untuk kritis.
Sayangnya tidak. Prajurit ini tak tahu juga tentang lokasi petapa yang menjadi tujuan mereka. Dengan kata lain, prajurit ini tersesat.
“Jadi kau merasa bahwa saat kau pulang kau akan baik-baik saja?” Carina membuka suaranya.
“Aku tak tahu darimana rasa kepercayaan dirimu itu. Tetapi, aku tak mau kembali jika kemungkinannya juga sama,” Alphard ikut campur dalam pembicaraan
Bughh…
Hamal lagi-lagi melayangkan pukulannya, kali ini mengenai hidung Alphard. Darah mengucur deras dari hidung Alphard yang terpukul.
Alphard meringis sambil terbatuk, “Kau mematahkan hidungku, br*ngs*k!”
Hamal mendengus, dan mengalihkan pandangan pada Algol yang kaget.
“Kau tahu tentang mawar berdarah?”
Mau tak mau Algol menggelengkan kepalanya. Sesekali Algol melirik Alphard yang menyeka darah di hidungnya.
Mengerikan! Bagaimana bisa Hamal memukuli orang yang sudah sekarat ini?
“Itu insiden di pusat kota Negeri Bintang. Seorang pelukis membuat sebuah lukisan taman mawar dengan darahnya sendiri.”
Jujur saja, Algol tak tahu tentang mawar berdarah itu. Lagipula kediaman Algol cukup jauh dari pusat kota.
“Itu adalah Alphard.”
Hamal menendang Alphard dengan keras. Kali ini Alphard hanya bisa terbaring dengan menyedihkan di tanah.
“Orang gila ini menganggap bahwa darah ialah karya seni. Kau perlu tahu seberapa gila orang ini. Dan alasan terbesarku untuk tak melanjutkan perjalanan ini ialah agar aku tak bersama dengan orang gila ini!”
Sadir terkekeh menertawakan Hamal, “Jadi kau takut dengan darah. Aku memuji pria pucat itu karena dia sangat berdedikasi.”
“Berdedikasi kepalamu! Mawar berdarah itu mimpi buruk. Bagaimana bisa kau melihat sesuatu yang cantik, namun berasal dari kesakitan,” omel Carina.
Hamal menarik Alphard untuk terduduk, dan merobek lengan baju Alphard. Di sana, Algol bisa melihat bekas sayatan yang luar biasa banyak. Lengan Alphard terlihat seperti telah disayat dengan kecepatan membabi-buta oleh pisau. Meskipun itu luka lama, tetapi Algol dapat membayangkan rasa sakit yang didera oleh Alphard.
Bagaimana pria gila ini bisa menyakiti dirinya sendiri untuk menghasilkan karya seni? Benarkah ini sebuah dedikasi?
“Bisakah kalian berhenti?”
Seorang gadis bertubuh kecil yang sedari tadi meringkuk ketakutan mendadak berdiri dengan cepat. Wajah gadis itu mengkerut, terlihat sekali bahwa gadis ini sangat ketakutan. Ia menatap pada Hamal dengan gemetar.
“Kita seharusnya tetap bersama.”
Algol tak mengenal gadis ini. Sejak keberangkatan, gadis ini cenderung selalu menghindar dari kerumunan. Gadis ini lebih suka menyendiri sedari tadi.
Alni Lamorion, seorang gadis dari desa Deneb yang terpencil, tak ada yang tahu mengapa ia juga ikut dalam perjalanan ini.
Gadis ini bukanlah berasal dari bangsawan tingkat atas, dan sangat cantik. Percayalah, Alni Lamorion tak terlihat seperti orang yang suka membuat masalah. Mengapa ia perlu belajar ilmu kebatinan?
Algol melihat pelatihan ini seperti mengumpulkan orang-orang dengan kebatinan yang buruk. Bahkan Algol tak akan marah jika seseorang mengatakan bahwa kepribadiannya tak sehat. Lagipula, tak ada yang normal di antara mereka.
Alni Lamorion, hanyalah gadis lemah lembut yang sepertinya punya hobi menanam bunga.
Alni menyeka matanya yang berair, “Berhentilah berkelahi. Kita tak boleh berada di dekat sini lebih lama lagi. Siapa yang menjamin bahwa akan ada pohon yang tumbang lagi.”
Algol menghela napas, “Bagaimana jika kita berpisah?”
Hamal menatap Algol sengit, “Mengapa kau seperti jadi pemimpin di sini?”
Aku tak berniat jadi pemimpin kumpulan orang gila.
Carina kembali mencampuri urusan Algol, “Lalu, siapa lagi yang mau menyumbang ide? Memangnya kau dengan pemikiran otak sapi mu itu, bisa membuat keputusan?”
“Aku berbicara baik-baik, Carina!” bentak Hamal.
Inilah mengapa Algol benci berkumpul dengan sesama manusia yang memiliki kepribadian tidak sehat. Mereka berbicara bukan hanya dengan mulut, tetapi tanpa otak.
“Dengarkan aku! Bukankah dari tadi kita selalu berputar-putar. Bagaimana jika kita sama-sama mencari arah yang benar. Yang pertama kali kita temui, itu yang kita pilih. Entah itu jalan pulang atau ke tempat petapa itu.”
Algol menunjuk ke arah matahari, “Karena kita tak tahu arah. Matahari ini jadi pedoman. Aku akan menuju arah matahari terbenam, dan Hamal akan menuju arah matahari terbit. Kalian bisa memilih ikut siapa saja. Jika menemukan jalannya, kembali ke sini. Tandanya adalah mayat prajurit ini!”
Carina mengerutkan keningnya, “Bagaimana pihak lain tahu kita menemukan jalannya?”
Alphard bangkit dari tanah sambil membersihkan jubahnya yang terkena debu, “Kita buat api. Ini adalah wilayah dataran tinggi, sangat mudah untuk melihat kemunculan asap. Jangan api kecil, karena takut tak terlihat asapnya. Sebisa mungkin terlihat.”
Hamal mendengus ketika mendengar saran Alphard, tetapi ia tak membantah karena tak ada jalan lain.
Akhirnya, orang-orang gila ini setuju!
Algol menghela napasnya. Namun saat melihat orang-orang yang pergi ke pihaknya, mendadak Algol kehilangan kewarasannya.
Mengapa tak ada yang beres di kelompok ku?
Jika Alphard, Algol bisa memakluminya karena Hamal pasti tak mau satu kelompok dengan pelukis mawar berdarah ini. Tetapi bagaimana bisa Sadir dan Carina ikut bersamanya juga? Belum lagi dengan Alni Lamorion yang ikut masuk ke kelompoknya.
Pembagiannya memang pas masing-masing kelompok lima orang. Hanya saja, mengapa pihak-pihak yang cenderung tenang memilih untuk ikut bersama Hamal?
Algol merasa dirugikan!
Dengan mayat prajurit yang berdarah itu sebagai tanda. Mereka berpisah mengikuti arah matahari yang sudah ditentukan. Apapun yang ada di hadapan mereka, mau tak mau mereka harus melaluinya.
Namun entah mengapa seperti yang dikatakan Alphard.
Tidak ada yang tahu siapa yang bisa tetap hidup di perjalanan ini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Fia Rahmi
sambil emak nungguin yi hua up mampir kesini dlu.. eh baru 2 episode udah seru😍😍
2022-08-25
0
kayladhinaagnia
ttp syukaa qu mah...bis dri adhara lanjut ksnii
2021-10-15
0
Yara_Army
hai thoorr aku datang utk baca dan bomb like💓💓
semangat terus upp nya🙆🙆
salam dari The truth Untold🙆🙆🙆
2021-02-27
0